
Oleh: Ustadz H. Muhammad Junaidi Sahal

Innalillah seringkali kita ucapkan, terutama ketika kita kehilangan atau berpsah dengan sesuatu yang sangat kita cintai. Kalimat innalillah juga sering kita ucapkan ketika mendengar atau melihat kawan kita yang meninggal dunia atau tertimpa musibah.
Kalimat innalillah juga sering diucapkan oleh ibu-ibu ketika mereka terkejut atau mengalami sesuatu ujian, musibah dan seterusnya. Namun seringkali kalimat innalillah muncul begitu saja tanpa mengerti dan memahami makna yang sebenarnya dari kalimat tersebut.
Sebenarnya tak salah juga kita mengucapkan innalillah ketika mengalami suatu peristiwa yang kurang mengenakkan atau membuat kita berduka. Namun sebenarnya kita harus memahami betul bahwa kalimat innalillah bukan sekadar kalimat untuk mengungkapkan kedukaan dan kesedihan.
Kita harus memahami bahwa kalimat tersebut selayaknya menjadi pedoman dan peneguh keimanan kita bahwa semua yang ada di dunia ini dan semua yang kita miliki termasuk diri kita sendiri adalah milik Allah semata. Kita tidak memiliki kuasa apapun atas diri kita dan semua yang kita miliki.
Harta benda kita, istri atau suami kita, anak-anak dan juga orang tua kita, semuanya bukan milik kita. Kita hanya dititipi oleh yang Maha Memiliki (Allah SWT). Kita hanya pinjam pakai saja. Kita hanya menjalankan amanah saja dari Allah SWT yang menganugerahkan harta, keluarga termasuk pangkat atau jabatan yang kita emban. Sehingga sewaktu-waktu diambil kembali oleh yang memiliki (Allah SWT), kita akan ikhlas menerima dan siap berpisah dengan sesuatu yang kita cinta.
Jangan terlalu kemilik (sifat terlalu memiliki) terhadap semua yang dititipkan kepada kita. Sehingga ketika diminta kembali oleh yang memiliki kita mampu berucap innalillah (semua milik Allah), dan kita tidak terlalu sedih apalagi sampai kesedihan yang berlarut-larut.
Sekali lagi kalimat innalillah kita harus pahami bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat peneguh keimanan kita, bahwa semua yang ada di bumi ini termasuk diri dan keluarga kita adalah milik Allah semata.
Innalillah Berbuah Sabar
Dalam surat Al-Baqarah Ayat 155 Allah SWT berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Melihat konteks ayat tersebut di atas, sebenarnya Allah SWT menegaskan kepada kita bahwa ujian, cobaan dan musibah yang diturunkan kepada kita itu hanya sedikit. Allah menguji kita dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa (kematian), dan buah-buahan. Sehingga jika kita benar-benar memahami ayat tersebut kita menjadi lebih sabar dan ikhlas. Dan Allah berjanji akan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.
Dan siapa orang-orang yang sabar tersebut, Allah SWT menerangkan di ayat berikutnya (Al Baqarah 156):
ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ
Artinya: (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Dan diantara karakter dan sifat orang-orang yang sabar itu bahwa mereka sesungguhnya ketika ditimpa sesuatu yang tidak mereka sukai, mereka mengatakan “Sesungguhnya kami adalah hamba sahaya milik Allah, di bawah pengaturan perintah dan kendali Nya, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya kepada kami dan Sesungguhnya kami akan kembali kepada Nya melalui kematian,kemudian kebangkitan untuk menghadapi perhitungan amal dan pembalasannya.
Tinggalkan Balasan