Surabaya (Trigger.id)-Titik tekan ayat di atas adalah perintah takwa dan perintah bersilaturahim. Allah SWT sengaja mengedepakan perintah takwa karena memang takwa merupakan pondasi yang sangat primer bagi kehidupan manusia. Implikasi dari ketakwaan itu akan melahirkan kesadaran bersilaturahim. Oleh karenanya Allah SWT menempatkan perintah silaturahim setelah perintah takwa.
Imam Ibnu Katsir menyatakan dalam tafsirnya, ayat ini merupakan suatu perintah totalitas ketaatan padaNya serta agar selalu mengatasnamakan Allah dalam segala bentuk permintaan dan silaturahimnya, saling menjaga dan jangan sampai memutusnya. Dari ayat di atas sudah jelas sekali bahwa Allah SWT juga mengatur keharmonisan hidup sosial dengan media silaturahim karena Allah.
Media bertakwa dikemas dalam Agama dengan adanya ibadah puasa, Ummat manusia diserukan agar menjadi pribadi yang benar-patuh secara lahir bathin selama menjalankan ibadah puasa, seluruh hidupnya digerakkan menuju ketaatan kepada sang pencipta. kesempurnaan puasa itu disebut oleh Imam Al- Ghazali dengan showmu khususil khusus (puasa derajat istimewa). Dengan training selama satu bulan di balai Ramadan dengan berbagai aktifitas kebaikan akan mengantarkan manusia mencapai derajat muttaqin.
Dari pencapaian derajat itu akan tumbuh kesadaran bersilaturahim dan ber ukhuwwah dengan sesama ummat Islam. Silaturahim bagian dari ibadah sosial yang yang sangat dianjurkan dalam agama Islam dan tidak boleh dilalaikan. Bahkan bersilaturahim menjadi tolak ukur keimanan seseorang, sebagaimana Nabi sabdakan “barang siapa beriman kepada Allah, maka, sambunglah sanak familinya (bersilaturahim)”.
Allah juga menyatakan dalam al-Quran (yang artinya): “Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang telah diperintahkan oleh Allah supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan dibumi, orang-orang itulah yang mendapatkan kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (jahannam (QS. Ar-Ra’du: 25).
Imam al-Qurthuby memaparkan dalam kitab tafsirnya, “para ulama bersepakat bahwa memutus tali silaturahim merupakan perbuatan terlarang dan termasuk dosa besar apa bila ditinggalkan tanpa ada ‘udzur”. Dalam kitab Irsyadul Ibad dijelaskan, kasih sayang Allah tidak diberikan kepada suatu kaum yang di dalamnya terdapat orang yang memutus tali silaturahim. Di Akhirat Nabi SAW mengancam “Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali persaudaraan”. (HR. Bukhari-Muslim)
Salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi: “Ya Rasulallah, perbuatan apa yang menyebabkan aku masuk surga dan jauh dari siksa neraka?” Nabi menjawab: “Beribadahlah kepada Allah, jangan sekutukannya, dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan sambunglah tali persaudaraan”.(HR. Bukhari-Muslim).
Dalam hadis lain Nabi juga menyatakan, “jika ingin diberi keluasan rezekinya hendaknya ia menyambung tali persaudaraan”. Selain memang perintah agama berdasarkan perintah dalam al-Quran dan sunnah, silaturahim dapat menjadi suatu media berbagi kebaikan sesama ummat Islam, saling tukar ilmu dan informasi, berbagi rezeki, memberi maaf antara satu sama lain, tolong-menolong, saling menasihati bahkan juga bisa menjalin ikatan bisnis dengan sesama ummat islam.
Dengan demikian, persatuan umat Islam bisa teralisasi dengan kesadararn bersilaturahim. Karena pada hakikatnya setiap umat Islam adalah bersaudara., Maka, perbaikilah hubungan kalian. Demikian seruan dalam al-Quran.
Mengenai waktu bersilaturahim tidak harus setelah hari raya idul fitri, ketika silaturahim mulai terkikis, di situlah kita perlu menyegarkan kembali tali silaturahim. Bersilaturahim bisa dengan berbagai madia; instagram, facebook, whatsapp, twitter dan jejaring sosial lainnya karena memang eranya serba digital.
Nah, dari silaturahim inilah akan berkembang menjadi kekuatan ikhuwah islamiah yang menjadi seruan Agama. Karena Agama mengajarkan perbaikan vertikal dan horizontal yang dalam bahasa al-Quran disebut hablun minallah dan hablun minannas.
Kesimpulannya, Allah menyerukan kepada kita untuk menjadi manusia yang patuh dan menyambung tali persaudaraan. Dua hal ini tidak bisa dipisahkan karena memang silaturahim merupakan perintah Tuhan dalam al-Quran serta bagian dari ibadah yang perlu dilestarikan dalam tataran kehidupan kita, sehingga tercipta kenyamanan, kedamaiain, keindahan sosial, ketentraman dalam bingkai ukhuwah islamiah mencapai gelar ibadillah asshalihin, baik secara vertikal maupun horizontal.(kai)
Tinggalkan Balasan