
Surabaya (Trigger.id) – Lokalisasi pelacuran Dolly sudah resmi tidak beroperasi lagi sejak 18 Juni 2014. Pujian dan sanjungan mengiringi penutupan tempat maksiat legendaris tersebut. Tepuk tangan terdengar riuh.
Anggota DPRD Kota Surabaya, Imam Syafi’i bercerita, di balik itu semua, Dolly masih menyisakan banyak cerita sedih. “Di antaranya, yang paling gres seperti saya temui hari ini. Lima anak panti asuhan di dekat Dolly tidak mempunyai selembar pun dokumen administrasi kependudukan (adminduk),” kata Imam lewat FB pribadinya.
“Mereka adalah anak-anak dari ibu yang dulu bekerja sebagai pelacur di Dolly,” kata Fadila, pengurus panti asuhan. Rumah yatim piatu ini berada di Jalan Dukuh Kupang. Tidak jauh dari Dolly.
“Kami tidak tau keberadaan ibu mereka. Apalagi siapa bapak mereka,” sambung wanita berhijab tersebut. Ada 40 anak tinggal di panti asuhan. Enam di antaranya tidak punya surat kependudukan. “Yang lima dari Dolly,” ungkap Fadila kepada Imam Syafi’i.
Imam datang ke panti asuhan tersebut untuk membantu anak-anak malang itu. Mereka tidak punya NIK (nomor induk kependudukan) akta kelahiran, dan KK (kartu keluarga). Padahal dokumen-dokumen ini amat penting. Di antaranya untuk daftar sekolah dan mendapat pelayanan kesehatan gratis.
Saat ini, kata Imam, mereka belum terkendala masalah pendidikan. Mereka bersekolah di TK dan SD milik yayasan panti asuhan di Wonorejo, Tegalsari. “Entah bagaimana nanti kalau mereka masuk SMP,” ujar Imam menirukan keluhan Fadila. Mereka ke sekolah naik mobil pikap dengan bak belakang terbuka setiap pagi.
Kepada Imam Syafi’i, Fadila mengaku sudah pernah mencoba mengurus surat kependudukan anak asuhnya. Tapi tidak juga selesai. “Awalnya disuruh ke kelurahan. Lalu diminta ke Dinsos. Kemudian disuruh ke Polres. Sampai di BAP,” cerita Fadila. Setelah itu tidak ada kabarnya sampai sekarang.
Ketika Imam Syafi’i datang sore hari, anak-anak panti asuhan sedang mengaji. Mereka yang kebanyakan berusia sekolah dasar terlihat gembira membaca dan menghafal surat-surat pendek Alquran.
Salah satu dari mereka adalah anak mantan pelacur yang terinfeksi HIV. Bersyukur bocah laki-laki itu tidak tertular virus mematikan tersebut.
“Ketika kali pertama dibawa ke sini, ada surat pengantar dari dokter. Menyatakan anak tersebut bersih dari HIV,” papar Imam.
Sebelum pamit, Anggota Komisi A DPRD Kota Surabaya itu sempat shalat maghrib berjamaah bersama anak-anak panti asuhan. Mereka berdoa semoga Pemkot Surabaya tidak hanya memperhatikan panggung utama “Gang Dolly” dengan menggelontorkan anggaran yang besar. Tetapi juga melihat mereka yang berada di panggung belakang drama penutupan Dolly. Seperti anak-anak panti asuhan tersebut. (ian)
Tinggalkan Balasan