Surabaya (Trigger.id) – High trust society atau dikenal dengan istilah membangun komunitas saling percaya adalah sesuatu yang sangat penting jika kita ingin jaringan ekonomi, bisnis atau apapun yang dijalankan agar berkelanjutan.
“Rendahnya high trust society yang ada pada lingkungan kita, berdampak menyulitkan dalam membangun ekonomi secara keseluruhan,” ungkap Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Prof. Dr. Arif Satria saat mengawali sambutan pada acara Halal bi Halal ICMI Orwil Jatim di Surabaya, Ahad (12/5/2024).
Beberapa negara-negara yang selama ini maju dari segi pembangunan ekonominya, kata Arif, teryata dibangun bukan karena dari segi modal material atau infrastruktur ekonomi saja tetapi adalah dikarenakan high trust society yang terbangun dari sebuah nilai-nilai budaya yang dimiliki untuk dijadikan pedoman dan keyakinan.
Menurutnya, masyarakat saling percaya itu sangat penting dan berdampak pada banyak sisi termasuk ekonomi. Fenomena yang terjadi di negara Jepang dan Korea Selatan yang bisa menjadi pelajaran kita bersama, dimana laju ekonominya tinggi tidak lepas dari adanya high trust society yang terbangun selama ini oleh masyarakatnya. Dengan adanya high trust society, akan menumbuhkan suburnya silaturahim.
“Misal kita bisnis dengan Jepang terasa sulit diawal karena Jepang menerapkan high trust society,. Tapi setelah tumbuh kepercayaan maka selanjutnya semuanya mudah. Sebaliknya dengan China, gampang diawal tapi sulit dibelakang,” urai Arif.
Tahun 2009, Menteri BUMN Dahlan Iskan pernah mau mengembangkan mobil listrik. Yang terjadi, kata Arif program bagus tersebut tidak banyak yang memberi apresiasi dan mendukung, sebaliknya banyak yang menghajar dengan iri dan benci. “Dan saking bencinya sampai ada yang ingin menguji emisi mobil listrik tersebut. Ini betul-betul aneh, wong mobil listrik kok tanya emisi gas uang.” papar Arif.
Akibat kita saling curiga, saling benci dan seterusnya, kata Arif hal tersebut yang menjadikan pertumbuhan ekonomi kita stagnan. “Kalau naik ya ga terlalu tinggi. Kita hanya unggul dari Laos, Kamboja dan juga Timor Leste,” sindir Arif.
Di dunia pendidikan, menurutnya, sekitar 69 persen lulusan SMA yang tidak dapat masuk perguruan tinggi. “Banyak disitu banyak anak-anak hebat gagal masuk perguruan tinggi,” sebut Arif yang juga Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB).
ICMI harus memikirkan problem masyarakat yang ada di kwadran tiga. Di kwadran ini, berkumpul masyarakat miskin dan tidak pandai.
Karena itu, ICMI kata Arif, telah bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar agar terlibat memberikan bantuan biaya pendidikan sekaligus menampung tenaga terdidik sebagai karyawan. (ian)
Tinggalkan Balasan