
Surabaya (Trigger.id) – “Waspadai kematian. karena 50 persen lebih penduduk Indonesia kecanduan gorengan,” kata dr. Decsa Medika Hertanto, SpPD dalama satu konten IGnya, @dokterdecsa.
Berdasarkan Survei Kementerian Kesehatan 2023 dari Kemenkes, 37,4% penduduk Indonesia berusia di atas 3 tahun tercatat mengonsumsi makanan berlemak/berkolesterol/gorengan minimal sekali setiap harinya. Hal ini berarti tiada hari tanpa mengonsumsi gorengan.
Jika dilihat dari provinsinya, maka provinsi di Jawa seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten menjadi provinsi yang paling banyak mengonsumsi gorengan. Lebih dari 40% warganya makan gorengan setiap hari.
Sementara itu, 51,7% responden mengonsumsi gorengan 1-6 kali per minggu, sedangkan sisanya makan gorengan kurang dari 3 kali per bulan.
Tingginya kebiasaan konsumsi gorengan di kalangan masyarakat Indonesia ini sangat mengkhawatirkan. Pasalnya, makan gorengan yang berlebihan sangat berbahaya bagi tubuh, salah satunya meningkatkan risiko kanker.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi gorengan, antara lain harga, tingkat pendapatan, pendidikan, dan akses terhadap pangan. Menariknya, penelitian ini menemukan bahwa harga adalah faktor yang paling signifikan (peningkatan harga makanan yang digoreng cenderung mengurangi konsumsinya). Terlepas dari popularitasnya, gorengan mengandung lemak jenuh yang tinggi, yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, yang merupakan masalah kesehatan serius di Indonesia.
Meskipun ada peringatan kesehatan, makanan yang digoreng tetap menjadi makanan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena keterjangkauan, aksesibilitas, dan signifikansi budayanya. Makanan ini sering dikonsumsi sebagai camilan atau bagian dari makanan, sehingga menjadi bagian penting dari menu makanan banyak masyarakat Indonesia, khususnya di daerah perkotaan.
Mengutip laman goodstats.id, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), terlalu banyak makan gorengan bisa mengakibatkan penyakit jantung, diabetes, hingga obesitas. Makanan yang dilapisi tepung dan digoreng cenderung mengandung kalori yang tinggi.
Beberapa makanan seperti tempe, tahu, dan ayam memang lebih enak jika digoreng dibanding dikukus atau direbus. Sayangnya, proses menggoreng ini malah menambah kandungan lemak dan mengurangi kandungan gizi dari makanan tersebut. Terlalu banyak makan gorengan bisa meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kadar kolesterol baik (HDL).
Gorengan mengandung lemak yang tinggi karena proses memasaknya yang melibatkan pemakaian minyak hidrogenasi, yang mampu mengubah lemak menjadi padat.
Ahli kesehatan telah lama memperingatkan bahaya konsumsi gorengan yang berlebihan. Minyak yang sering dipakai berulang kali untuk menggoreng dapat mengandung lemak trans dan akrilamida, zat yang berpotensi meningkatkan risiko penyakit jantung, kanker, dan penyakit kronis lainnya. Konsumsi gorengan yang tinggi juga dapat menyebabkan masalah seperti kolesterol tinggi, obesitas, dan gangguan pencernaan. Oleh karena itu, para ahli kesehatan menganjurkan agar konsumsi gorengan dibatasi untuk mencegah masalah kesehatan jangka panjang.
Meskipun gorengan identik dengan makanan tidak sehat, ada beberapa cara untuk membuat gorengan yang lebih sehat. Misalnya, dengan menggunakan minyak yang lebih sehat seperti minyak zaitun atau minyak kelapa, atau dengan menggunakan metode memasak seperti air frying yang mengurangi jumlah minyak. Beberapa penjual gorengan juga mulai berinovasi dengan menggunakan bahan-bahan segar dan teknik memasak yang lebih ramah kesehatan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin sadar akan pentingnya pola makan sehat.
Para ahli kesehatan juga menyarankan masyarakat untuk mengimbangi konsumsi gorengan dengan makanan yang lebih bernutrisi, seperti buah-buahan, sayuran, dan protein tanpa lemak, untuk menjaga keseimbangan gizi dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Dokter Tirta menyatakan bahwa sayuran yang digoreng, seperti kol atau terong, kehilangan banyak nutrisinya, terutama vitamin dan asam lemak tak jenuh. Selain itu, penggunaan minyak yang dipakai berulang kali meningkatkan risiko penumpukan lemak jenuh, yang dapat memicu kolesterol jahat (LDL).
Walaupun sesekali mengonsumsi sayuran goreng tidak berbahaya, ia mengingatkan agar tidak berlebihan, karena makanan tersebut cenderung berubah menjadi gorengan yang kurang sehat. Gorengan berlebihan meningkatkan risiko kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular. (ian)
.
Tinggalkan Balasan