

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah mengingatkan bahwa tidak semua manusia akan mendapat keuntungan dari kehidupan dunia. Sebagian justru hidup dalam kerugian, baik secara lahiriah maupun batiniah, karena mereka menyimpang dari jalan kebenaran yang telah ditunjukkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Di antara mereka, ada lima golongan yang disebut-sebut sebagai golongan manusia yang paling merugi, karena pilihan hidup mereka menjauh dari tujuan hakiki: ridha Allah dan keselamatan akhirat.
1. Orang Kafir: Tidak Percaya kepada Rasulullah SAW
Kekufuran adalah bentuk penolakan terhadap kebenaran yang dibawa Rasulullah SAW. Menolak Rasulullah sama artinya dengan menolak risalah Allah.
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَصَدُّوا۟ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَشَآقُّوا۟ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلْهُدَىٰ لَن يَضُرُّوا۟ ٱللَّهَ شَيْـًٔا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَٰلَهُمْ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah dan (menentang) Rasul, setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak akan memberi mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan menghapus amal-amal mereka.”
(QS. Muhammad: 32)
Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seorang pun dari umat ini, baik Yahudi atau Nasrani, mendengar tentang aku, lalu ia meninggal dalam keadaan tidak beriman kepadaku, kecuali ia termasuk penghuni neraka.”
(HR. Muslim)
2. Orang yang Hidup Hanya Mengejar Harta dan Jabatan
Dunia dijadikan tujuan utama, bukan sarana menuju ridha Allah. Mereka bekerja siang dan malam, namun bukan untuk amal jariyah atau memberi manfaat bagi sesama, melainkan demi memperkaya diri dan memperbesar pengaruh.
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَٰلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ. أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِى ٱلْءَاخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ
“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, Kami akan berikan balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka.”
(QS. Hud: 15–16)
Rasulullah SAW bersabda:
“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham…”
(HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahaya cinta dunia yang berlebihan.
3. Menjadikan Jabatan Sebagai Tujuan Akhir
Kedudukan seharusnya dimaknai sebagai amanah, bukan alat untuk memuaskan ambisi. Namun banyak yang tergoda, lalu menjadikannya alat untuk berbangga dan menindas.
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا. بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَىٰ لَهَا. يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ ٱلنَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا۟ أَعْمَٰلَهُمْ
“Hari itu (kiamat), manusia keluar dalam keadaan berkelompok untuk diperlihatkan kepada mereka amal-amalnya. Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, niscaya akan dilihatnya, dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat dzarrah, niscaya akan dilihatnya pula.”
(QS. Az-Zalzalah: 6–8)
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya kalian akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal ia akan menjadi penyesalan pada hari kiamat. Sebaik-baik pemimpin adalah yang amanah dan adil, dan seburuk-buruknya adalah yang khianat dan zalim.”
(HR. Bukhari)
4. Terlena dan Terjerumus dalam Pergaulan yang Buruk
Lingkungan dan teman sangat berpengaruh terhadap iman seseorang. Teman yang buruk dapat menyesatkan dan menjauhkan dari jalan Allah.
وَيَوْمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيْهِ يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى ٱتَّخَذْتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلً
“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang zalim menggigit kedua tangannya seraya berkata, ‘Aduhai, sekiranya dulu aku mengambil jalan bersama Rasul. Celaka aku! Sekiranya aku tidak menjadikan si fulan sebagai teman dekatku.'”
(QS. Al-Furqan: 27–28)
Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang tergantung pada agama teman dekatnya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa dia berteman.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
5. Salah Memilih Pemimpin
Pemimpin yang dzalim atau tidak amanah bisa menyeret umat kepada kebinasaan. Dalam Islam, memilih pemimpin bukanlah hal remeh, tetapi bagian dari tanggung jawab sosial dan agama.
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar dan mereka yakin terhadap ayat-ayat Kami.”
(QS. As-Sajdah: 24)
📜 Rasulullah SAW bersabda:
“Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak mencontoh sunnahku. Barang siapa membenarkan kebohongan mereka dan membantu kezaliman mereka, maka dia tidak termasuk golonganku.”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Penutup: Jalan Hidup Penuh Pilihan
Kelima golongan ini memperlihatkan bagaimana manusia bisa terjebak dalam kehidupan yang tampaknya gemerlap, tetapi berujung pada kerugian besar di akhirat. Islam mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara kerja keras dan keikhlasan, antara kepemimpinan dan amanah.
Semoga kita tidak tergolong dalam orang-orang yang merugi, dan senantiasa diberi hidayah untuk menjalani hidup dengan lurus di atas tuntunan Rasulullah SAW.
“Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, bukan di hati kami.”
—000—
Tinggalkan Balasan