

Buya Hamka pernah menyatakan, “Bekerja tak sekadar bekerja, karena monyet juga bekerja”. Kalimat ini menggambarkan bahwa bekerja dalam pandangan Islam dan manusia pada umumnya memiliki dimensi yang lebih dalam daripada sekadar aktivitas fisik atau menghasilkan uang.
Dalam Islam, bekerja adalah cara untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan memberikan manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Dalam Islam, bekerja adalah salah satu bentuk ibadah, asalkan dilakukan dengan niat yang baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan bagaimana bekerja dapat menjadi ibadah melalui keteladanan beliau dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut ini adalah langkah-langkah dan cara agar pekerjaan kita bernilai ibadah beserta landasan dalilnya:
1. Niat yang Benar
Pastikan niat bekerja adalah untuk mencari ridha Allah SWT, bukan semata-mata untuk kepentingan duniawi. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selanjutnya Pilih pekerjaan yang halal dan tidak bertentangan dengan syariah. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qashash Ayat 77:
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Bekerjalah dengan sungguh-sungguh, disiplin, dan profesional. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang apabila melakukan suatu pekerjaan, dia melakukannya dengan itqan (profesional).” (HR. Thabrani).
Selalu jujur dalam pekerjaan dan tidak melakukan kecurangan. Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa Ayat 29:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَكُم بَيْنَكُم بِٱلْبَٰطِلِ إِلَّآ أَن تَكُونَ تِجَٰرَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ ۚ وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Hindari transaksi yang mengandung riba dan penipuan. Tunjukkan akhlak yang baik kepada rekan kerja, atasan, dan bawahan. Rasulullah SAW bersabda: “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi).
Terakhir, selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan dan bertawakkal kepada Allah SWT setelah berusaha.
Dengan mengikuti langkah-langkah di atas dan senantiasa mengingat bahwa pekerjaan kita adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT, kita dapat menjadikan pekerjaan kita bernilai ibadah sesuai dengan tuntunan Islam. Semoga Allah SWT memberkahi usaha dan pekerjaan kita.
—000—
*Ulama dan akademisi Ubaya, tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan