• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

“Carbon Trading” dan Pelestarian Hutan

6 Januari 2023 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi sebuah kawasan hutan. Foto: Ist.

“Gempuran CO2 dalam jumlah yang semakin hari semakin bereskalasi menjadikan suhu udara di planet bumi meningkat dan ini semakin membahayakan bagi kehidupan umat manusia.”

Oleh: Jani Purnawanty Jasfin (Dosen & Peneliti di Fakultas Hukum Universitas Airlangga / Penerima Grant Impact Seed Funding 2022 – SEA Jurnalist-Scientist Hub – Pulitzer Center)

Karbon (dioksida) yang rumus kimianya CO2  itu bisa diperdagangkan? Dzat yang tak kasat mata, dipahami oleh awam sebagai bahan buangan yang mengandung unsur polutan, ada yang mau beli? Bahkan, Dusun Senamat Ulu, di Batin Tiga Ulu Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi berhasil memanen milyaran rupiah dari hasil dagang karbon, benarkah? Memang tidak mudah mencerna apa itu fenomena carbon trading atau perdagangan karbon.

Paparan CO2 dan Kehidupan Manusia

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa manusia menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida. Tanaman memerlukan CO2 untuk proses fotosintesa, sehingga jelas meletakkan tanaman di ruang terbuka di sekitar kita itu menjernihkan udara. Sesungguhnya manusia hidup secara simbiosis mutualis dengan tanaman. Tanaman membutuhkan CO2 dari helaan nafas manusia, manusia memerlukan O2 yang dihasilkan oleh tanaman.

Ternyata dengan semakin kompleksnya kehidupan manusia, CO2 dihasilkan manusia bukan saja dari hembusan nafas. Setiap gerak manusia memerlukan energi yang mayoritas bersumber dari energi listrik yang saat ini sebagian besar dihasilkan dari bahan bakar fosil. Kehidupan rumah tangga sehari-hari, dari mulai membuka mata di pagi hari hingga menutup hari saat telah malam, semua menghasilkan CO2. Semua gerak kehidupan manusia mengkonsumsi energi dan itu nyata menghasilkan CO2. Ditambah lagi dengan aktifitas mobilitas manusia dengan segala macam moda transportasi, aktifitas industri, aktifitas di sektor pertanian, kehutanan, terlebih industri, semua jelas menghasilkan CO2 dalam jumlah yang massive.

Gempuran CO2 dalam jumlah yang semakin hari semakin bereskalasi menjadikan suhu udara di planet bumi meningkat dan ini semakin membahayakan bagi kehidupan umat manusia. Dalam konteks kesehatan perorangan, paparan CO2 yang tinggi dapat menimbulkan resiko kesehatan yang serius. Selain aspek kesehatan, lingkungan juga menanggung dampak buruk dari meningkatnya suhu bumi yang disebabkan kadar CO2 yang tinggi di udara.

Suhu udara di bumi yang terus meningkat, sering dibahasakan dengan global warming, menyebabkan musim jadi berubah-ubah masa. Para petani dahulu bisa mulai menanam padi dengan berpedoman pada musim tanam utama: pada bulan Nopember, Desember, Januari, Pebruari dan Maret; musim tanam gadu: pada bulan April, Mei, Juni, Juli; dan musim tanam kemarau: pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Namun patokan musim itu kini mulai kacau. Penentuan musim hujan dan musim kemarau tidak sepasti dulu. Kemarau bisa berlangsung berkepanjangan, hujan baru akan datang setelah diundang dengan panjatan doa yang bertalu-talu. 

Global warming dan climate changemenjadi diksi yang semakin sering diucapkan banyak orang. Ini dua hal yang berbeda, tetapi saling mempengaruhi. Tanpa perlu merunut apa yang menjadi penyebab, mana yang merupakan akibat, hidup kita sekarang dilingkupi dua masalah serius yang timbul akibat paparan CO2 yang demikian tinggi.

Carbon Trading Sebagai Jalan Keluar?

Kita mengetahui bahwa tanaman menyerap CO2. Secara mudah, dengan banyak menanam dan memelihara tanaman, maka udara lebih dapat dimurnikan. Dalam skala global, pada 2021, Carbon Brief mencatatlebih dari setengah emisi (gas buangan) yang berasal dari gas rumah kaca (karbon dioksida (CO2), belerang dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), gas metana (CH4), dan klorofluorokarbon (CFC)) global disumbang berturut-turut oleh Amerika Serikat, Cina, Rusia, Brasil, Indonesia, Jerman, India, Inggris, Jepang, dan Kanada. Emisi karbon yang dihasilkan oleh Indonesia mayoritas bersumber dari kehutanan dan lahan, pertanian, energi dan transportasi, limbah, serta proses industri dan penggunaan produk.

Gentingnya isu perubahan iklim yang terjadi saat ini menuntut manusia untuk merubah cara pandang dalam memperlakukan alam. Benar bahwa Indonesia menyumbang emisi karbon global, akan tetapi pada saat yang sama Indonesia ternyata memiliki potensi pendapatan ekonomi karbon yang bisa diperoleh dari perdagangan karbon hutan tropis, mangrove, dan gambut.

Sebagai negara yangterletak di garis katulistiwa, Indonesia dikaruniai kekayaan alam berupa hutan tropis yang berkontribusi besar dalam menjaga iklim dunia. Hutan tropis Indonesia disebut terbesar nomor 3 di dunia dengan luas mencapai 125 juta Ha. Hutan seluas ini diperkirakan mampu menyerap karbon sebesar 25 miliar ton. Potensi penyerapan ini belum termasuk hutan mangrove dan hutan gambut. Malahan, hutan gambut Indonesia disebut memiliki potensi penyerapan karbon yang lebih besar dibandingkan dengan hutan tropis.

Hutan tropis Indonesia dapat menjadi andalan dalam perspektif ekonomi dan lingkungan. Pemanfaatan hutan sekarang tidak hanya didapat dengan cara menebangi pohon. Justru dengan cara melestarikan hutan, melalui skema carbon trading, manfaat ekonomi dapat diperoleh lebih banyak: anda menghasilkan gas polutan CO2, kami menyerapnya melalui pelestarian hutan-hutan kami.

Hutan menjadi paru-paru dunia, wajib dilestarikan dan dijaga dari upaya dan tindakan deforestasi. Salah satu upaya masyarakat global dalam menekan laju kenaikan suhu udara di bumi agar tidak sampai meningkat 2 derajat Celcius adalah dengan menurunkan tingkat emisi karbon. Salah satu cara untuk menekan tingkat emisi adalah dengan melestarikan hutan-hutan yang mampu menyerap CO2.

Bagaimana sebenarnya pemahaman sederhana tentang perdagangan karbon yang berkaitan dengan pelestarian hutan? Negara penghasil emisi karbon diwajibkan memberi imbalan kepada negara-negara yang dapat menyerap karbon yang dilepaskan oleh negara penghasil emisi. Artinya, negara penghasil emisi membayar sejumlah dana yang ekuivalen dengan besaran emisi yang mereka lepaskan. Negara penghasil emisi bertransaksi dengan negara-negara yang berhasil memelihara hutan penyerap gas buangan karbon. Lantas, kompensasi diberikan utamanya kepada masyarakat di sekitar hutan yang biasanya hidup dari menikmati hasil hutan. Melalui kompensasi finansial ini masyarakat memperoleh sumber penghidupan tanpa perlu menebangi hutan.

Kita patut hidup dengan paradigma baru tentang tata kelola hutan. Hutan tidak lagi mesti ditebangi dan digunduli, bahkan dibakar dan dikonversi agar menghasilkan uang dan pendapatan bagi negara. Sekarang, justru dengan menjaga kelestarian hutan, negara dan masyarakat dapat memperoleh pendapatan yang malah jauh lebih besar daripada ketika melakukan eksploitasi hutan.

Carbon trading tidak menjadi satu-satunya cara mencegah dan mengendalikan perparahan kerusakan alam akibat global warming dan climate change. Namun pelestarian hutan tetap menjadi pilihan terbaik bagi penjagaan kehidupan dan peradaban manusia.

—

Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, nusantara, Tips Ditag dengan:Carbon Trading, CO2, hutan, Karbon, Manusia

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

UNICEF: Krisis Kelaparan Gaza Disebabkan Blokade Israel, Bukan Kekurangan Pangan

25 Agustus 2025 By admin

SDN Kalirungkut I Juara KU 10 dan KU 12 Milklife Soccer Challenge Surabaya 2025

24 Agustus 2025 By zam

Membaca Itu Sehat: Manfaat Besar dan Cara Menjaganya Tetap Menyenangkan

24 Agustus 2025 By admin

Emil Audero Tampil Gemilang Saat Cremonese Hantam AC Milan 2-1 di San Siro

24 Agustus 2025 By admin

Milklife Soccer Challenge Surabaya Lahirkan Bintang Baru

24 Agustus 2025 By zam

Jumlah Jurnalis Gugur di Gaza Capai 240, Tertinggi dalam Sejarah Konflik Dunia

24 Agustus 2025 By admin

Kemendikdasmen Komitmen Sukseskan Program Digitalisasi Sekolah di Seluruh Indonesia

23 Agustus 2025 By admin

Pemkot Surabaya dan KONI Gelar Kejuaraan Multi Event Piala Wali Kota 2025

23 Agustus 2025 By admin

Mengenal Permukiman Suku Bajo di Wakatobi

23 Agustus 2025 By admin

Menlu Belanda Caspar Veldkamp Mundur karena Gagal Bela Palestina

23 Agustus 2025 By admin

Kepala BP Haji Siap Terima Keputusan Soal Perubahan Kelembagaan

23 Agustus 2025 By admin

Pertama di Indonesia, Museum Jalan Tol Jadi Media Pembelajaran Anak Bangsa

22 Agustus 2025 By zam

Reuni Cast Dawson’s Creek: Baca Naskah Pilot di Broadway untuk Amal

21 Agustus 2025 By admin

Keluarga WR Soepratman Tegaskan Lagu “Indonesia Raya” Tak Lagi Miliki Royalti

21 Agustus 2025 By admin

Jerman Desak Israel Kurangi Penderitaan Warga Gaza

21 Agustus 2025 By admin

Fadilah dan Dasar Dalil Berzikir Setelah Shalat Subuh Hingga Terbit Matahari

21 Agustus 2025 By admin

Mengapa Jalan Kaki Sangat Baik untuk Kesehatan?

20 Agustus 2025 By admin

Israel Ragu Terima Proposal Gencatan Senjata dan Desak Pembebasan Seluruh Sandera

20 Agustus 2025 By admin

Mampukah Merdeka Dari Belenggu Rasa Manis?

20 Agustus 2025 By admin

Palestina Bentuk Komite Konstitusi Menuju Status Negara Penuh

20 Agustus 2025 By admin

Kemenkeu Bantah Isu Sri Mulyani Sebut Guru Beban Negara

19 Agustus 2025 By admin

Komnas Haji Usulkan RUU Haji Lebih Fleksibel dan Adaptif

19 Agustus 2025 By admin

Bojan Hodak Sebut Gol Kedua ke Gawang Persib sebagai Kesalahan Fatal

19 Agustus 2025 By admin

Atalanta Resmi Datangkan Nicola Zalewski dari Inter Milan

19 Agustus 2025 By admin

Hamas Tolak Rencana Israel Relokasi Warga Gaza, RI Bantah Ikut Berunding

18 Agustus 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Layanan Jamaah Haji Akan Satu Atap di Bawah Kementerian Haji dan Umrah
  • Isi Gugatan Cerai Pratama Arhan Terungkap, Rumah Tangga Retak Sejak Awal 2024
  • Taylor Swift dan Travis Kelce Resmikan “Brand Tayvis” Lewat Pertunangan
  • Wolves Bangkit Dramatis, Gagalkan Ambisi West Ham di Carabao Cup
  • Campak dan Cacingan, Cermin Kegagalan Upaya Promotif-Preventif

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.