
Surabaya (Trigger.id) – Google sering kali menjadi tempat pelarian pertama ketika seseorang merasakan keluhan atau gejala sakit yang mengganggu.
Tetapi, pencarian informasi medis yang tak terarah di internet dapat berujung pada munculnya hasil-hasil pencarian yang tak relevan dan berpotensi memicu kecemasan (cyberchondria).
Mengutip Republika.com, mencari berbagai informasi medis di Google pada dasarnya bukan hal baru. Faktanya, survei eligibility.com menunjukkan bahwa hampir 90 persen pasien mencari tahu mengenai gejala mereka di Google sebelum memeriksakan diri ke dokter.
Meski bisa sangat membantu, pencarian informasi medis di Google tidak selalu memberikan jawaban yang tepat. Tidak jarang, kebiasaan ini justru memicu timbulnya beragam masalah lain. Salah satu di antara masalah tersebut adalah cyberchondria.
Menurut para ahli kesehatan mental, cyberchondria merupakan tindakan mencari informasi medis secara kompulsif dan berulang di internet yang berujung pada munculnya kecemasan dan panik.
dr, Decsa Madikan Hertanto SppD melalui akun IG pribadinya @dokterdecsa bilang, sering googling informasi yang terkait dengan kesehatan kemudian berujung pada kecemasan, jangan-jangan itu telah masuk gejala cyberchondria.
Di samping itu, banyak orang kerap memanfaatkan Google untuk menegakkan diagnosis sendiri berdasarkan gejala-gejala yang mereka rasakan. Padahal, hasil pencarian dari Google tidak selalu akurat dan tak bisa dijadikan dasar untuk menegakkan diagnosis sendiri.
Kecenderungan orang awam untuk melakukan pencarian informasi medis yang tak terarah di Google juga kerap menjadi masalah tersendiri bagi dokter dan penyedia layanan kesehatan. Alasannya, kebiasaan tersebut kerap mendorong pasien untuk melakukan saran-saran terkait kesehatan yang tidak tepat. (ian)
Tinggalkan Balasan