
Jakarta (Trigger.id) – Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat energi terbarukan di Asia Tenggara, mengingat kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya. Langkah ini sejalan dengan target transisi energi global untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai net zero emission.
Karena itu, “Masdar”, perusahaan energi bersih yang berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), menyampaikan bahwa Indonesia merupakan pusat (hub) energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.
“Jakarta adalah pusat (hub) kami untuk Asia Tenggara. Di Jakarta, kami memutuskan untuk membangun kantor kami,” ujar Chief Operating Officer (COO) Masdar Abdulaziz Alobaidli kepada ANTARA ketika ditemui di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Selasa (14/01).
Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar kedua di dunia, dengan potensi mencapai 24 GW. Pemanfaatannya saat ini baru sekitar 10%. Dengan lokasi geografisnya di khatulistiwa, Indonesia mendapatkan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Potensi energi surya mencapai 207,8 GW.
Meskipun Masdar membidik perluasan investasi ke negara-negara di sekitar Indonesia, Alobaidli menyampaikan bahwa Indonesia tetap menjadi pusat energi terbarukan di kawasan Asia Tenggara.
“Kami juga membidik Malaysia, kemudian potensi ekspor (energi) ke Singapura, Filipina, dan pasar lainnya. Yang pasti, kami memulai di Indonesia, dan Jakarta adalah pusat regional kami untuk wilayah tersebut,” kata Alobaidli.
Masdar terlibat dalam berbagai proyek energi terbarukan di Indonesia, salah satunya adalah pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata, di Waduk Cirata, Jawa Barat.
Selain itu, Masdar juga menerima Letter to Proceed (LtP) dalam investasi Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) energi baru terbarukan di Nusantara, Kalimantan Timur, dari Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN).
Masdar juga memegang saham sebesar 15 persen di PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE).Potensi energi angin di Indonesia mencapai 60,6 GW, terutama di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawesi. Potensi energi dari pembangkit listrik tenaga air diperkirakan mencapai 75 GW, khususnya di wilayah Kalimantan, Sumatra, dan Papua.
Saat ini, Masdar sedang melakukan studi kelayakan untuk pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dan potensi pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan sistem pumped storage atau memompa air ke reservoir yang lebih tinggi ketika ada kelebihan listrik.
“Untuk tenaga bayu cukup sulit dikembangkan di Indonesia. Topografi wilayahnya menyebabkan beberapa proyek tidak layak, tapi kami masih mendalami peluangnya. Untuk pumped storage, studi kelayakannya masih berlangsung,” kata Alobaidli. (ian)
Sumber: Antara
Tinggalkan Balasan