
Istanbul (Trigger.id) – Koalisi internasional Freedom Flotilla kembali meluncurkan misi kemanusiaan laut menuju Jalur Gaza dalam upaya menentang blokade Israel yang telah berlangsung lebih dari satu dekade. Kapal baru yang dinamakan “Handala” berlayar dari pelabuhan Sirakusa, Italia, membawa bantuan kemanusiaan serta pesan solidaritas bagi warga Palestina, terutama anak-anak Gaza.
Dalam pernyataan yang diunggah melalui akun resmi media sosial mereka pada Minggu (13/7), Freedom Flotilla menegaskan bahwa pelayaran ini adalah bentuk perlawanan terhadap pengepungan yang mereka sebut sebagai “ilegal dan mematikan” oleh Israel.
“Beberapa pekan setelah kapal ‘Madleen’ disita secara ilegal dan 12 warga sipil diculik di perairan internasional oleh pasukan Israel, kami kembali menantang pengepungan terhadap Gaza dengan dukungan solidaritas global,” tulis mereka.
Kapal Handala diperkirakan mengangkut sekitar 18 aktivis internasional, termasuk dua anggota parlemen dari partai sayap kiri radikal Prancis, La France Insoumise (LFI). Namun, identitas lengkap para peserta belum sepenuhnya dipublikasikan demi alasan keamanan.
Sebelumnya, pada 6 Juni 2025, kapal Madleen berbendera Inggris juga sempat diberangkatkan dari Sisilia, Italia, dalam misi serupa. Namun hanya tiga hari berselang, pada 9 Juni, kapal tersebut dicegat oleh militer Israel di perairan internasional dan 12 aktivis di atasnya ditangkap, termasuk seorang warga negara Indonesia yang dilaporkan oleh organisasi kemanusiaan lokal terlibat dalam misi tersebut.
Upaya Panjang Menembus Blokade
Blokade laut, darat, dan udara yang diberlakukan Israel atas Jalur Gaza sejak tahun 2007 telah memicu krisis kemanusiaan berkepanjangan. Menurut laporan PBB dan organisasi hak asasi internasional, blokade ini membatasi masuknya bantuan medis, pangan, bahan bakar, hingga alat rekonstruksi ke wilayah yang dihuni oleh lebih dari dua juta jiwa tersebut.
Freedom Flotilla, yang terdiri dari sejumlah LSM, aktivis kemanusiaan, dan tokoh politik dari berbagai negara, telah beberapa kali mencoba menerobos blokade, termasuk pelayaran kontroversial Mavi Marmara pada 2010 yang berujung pada kematian sembilan aktivis akibat serangan Israel.
Koalisi ini menegaskan bahwa pelayaran kapal Handala bukanlah aksi konfrontatif, tetapi bentuk perlawanan damai demi menyalurkan bantuan dan membuka mata dunia atas penderitaan rakyat Gaza.
Respons Pemerintah dan Komunitas Internasional
Sejauh ini, Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait keberangkatan Handala. Namun, berdasarkan kebijakan sebelumnya, Israel kemungkinan akan kembali mencegat kapal tersebut sebelum memasuki zona perairan yang diklaimnya sebagai wilayah pertahanan.
Di sisi lain, para pengamat menilai bahwa pelayaran seperti ini akan terus menjadi sorotan dunia dan memberikan tekanan moral kepada komunitas internasional, termasuk Dewan Keamanan PBB dan Uni Eropa, untuk mengevaluasi kebijakan mereka terkait konflik Israel-Palestina dan perlindungan atas hak-hak warga sipil di Gaza. (ian)
Tinggalkan Balasan