

Siapapun yang sedang berpuasa tak ingin pahala puasanya batal atau hilang. Puasanya tetap sah tapi pahalanya kosong. Koq bisa?. Sangat bisa dan karena itu kita harus hati-hati.
Mulianya bulan Ramadhan yang saya analogikan dengan emas tentu harus kita jaga betul. Jika kita memiliki emas 5 gram saja, tidak mungkin emas tersebut kita letakkan di tempat sembarangan, apalagi kita letakkan di teras atau di jalanan. Dalam sekejap barang berharga tersebut pasti hilang. Kita ;punya emas harus kita letakkan di tempat khusus dan jika perlu kita letakkan di dalam lemari besi yang hanya kita saja yang tahu kuncinya.
Begitu juga bulan Ramadhan. Bulan suci dan sangat mulia ini mungkin lebih dari sekedar emas. Nilainya pasti jauh lebih besar, lebih mulia dan lebih berharga daripada emas.
Kita harus menjaga bulan suci Ramadhan ini agar jangan terlewat atau jangan lewat begitu saja. Kita harus mengumpulkan sebanyak mungkin pahala Ramadhan. Dan ini adalah kesempatan emas yang harus kita manfaatkan. Amal yang sunnah saja diberi pahala seperti ibadah wajib, apalagi ibadah wajib. Karena ibadah puasa itu untuk Allah, maka Allah SWT sendiri yang memberi balasan pahalanya. Bahkan besarannya bisa tak terbatas dan itu terserah Allah.
Namun ada hal-hal yang harus kita pahami, bahwa pahala puasa kita bisa hilang atau bisa terhapus gara-gara kita tidak bisa menjaganya. Ada dua hal yang harus betul-betul kita jaga, yakni lisan dan syahwat kita.
Kita bahas tentang lisan terlebih dulu. Menggunakan lisan untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh, berbohong, menyakiti perasaan orang lain, mengadu domba, mengumpat, menghina, atau melakukan perbuatan buruk lainnya dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala puasa seseorang.
Dalam satu hari saja kita sulit untuk tidak berbohong. Contoh ketika kita berencana ketemu teman. Kita sering mengatakan jika kita masih On The Way (OTW). Padahal OTW-nya ke kamar mandi. Ketika ditanya lagi jam berapa sampai lokasi, kita bilang 15 menit lagi. Padahal 15 menit lagi nyampek di sepeda motor.
Itu bohong yang kita sengaja tapi kita sering menganggap hal tersebut biasa saja. Belum lagi jika kita terpaksa atau dipaksa berbohong. Ini akan lebih sulit lagi kita menghindar.
Masih terkait dengan mulut. Kita seringkali menggunjing (ghibah). Ghibah adalah perbuatan berbicara atau menyebarkan informasi yang tidak baik tentang seseorang di belakangnya, yang jika diketahui oleh orang tersebut, akan menyakitinya atau menyebabkan malu baginya. Ghibah itu dosa besar dan Islam secara tegas melarang.
Berbicara tentang orang lain sebagaimana yang mereka tidak sukai atau dengan cara yang merendahkan martabat mereka tanpa alasan yang benar merupakan tindakan yang sangat tidak diperbolehkan dalam Islam. Ghibah tidak hanya merugikan orang yang dibicarakan, tetapi juga merugikan pelaku ghibah itu sendiri karena dapat merusak hubungan antar sesama manusia, menciptakan ketidakpercayaan, dan menimbulkan fitnah. Dalam kaitan dengan ibadah puasa, ghibah bisa menghilangkan pahala puasa kita.
Rasulullah Muhammad SAW memberikan peringatan yang keras terhadap pelaku ghibah dan menegaskan pentingnya menjaga lidah dari perbuatan tersebut. Dalam banyak hadits, beliau menjelaskan bahwa ghibah adalah seperti memakan daging saudara yang mati, yang tentu saja sangat menjijikkan.
Islam mendorong untuk berbicara dengan baik tentang orang lain atau diam jika tidak ada yang baik yang bisa dikatakan. Jika seseorang memiliki masalah dengan orang lain, dia harus berusaha menyelesaikannya dengan cara yang baik dan tertib, bukan dengan menyebarkan gosip atau informasi yang merugikan.
Masih tentang bahaya lisan. Kita sering menyakiti orang lain dengan kata-kata atau ujaran kebencian. Dan perbuatan tersebut jelas bisa menghapus pahala puasa.
Selain mulut, telinga juga bisa menjadi pembatal pahala puasa kita. Telinga yang tugasnya mendengar seringkali disengaja atau tidak disengaja mendengar orang bergunjing dan sebagainya. Jangan ikut nimbrung jika mendengar orang bergunjing dan jaga telinga kita agar pahala puasa kita tidak hilang.
Di era modern saat ini, berbohong, menyakiti perasaan orang lain, mengadu domba, mengumpat, menghina, atau melakukan perbuatan buruk lainnya bisa lewat media sosial melalui gadget. Disini peran jempol kita yang sangat menonjol. Jempol kita bisa melakukan apa saja. Dengan jempol kita bisa celaka dan jempol bisa membatalkan pahala puasa kita.
Selanjutnya, agar pahala puasa kita tidak batal atau hilang, kita harus pandai-pandai menjaga syahwat. Syahwat ini biasanya bersumber dari mata dan tertuduhnya banyak dilakukan laki-laki. Maka ujian terbesar dari laki-laki disini adalah mata. Melihat sesuatu yang tak sengaja saja bisa menimbulkan syahwat apalagi yang disengaja.
Jika perempuan itu ujian terbesarnya adalah menjaga mulut dan telinganya tapi kalau laki-laki ada pada matanya. Makanya dalam agama Islam itu menyarankan perempuan menutup mulut dan telinganya dengan cadar. Ini sebagai pertanda bahwa mulut dan telinga wanita itu bisa menjadi sumber petaka. Lalu untuk mengendalikan syahwatnya, Islam memerintahkan laki-laki merunduk dan menjaga penglihatannya.
—000—
*Muslim Infuencer. Tinggal di Sidoarjo
Tinggalkan Balasan