• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Membaca Visi Presiden Terpilih Soal Mitigasi Penyakit Menular

8 Maret 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: Ari Baskoro*

 Pemilu telah usai digelar. Kini tinggal menunggu perhitungan manual berjenjang oleh KPU yang akan menentukan Capres/Cawapres terpilih secara resmi.

Belum bisa diketahui dengan pasti bagaimana arah kebijakan pelayanan kesehatan, khususnya mitigasi terhadap penyakit menular. Berdasarkan visi-misi yang disampaikan saat debat Capres sesi terakhir, tidak satu pun yang menyinggung penanggulangan penyakit menular. Saat itu semua Capres sepakat, bahwa aspek preventif dan promotif akan lebih diutamakan. Tetapi belum jelas, bagaimana realisasinya nanti di lapangan.

Mengkaji soal penyakit menular, memang tidak seheboh jika mengulas program makan siang gratis yang digulirkan Prabowo-Gibran. Mungkin juga tidak akan seseksi, jika membahas rencana pembangunan rumah sakit modern di setiap kota/kabupaten.

Baca juga: Pemilu dan Refleksi Hari Kanker Sedunia

Program populis yang dipandang banyak pihak sangat tidak mudah direalisasikan itu, lebih banyak diusung untuk kepentingan sesaat. Alias bertujuan utama mendapatkan simpati rakyat,demi memaksimalkan perolehan suara. Biaya yang akan dialokasikannya sangat besar,di tengah-tengah ruang fiskal yang amat terbatas.Demi janji politik, mau tidak mau program makan siang gratis itu mungkin akan mengorbankan pembiayaan sektor-sektor lainnya. Santer terdengar pendanaannya mungkin menggunakan program bantuan operasional sekolah (BOS), atau mengambil dari alokasi bidang lainnya.

Dalam bidang kesehatan, bisa jadi porsi penanggulangan dampak penyakit menular menjadi “kian terjepit”. Masalahnya pada saat yang bersamaan mandatorys pending bidang kesehatan justru ditiadakan. Tetapi sebaliknya,sangat mungkin pembangunan rumah sakit modern dengan segala kelengkapan peralatan medis yang serba canggih, akan lebih mudah mendapatkan “solusi”. Investor asing tentu sangat sigap melihat peluang yang menggiurkan itu. Bisa dipastikan kalkulasinya soal keuntungan ekonomi semata. Akankah konsep penerapannya nanti, dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat? Itu yang harusnya mendapatkan kajian yang lebih cermat.

Baca juga: Relasi Vaksin Malaria dengan Destinasi Wisata

Membahas suatu penyakit, bagaimanapun juga ranah preventif dan promotif akan jauh lebih penting,  dibanding sisi kuratif. Terlebih bila dikaitkan dengan penyakit menular. Pandemi Covid-19, telah memberikan pelajaran penting dan berharga. Dampak buruk akibat pandemi, bisa dirasakan pada semua sektor kehidupan. Saat itu ekonomi dunia terpuruk. Sektor pendidikan terhambat. Pelayanan kesehatan mengalami tekanan hebat. Mayoritas masyarakat global sudah pernah terpapar Covid-19, meski angka kematiannya dapat ditekan.

Konsep mencegah lebih baik daripada mengobati,terbukti nyata hasilnya. “Menikahkan” protokol kesehatan dan vaksinasi, telah terbukti menjadi tulang punggung mengatasi pandemi. Dari perspektif epidemiologi dan klinis, vaksinasi merupakan modalitas yang telah teruji paling aman, efektif, dan efisien dari sisi biaya, dalam pencegahan penyakit menular.

Vaksinasi Tuberkulosis dan DBD

Banyak penyakit menular endemis di Indonesia. Semuanya perlu mendapatkan perhatian. Namun dari sisi urgensinya, tuberkulosis (TBC) dan demam berdarah dengue (DBD), seyogianya mendapatkan sekala prioritas utama. Kini Indonesia dipusingkan dengan predikat buruk, terkait kedua penyakit menular itu.

Pertama. Negara kita menduduki peringkat kedua sebagai penyandang TBC terbanyak di dunia, setelah India.Kementerian Kesehatan mencatat, lebih dari satu juta kasus TBC terjadi di negara kita. Prevalensinya  cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sangat mungkin jumlah yang terdeteksi itu, seperti fenomena puncak gunung es. Hanya sebagian kecil saja kasus yang tampak di permukaan.

Kejadian riil yang ada di masyarakat niscaya jauh lebih besar. Pasalnya, diperkirakan satu orang penderita TBC, dapat menularkan penyakitnya  pada sekitar 15 orang lainnya per tahun. Mayoritas mereka berasal dari segmen masyarakat berpenghasilan dan atau tingkat pendidikan yang rendah. Karena itulah masalah kepatuhan berobat, menjadi kendala yang tidak mudah diatasi. Risikonya akan memperparah penyakit yang akhirnya berujung pada kematian. Ada dampak lainnya. Munculnya kuman TBC yang resistan obat (TB-RO), memicu kekhawatiran baru. Pengelolaannya pun,menjadi kian sulit dan berbiaya jauh lebih mahal. Jumlah obatnya semakin banyak,serta bisa membutuhkan waktu hingga 24 bulan. Bila ditularkan pada orang lain, kuman TB-RO berpotensi memantik penyulit medis yang lebih kompleks.Di negara kita, diperkirakan sebanyak 2,5 persen kasus TBC dikategorikan sebagai TB-RO.

Berdasarkan berbagai masalah tersebut,temuan vaksinasi TBC yang aman dan lebih efektif dibanding BCG, sangat dinantikan. Masalahnya, vaksinasi BCG yang saat ini digunakan dalam program nasional pencegahan TBC, mempunyai efektivitas yang amat terbatas. Daya proteksinya menjadi pupus, ketika memasuki usia remaja hingga dewasa. Tidak mengherankan, upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakselerasi riset vaksin TBC yang baru, sangat diharapkan dan didukung Indonesia.

Kedua. Demam berdarah dengue (DBD), saat ini tengah merebak di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit infeksi yang ditularkan nyamuk Aedes tersebut, seolah sudah menjadi “rutinitas” di kala musim hujan. Bahkan DBD dikenal memiliki siklus lima tahunan. Itu ditandai dengan jumlah penderitanya yang melonjak tajam, dibanding tahun-tahun sebelumnya. Negara kita dikenal sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di dunia.

Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang digalakkan pemerintah, tidak selalu direspons dengan konsisten oleh masyarakat. Demikian pula strategi pengendalian vektor melalui penyebaran nyamuk ber-wolbachia, mendapatkan penolakan warga di beberapa daerah. Sangat tidak mudah menggalang pemahaman, bahwa program pengendalian populasi nyamuk Aedes, merupakan pencegahan DBD yang terbaik. Setidaknya hingga sampai saat ini. Di sisi lain, hingga kini belum ditemukan terapi spesifik terhadap paparan virus dengue. Pengobatannya pun, hanya bersifat suportif saja.

Di negara-negara endemis DBD, seperti halnya Indonesia, terdapat empat macam (serotipe) virus dengue yang bersirkulasi secara bersama-sama. Seseorang berpotensi terpapar oleh masing-masing jenis virus. Tetapi infeksi yang berulang untuk kedua kalinya atau lebih dengan serotipe virus yang berbeda, bisa memicu dampak klinis yang amat berbahaya. Bentuk komplikasi yang berupa perdarahan dan syok, hingga berakhir dengan kematian, mayoritas diakibatkan oleh pola infeksi semacam itu. Saat ini sudah tersedia vaksin DBD di negara kita. Sayangnya belum dimasukkan  dalam agenda program imunisasi nasional. Di tengah keterbatasan pendanaan, diharapkan pada Capres/Cawapres terpilih, dapat memberi peluang besar “menikahkan” PSN dengan vaksinasi DBD.

—000—

*Penulis :
Staf pengajar senior di:
Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

Penulis buku:
* Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
* Serba-serbi Obrolan Medis

Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, Tips, update, wawasan Ditag dengan:Ari Baskoro, Membaca Visi Presiden, Mitigasi Penyakit Menular, Penyakit Menular, Visi Presiden Terpilih

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Persib Bandung Tundukkan Persebaya 1-0, Gol Tunggal Uilliam Barros Jadi Penentu

13 September 2025 By admin

Enam Lembaga HAM Bentuk Tim Pencari Fakta Unjuk Rasa dan Kerusuhan

13 September 2025 By admin

BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan November 2025 – Februari 2026, Masyarakat Diminta Waspada

13 September 2025 By admin

Eduardo Perez: Persebaya ke Bandung Bukan untuk Berspekulasi

12 September 2025 By admin

Jadwal Liga Italia: Tiga Big Match Pekan Ini, Juventus Hadapi Inter Milan

12 September 2025 By admin

Bendera One Piece Jadi Simbol Frustrasi Anak Muda di Indonesia, Nepal, dan Prancis

12 September 2025 By admin

Prabowo Setujui Pembentukan Komisi Investigasi Independen untuk Selidiki Prahara Agustus

12 September 2025 By admin

Radio Siaran di Era Digital: Bertahan atau Bertransformasi?

11 September 2025 By admin

KPK Isyaratkan Menteri Agama Diduga Terima Aliran Dana Kasus Kuota Haji 2023–2024

11 September 2025 By admin

Manuel Neuer Siap Kembali ke Timnas Jerman Jika Dibutuhkan

11 September 2025 By admin

BNPB dan Pemprov Bali Tetapkan Siaga/Tanggap Darurat Banjir selama Satu Minggu

11 September 2025 By admin

PSSI Siapkan Strategi Khusus Kembangkan Pemain U-23

10 September 2025 By admin

Misinformasi, Lawan Berat Mitigasi Wabah Campak

10 September 2025 By admin

Kenapa Rasulullāh SAW. Tak Mau Menshalatkan Pelaku Korupsi?

10 September 2025 By admin

Usai Dilantik, Gus Irfan Langsung Bertolak ke Jeddah Tuntaskan Proyek Kampung Haji

9 September 2025 By admin

Studi: Minuman Manis dan Alkohol Bisa Memicu Rambut Rontok

9 September 2025 By admin

Gattuso Puji Mentalitas Italia Usai Tekuk Israel

9 September 2025 By admin

Sineas Dunia Boikot Industri Perfilman Israel sebagai Protes atas Genosida di Palestina

9 September 2025 By admin

Aspek Medis Topeng Kebohongan Politikus

8 September 2025 By admin

Menag Janji Bantu Renovasi Majelis Taklim di Bogor yang Ambruk

8 September 2025 By admin

Majelis Taklim di Bogor Ambruk, Lebih dari 80 Orang Jadi Korban

8 September 2025 By admin

Jerman Bangkit, Tundukkan Irlandia Utara 3-1 di Kualifikasi Piala Dunia 2026

8 September 2025 By admin

Alex Marquez Cetak Kemenangan Perdana di MotoGP Catalunya 2025

8 September 2025 By admin

De Bruyne Akui Aneh Hadapi Manchester City dengan Seragam Napoli

7 September 2025 By admin

SBY: Demo Jadi Pengingat Pentingnya Dialog dan Kebersamaan

7 September 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

September 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  
« Agu    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Pakar Kebijakan Publik Respons Peringatan Muhadjir soal Kementerian Haji
  • Agar Doa Lebih Mudah Terkabul Perhatikan 10 Adab Berdoa Ini
  • Robot Zamenix, Era Baru Operasi Batu Ginjal
  • Gus Ipul Ajak Kepala Daerah Sukseskan Program Prioritas Presiden Prabowo
  • MU Tetap Pertahankan Ruben Amorim Meski Catat Start Terburuk dalam 33 Tahun

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.