
Surabaya (Trigger.id) – Sudah menjadi fakta umum bahwa pola makan berpengaruh besar terhadap kesehatan. Sebuah studi terbaru memberikan wawasan lebih mendalam mengenai efek konsumsi makanan ultra-proses terhadap tubuh serta manfaat kesehatan yang diperoleh saat seseorang menguranginya dari menu harian mereka.
Hasil Studi: Lebih Berenergi dan Berat Badan Turun
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Obesity Science and Practice pada bulan Desember mengungkapkan bahwa partisipan yang mengurangi konsumsi makanan ultra-proses hampir 50% mengalami peningkatan kesehatan yang signifikan. Rata-rata, mereka kehilangan sekitar 3,5 kg berat badan dan merasa lebih berenergi.
Menurut Sapana Shah, MD, MPH, dari NYU Grossman School of Medicine, makanan ultra-proses mencakup sekitar 60% dari pola makan rata-rata masyarakat Amerika. Jenis makanan ini meliputi camilan manis dan asin, daging olahan, makanan beku kemasan, sup instan, serta minuman manis.
“Makanan ultra-proses umumnya memiliki kalori tinggi, mengandung lebih banyak gula, lemak jenuh, garam, serta lebih sedikit serat dan nutrisi penting lainnya,” ujar Shah kepada Health.
Program Pengurangan Makanan Ultra-Proses
Untuk meneliti dampaknya terhadap kesehatan, para peneliti merekrut 14 orang dewasa yang biasanya mengonsumsi setidaknya dua makanan ultra-proses per hari. Selama delapan minggu, mereka mengikuti program diet yang mencakup edukasi tentang makanan ultra-proses, perencanaan menu, strategi mengatasi keinginan makan berlebih, bantuan finansial untuk membeli makanan sehat, serta kolaborasi dengan anggota keluarga guna menciptakan lingkungan rumah yang lebih sehat.
Partisipan juga mengisi tiga survei mandiri sebelum dan sesudah intervensi untuk menilai perubahan pola makan mereka.
Menurut Charlotte Hagerman, PhD, dari Drexel University, yang juga menjadi penulis studi ini, program tersebut dirancang untuk menguji efektivitas pendekatan dalam mengurangi konsumsi makanan ultra-proses. “Namun, kami juga melihat adanya peningkatan kesehatan yang signifikan ketika konsumsi makanan ultra-proses berkurang setengahnya,” ungkapnya.
Perubahan Signifikan dalam Pola Makan
Di akhir program, partisipan mengonsumsi rata-rata 600 kalori lebih sedikit per hari. Selain itu, konsumsi gula mereka turun sebesar 50%, lemak jenuh berkurang 37%, dan asupan natrium menurun 28%.
Selain penurunan berat badan, mereka juga melaporkan manfaat kesehatan lain, seperti kulit yang lebih sehat, pembengkakan tubuh yang berkurang, suasana hati yang lebih baik, serta peningkatan energi.
Tantangan dalam Pedoman Gizi
Meskipun sudah ada bukti kuat bahwa mengurangi makanan ultra-proses dapat meningkatkan kesehatan, pedoman gizi resmi di AS masih belum secara spesifik merekomendasikan pengurangan makanan jenis ini. Menurut Hagerman, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh lobi industri makanan.
“Akibatnya, hampir tidak ada program berbasis bukti yang dirancang khusus untuk membantu orang mengurangi konsumsi makanan ultra-proses di AS,” jelasnya. “Padahal, kebutuhan akan intervensi yang efektif di bidang ini sangat besar.”
Studi yang dilakukan Hagerman dan timnya masih bersifat awal atau pilot study. Artinya, penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pendekatan baru dengan kelompok kecil sebelum diperluas lebih lanjut.
Meski demikian, hasil yang diperoleh cukup menjanjikan. “Program berbasis perilaku dapat membantu orang mengurangi konsumsi makanan ultra-proses dalam jumlah yang signifikan, setidaknya dalam jangka pendek,” pungkas Hagerman. Penelitian lanjutan serta perubahan pedoman gizi di masa mendatang diharapkan dapat semakin mendorong kesadaran akan pentingnya membatasi konsumsi makanan ultra-proses demi kesehatan yang lebih baik. (ian)
Sumber: Health
Tinggalkan Balasan