
Surabaya (Trigger.id) – Ketegangan antara Israel dan Hamas semakin meningkat setelah masing-masing pihak saling menyalahkan atas pelanggaran kesepakatan gencatan senjata dan perjanjian penyanderaan. Pada Sabtu (25/01), Israel menuduh Hamas tidak membebaskan sandera sesuai kesepakatan, termasuk Arbel Yehud (29), seorang warga sipil yang seharusnya dibebaskan pada hari tersebut. Namun, Yehud tidak termasuk di antara empat wanita yang dibebaskan.
Israel merespons dengan tidak mengizinkan warga Gaza kembali ke utara melalui Koridor Netzarim, langkah yang seharusnya diizinkan berdasarkan perjanjian gencatan senjata. Namun, mantan perunding Israel memperingatkan bahwa langkah ini bisa menghambat pembebasan sandera selanjutnya, mengingat Hamas kemungkinan tidak akan memberi konsesi tanpa imbalan.
Sumber dari gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) mengungkapkan bahwa Yehud sebenarnya ditahan oleh mereka, bukan Hamas, dan pembebasannya akan dilakukan berdasarkan kesepakatan pertukaran tahanan.
Meski begitu, saling tuduh antara kedua pihak atas pelanggaran kesepakatan menimbulkan pertanyaan serius tentang keberlanjutan gencatan senjata yang sudah dianggap rapuh. Para mediator, seperti Qatar dan Mesir, didesak untuk terus berupaya menjaga kelangsungan perjanjian tersebut. Seorang analis menyarankan Israel untuk lebih banyak memberi ruang kepada mediator dan mempertimbangkan kembali kesepakatan yang telah disepakati Hamas pada bulan September.
Gencatan Senjata Israel-Hamas di Tengah Ketegangan: Respons dan Tantangan
Ketegangan antara Israel dan Hamas terus meningkat seiring saling tuduh pelanggaran kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera. Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, pada Sabtu menyatakan bahwa Hamas “tidak memenuhi kewajiban untuk memulangkan warga sipil terlebih dahulu.” Ia menambahkan, “Kami akan mendesak agar Arbel Yehud kembali” bersama sandera lainnya.
Di sisi lain, ratusan pengungsi Palestina terlihat melarikan diri dengan panik setelah militer Israel melepaskan tembakan peringatan untuk mencegah mereka menyeberang ke Gaza utara guna kembali ke rumah mereka. Rekaman CNN menunjukkan kejadian tersebut, sementara pihak militer Israel menyatakan tidak menyadari adanya bahaya dan bahwa tembakan tersebut dimaksudkan untuk menjauhkan kerumunan.
Hamas menuduh Israel “menunda-nunda pelaksanaan ketentuan perjanjian,” termasuk membuka kembali Jalan al-Rasheed yang menjadi jalur kembalinya pengungsi dari selatan ke utara. Hamas juga menyebut bahwa Israel bertanggung jawab atas keterlambatan implementasi perjanjian dan potensi dampak pada tahap-tahap selanjutnya.
Sementara itu, perhatian tertuju pada bagaimana Amerika Serikat akan merespons situasi ini di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Posisi Washington menjadi krusial dalam menengahi konflik dan mendesak kedua belah pihak untuk mematuhi kesepakatan demi menghindari eskalasi lebih lanjut. (ian)
4
Tinggalkan Balasan