
Myanmar (Trigger.id) – Pemerintah militer Myanmar telah mengumumkan gencatan senjata sepihak selama 20 hari, efektif hingga 22 April, untuk mendukung upaya pemulihan pascagempa bumi dahsyat yang melanda negara tersebut. Gempa berkekuatan 7,7 magnitudo yang terjadi baru-baru ini telah menyebabkan lebih dari 3.000 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.
Meskipun gencatan senjata ini dimaksudkan untuk memfasilitasi operasi penyelamatan dan distribusi bantuan kemanusiaan, pihak militer memperingatkan bahwa mereka akan “merespons sesuai” jika kelompok pemberontak melancarkan serangan selama periode tersebut.
Sebelum pengumuman gencatan senjata oleh junta, beberapa kelompok oposisi, termasuk People’s Defense Force dan Three Brotherhood Alliance, telah lebih dahulu mengumumkan gencatan senjata mereka sendiri untuk mendukung upaya kemanusiaan.
Namun, tantangan besar masih dihadapi dalam penyaluran bantuan, terutama di daerah-daerah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak. Sejarah menunjukkan bahwa militer Myanmar sering kali membatasi akses bantuan ke wilayah-wilayah tersebut, sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan organisasi kemanusiaan mengenai distribusi bantuan yang adil dan efektif.
Selain itu, laporan dari Amnesty International dan kelompok hak asasi manusia lainnya menyebutkan bahwa militer terus melakukan operasi militer, termasuk serangan udara, di beberapa wilayah terdampak gempa. Hal ini semakin mempersulit upaya penyelamatan dan distribusi bantuan kepada korban yang membutuhkan.
Masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan terus mendesak semua pihak untuk memastikan akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan dan menghormati gencatan senjata demi kepentingan para korban gempa bumi. (ian)
Tinggalkan Balasan