
Gaza (Trigger.id) – Israel kembali melancarkan serangan udara ke Jalur Gaza pada Selasa (28/10) waktu setempat, menewaskan sedikitnya 18 warga Palestina dan melukai sekitar 50 orang lainnya. Aksi ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap gencatan senjata dengan Hamas yang telah disepakati sejak Oktober lalu.
Menurut laporan WAFA, pesawat tak berawak Israel menyerang rumah keluarga al-Banna di kawasan al-Sabra, selatan Kota Gaza. Serangan tersebut menewaskan empat orang dan melukai sembilan lainnya, termasuk seorang anak dan bayi. Beberapa korban dilaporkan masih tertimbun di bawah reruntuhan.
Dalam serangan terpisah, seorang warga Palestina syahid dan lainnya terluka ketika tentara Israel mengebom tenda pengungsi di selatan Kamp Nuseirat, Jalur Gaza tengah. Selain itu, lima orang juga dilaporkan tewas setelah sebuah kendaraan diserang di Khan Yunis, Gaza selatan.
Serangan udara juga menghantam kamp pengungsi al-Shati, wilayah sekitar Jalan Abu Hasira di barat Kota Gaza, serta kawasan al-Zeitoun di bagian timur kota. Artileri Israel turut menembaki wilayah timur Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah.
Sumber medis di Gaza mengonfirmasi kepada Al Jazeera bahwa total korban tewas mencapai 18 orang, sementara sekitar 50 lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan tersebut.
Menanggapi agresi tersebut, sayap militer Hamas, Brigade Qassam, mengumumkan penundaan penyerahan jenazah tawanan Israel yang ditemukan hari itu, dengan alasan adanya pelanggaran gencatan senjata oleh Israel. “Setiap tindakan agresif dari pihak Israel akan menghambat proses pencarian dan pengambilan jenazah tawanan,” bunyi pernyataan resmi Brigade Qassam.
Hamas menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja mencari alasan untuk menghindari komitmen dalam perjanjian gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Hamas akan membebaskan seluruh sandera hidup sebagai imbalan atas pembebasan hampir 2.000 tahanan Palestina, sementara Israel wajib menghentikan operasi militernya dan menarik pasukan dari Gaza.
Namun, sejak perjanjian itu diberlakukan pada 10 Oktober, sedikitnya 94 warga Palestina telah gugur akibat serangan Israel. Banyak warga Gaza bahkan tidak mengetahui batas “garis kuning” yang diklaim Israel sebagai zona kendali mereka.
Serangan terbaru Israel disebut berawal dari laporan baku tembak antara tentara Israel dan pejuang Palestina di Rafah, dekat perbatasan Mesir. Tak lama setelah insiden itu, pasukan Israel melancarkan serangan artileri ke Rafah dan Khan Yunis. Netanyahu menyatakan telah memerintahkan militer untuk “melakukan serangan kuat” ke wilayah Gaza sebagai respons terhadap dugaan pelanggaran oleh Hamas.
Sementara itu, Hamas menegaskan bahwa justru Israel yang menghalangi upaya pencarian jenazah tawanan dengan melarang masuknya alat berat dan menghambat akses Palang Merah ke beberapa area penting. “Israel mencoba menciptakan dalih untuk melancarkan agresi baru terhadap rakyat kami,” kata pernyataan Hamas.
Kelompok itu juga mendesak para mediator internasional agar mengambil tindakan atas pelanggaran serius tersebut.
Di sisi lain, seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan kepada Al Jazeera bahwa gencatan senjata masih berlaku, meski ketegangan meningkat. “Kami terus berupaya menerapkan rencana perdamaian Presiden Trump. Transisi menuju perdamaian permanen di Gaza memang sulit, tetapi prosesnya masih berjalan,” ujarnya. (bin)



Tinggalkan Balasan