

Islam memang sangat peduli dengan kesehatan jiwa, karena kesejahteraan mental dianggap sebagai bagian penting dari kehidupan seorang Muslim. Islam mengajarkan keseimbangan antara aspek spiritual, emosional, dan fisik dalam kehidupan sehari-hari. Banyak ajaran dalam Islam, seperti zikir, shalat, dan doa, dirancang untuk menenangkan hati, mengatasi kecemasan, serta menguatkan jiwa.
Konsep sakinah (ketenangan jiwa) dalam Al-Quran menunjukkan bahwa kedamaian mental dapat dicapai melalui kedekatan dengan Allah dan penerimaan terhadap takdir-Nya. Prinsip-prinsip seperti kesabaran (sabr), syukur, dan tawakal memberikan landasan bagi umat Muslim untuk menghadapi tantangan hidup tanpa membiarkan stres atau tekanan emosional menguasai mereka.
Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya menjaga hubungan sosial yang sehat dan menghindari sifat-sifat negatif seperti dengki dan benci, yang bisa merusak kesehatan mental. Islam dengan jelas memberikan pedoman tentang cara menjaga ketenangan batin dan menghindari konflik dalam diri, menjadikannya agama yang sangat memperhatikan kesehatan jiwa secara menyeluruh.
Islam sangat detail dalam urusan kesehatan jiwa karena keseimbangan antara jiwa, akal, dan tubuh merupakan bagian yang penting dalam menjalani kehidupan yang harmonis dan sejalan dengan tujuan penciptaan manusia. Kesehatan jiwa dalam pandangan Islam tidak hanya berhubungan dengan ketenangan emosional, tetapi juga terkait dengan hubungan manusia dengan Allah, dirinya sendiri, dan lingkungan sekitarnya.
Al-Quran memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya menjaga kesehatan jiwa. Beberapa ayat Al-Quran menekankan ketenangan jiwa melalui zikir, kesabaran, dan pengendalian hawa nafsu. Salah satu contohnya dalam surah Ar-Ra’d ayat 28, Allah berfirman:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Surah Ar-Ra’d: 28):
Ayat ini menegaskan bahwa ketenangan jiwa dan kedamaian hati dapat dicapai melalui zikir dan kesadaran akan kehadiran Allah. Ini memberikan landasan bagi kesehatan mental yang kuat, karena ingatan kepada Allah dapat meredakan stres dan kecemasan.
Selain itu, Al-Quran mengajarkan konsep kesabaran dan tawakal sebagai sarana menjaga keseimbangan emosional:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا ٱكْتَسَبَتْ
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Surah Al-Baqarah: 286)
Ayat ini memberikan motivasi bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan seseorang, sehingga seseorang harus tetap sabar dan optimis, yang berkontribusi terhadap kesehatan mental.
Islam juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan sesama manusia, menghindari perasaan iri, dengki, dan kebencian, yang merupakan faktor-faktor yang dapat merusak kesehatan mental. Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya saling mendukung dalam kebaikan dan berbuat ihsan (berbuat baik), yang semuanya bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sehat secara mental dan spiritual.
Secara keseluruhan, Islam menawarkan pendekatan yang holistik terhadap kesehatan jiwa, di mana keseimbangan antara spiritualitas, akhlak, dan kesejahteraan sosial menjadi landasan untuk mencapai kedamaian batin dan mental.
Delapan indikator kesehatan jiwa WHO inhern dengan Islam
Indikator kesehatan jiwa menurut WHO sangat selaras dengan ajaran Islam, yang menekankan pentingnya kesejahteraan jiwa, pikiran, dan spiritualitas. Berikut adalah bagaimana indikator-indikator tersebut inheren dengan prinsip-prinsip Islam:
- Perasaan Sejahtera (Well-being)
Islam mengajarkan umatnya untuk mencari kebahagiaan sejati melalui hubungan dengan Allah dan penerimaan atas takdir. Dalam Surah Al-Fajr (89:27-30), Allah menyebut orang yang memiliki jiwa yang tenang sebagai “nafsul mutmainnah”, jiwa yang damai dan sejahtera, yang akan kembali kepada-Nya dalam keadaan ridha. - Kemampuan Menghadapi Stres (Coping with Stress)
Islam mengajarkan sabar (kesabaran) dan tawakal (berserah diri kepada Allah) dalam menghadapi kesulitan hidup. Dalam Surah Al-Baqarah (2:153), Allah berfirman bahwa kesabaran dan shalat adalah sumber kekuatan bagi orang yang beriman dalam menghadapi tantangan dan stres. - Produktivitas dan Efisiensi (Productivity and Functionality)
Islam mengajarkan pentingnya kerja keras dan berkontribusi kepada masyarakat. Hadits Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, mencerminkan pentingnya produktivitas yang positif dalam kehidupan seorang Muslim. - Hubungan Sosial yang Sehat (Healthy Social Relationships)
Islam menekankan ukhuwah (persaudaraan) dan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan sesama, baik keluarga maupun masyarakat. Surah Al-Hujurat (49:10) mengajarkan pentingnya persaudaraan di antara umat Islam dan memerintahkan umatnya untuk saling mendukung dan menjaga hubungan baik. - Pengendalian Emosi (Emotional Regulation)
Islam mengajarkan mujahadah (pengendalian diri) dan pengendalian emosi sebagai bagian penting dari perilaku seorang Muslim. Dalam hadits disebutkan bahwa orang yang kuat bukanlah yang pandai bertarung, tetapi yang mampu mengendalikan amarahnya. - Pemikiran Positif (Positive Thinking)
Islam mengajarkan untuk selalu memiliki husnudzon (prasangka baik) kepada Allah dan sesama manusia. Optimisme dan keyakinan akan kasih sayang serta hikmah Allah adalah dasar dari cara berpikir positif dalam Islam, yang tercermin dalam ajaran tawakal dan syukur. - Perasaan Memiliki Makna dalam Hidup (Sense of Purpose)
Dalam Islam, hidup memiliki tujuan yang jelas, yaitu beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah di muka bumi. Surah Adz-Dzariyat (51:56) menegaskan bahwa manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah, memberikan makna yang mendalam dalam kehidupan seorang Muslim. - Kemandirian dan Pengambilan Keputusan (Autonomy and Decision-Making)
Islam mengajarkan ijtihad (usaha mandiri dalam mengambil keputusan berdasarkan hukum Islam) dan tanggung jawab pribadi. Setiap Muslim bertanggung jawab atas pilihan dan amal perbuatannya, yang pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Dengan demikian, Islam dan indikator kesehatan jiwa dari WHO sangat sejalan. Islam menekankan kesejahteraan batin, stabilitas emosional, hubungan sosial yang baik, serta memiliki tujuan hidup yang bermakna, yang semuanya mendukung kesehatan jiwa yang baik menurut perspektif WHO.
—000—
*Akademisi Universitas Muhammadiyah Surabaya
Tinggalkan Balasan