
Surabaya (Trigger.id) – Sampai saat ini masih muncul anggapan, perempuan hebat itu jika ia memiliki karya nyata di luar lingkup keluarganya. Lalu bagaimana dengan mereka yang memilih atau terpaksa menjadi ibu rumah tangga?.
Kenapa perempuan harus disuruh memilih? Pertanyaan itu sejak awal sudah menempatkan posisi perempuan seolah tak berdaya. Bukankah perempuan bisa meraih apa yang mereka inginkan?.
Pada dasarnya, perempuan diberi talenta untuk memposisikan diri dalam multi peran, dimana perempuan bisa menjadi apa yang dia impikan tanpa harus melupakan kodratnya sebagai perempuan.
Dalam budaya Indonesia yang bersifat patrilinear atau memegang prinsip patriarki pun terkadang cenderung mengedepankan kepentingan laki-laki daripada perempuan.
Bahkan, ada keluarga secara sadar tidak sadar terbentuk pola asuh orang tua yang memprioritaskan anak laki-laki dalam menggapai kesuksesan setinggi-tingginya karena dianggap anak laki-laki itulah yang kelak akan menerima tongkat estafet pengganti ayahnya dalam membawa bendera keluarga.
Mengutip tulisan Rengganis Parahita di laman herworld.co.id, Virginia Woolf pernah berkata “for most of history, anonymous was a woman”. Kalimat ini jelas tak salah karena berdasarkan kontribusi gender pada keberlangsungan dan kesejahteraan hidup manusia, campur tangan kaum Hawa selalu dibutuhkan untuk berbagai urusan.
Lalu, bagaimana bisa ada ketimpangan? Well, ketidaksetaraan biasanya muncul karena dua hal, budaya dan kepentingan. Dua hal ini sedikit banyak membawa pengaruh besar terhadap bagaimana kelompok masyarakat memandang laki-laki dan perempuan dalam waktu yang bersamaan.
Pembagian kerja pada masyarakatlah yang membuat isu ini jadi ada dan bagaimana kita sebagai perempuan sendiri yang terkadang lupa bahwa pada dasarnya kita semua sama. Don’t differentiate yourself because you are a woman. Be a yourself-woman! Tunjukkan pada dunia bahwa Anda punya sisi istimewa yang tak layak dikesampingkan.
Rengganis lalu mencatat, ada beberapa perempuan hebat yang muncul pada saat yang tepat. Berikut enam orang diantaranya:
- Putri Reema (Arab Saudi) – Untuk pertama kalinya, Kerajaan Arab Saudi mengangkat seorang perempuan bernama Reema bint Bandar Al Saud untuk menjadi Duta Besar bagi Amerika Serikat. Tradisi larangan perempuan jadi pemimpin pun senantiasa berubah.
- Neema Kaseje (Afrika) – Seorang ahli bedah dan direktur pendiri Surgical Systems Research Group di Kisumu, Kenya, dan Jenewa. Pada tahun 2017, ia masuk dalam daftar Young Global Leader dari the World Economic Forum. Kini, ia bertugas sebagai Global Initiative for Emergency and Essential Surgical Care di WHO.
- Malala Yousafzai (Pakistan) – Setelah berpidato di depan umum tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan pada tahun 2012, perempuan berusia 21 tahun ini ditembak oleh Taliban yang menyebabkan dirinya mengalami luka parah. Setelah sembuh, ia memenangkan hadiah Nobel Perdamaian dan kini sedang mengumpulkan dana untuk membuka sekolah gratis bagi ratusan gadis pengungsi dari Suriah.
- Khofifah Indar Parawansa (Indonesia) – Pernah menjabat sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan di era Presiden Abdurrahman Wahid dan Menteri Sosial di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo, kini Khofifah Indar Parawansa didaulat sebagai Gubernur Jawa Timur terhitung Februari 2019 lalu. Gebrakannya di lingkup sosial dan politik Indonesia memang tak perlu dipertanyakan lagi. Kecerdasan dan kinerja yang luar biasa nyatanya mampu mengikutsertakannya pada sederet forum internasional yang menjadikannya dikenal oleh tokoh politik dunia.
- Sabrina Pasterski (Amerika Serikat) – Meski masih berusia 25 tahun, namun fisikawan teoritis ini sudah bisa menciptakan pesawat bermesin, Zenith Zodiac (ZZ), seharga US$36.000 saat usianya 12 dan 14 tahun. Pada usia 16 tahun, ia bisa menerbangkan ZZ dan otomatis menjadikannya pilot uji. Saking jeniusnya, perempuan cantik ini dijuluki ‘The New Albert Einstein’ oleh majalah Forbes Amerika, dipuji oleh fisikawan George Takei, bahkan dijanjikan pekerjaan oleh Jeff Bezos.
- Melinda Gates (Amerika Serikat) – Di dunia filantropi, Melinda disebut-sebut sebagai sosok perempuan paling berpengaruh. Cantik, murah hati, berkelas, dan sangat cerdas, Melinda tak hanya dikenal sebagai seorang dermawan melainkan juga pelaku bisnis yang sukses, pemilik Bill & Melinda Gates Foundation, dan advokat yang terus berjuang untuk kaum Hawa dan anak-anak perempuan.
Khofifah Indar Parawansa dalam akun Instagram @Khofifah.ip bilang, terimakasih atas apresiasinya. “Bagi saya, layanan masyarakat yang saya lakukan selama ini tidak lain sebagai bentuk syukur karena telah dilahirkan sebagai perempuan Indonesia,” ujarnya.
Khofifah juga ingin menunjukan kepada dunia bahwa perempuan Indonesia memiliki kesempatan luas memainkan peran-peran strategis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. “Selamat Hari Kartini. Hidup Perempuan Indonesia !,”, seru Khofifah Indar Parawansa. (ian)
Tinggalkan Balasan