• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Menakar Kebijakan Vaksinasi PTKM

28 April 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi Penyakit tangan-kaki-mulut (PTKM). Foto: Ist
Oleh : Ari Baskoro*

Penyakit tangan-kaki-mulut (PTKM), atau lebih dikenal dengan sebutan flu Singapura, kini kasusnya sedang melonjak di Indonesia. Beberapa daerah, khususnya di sebagian kota-kota besar, telah melaporkan peningkatan jumlah kasusnya.

Sejak awal tahun hingga minggu ketiga bulan April 2024, angka kejadiannya telah mencapai sekitar 8.500 kasus. Jumlah itu menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan dibanding periode yang sama setahun sebelumnya. Pulau Jawa, terutama Jawa Tengah, merupakan area yang paling terkena dampak penyakit yang ditandai dengan ruam-ruam kemerahan pada tangan, kaki, dan sekitar mulut itu.

Sementara ini masyarakat hanya dihimbau selalu waspada dengan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Bila menampakkan gejala “khas” PTKM, warga diminta segera mencari pengobatan di fasilitas kesehatan (faskes) terdekat. Ada kesan PTKM dianggap sebagai “penyakit musiman biasa” yang akan berlalu dengan sendirinya.

Karena itu pemerintah tampaknya tidak melakukan mitigasi khusus, atau menyatakannya sebagai ancaman terhadap potensi terjadinya wabah. Kebijakan yang diambil pemerintah itu, terutama didasarkan atas risiko fatalitas atau kematian yang relatif minim pada PTKM. Hingga kini, data terkait komplikasi ataupun kematian akibat PTKM, juga belum pernah dipublikasikan. Demikian pula publik belum bisa mengakses informasi mengenai estimasi biaya pengobatan (rawat jalan ataupun rawat inap), serta kerugian akibat absen sekolah/bekerja.

Pihak-pihak pemangku kepentingan juga belum mengeluarkan suatu aturan/prosedur standar operasional, bila siswa di suatu sekolah terpapar PTKM. Masalahnya penyakit tersebut dikategorikan sangat menular, terutama di tempat-tempat berkumpulnya banyak orang. Insidennya lebih menonjol di daerah perkotaan, pusat-pusat transportasi, dan daerah dengan tingkat ekonomi yang lebih maju. Kepadatan dan mobilitas penduduk yang lebih tinggi, merupakan faktor penyebabnya. Individu yang terpapar virus penyebab PTKM, dapat menularkannya pada warga lainnya, sebelum timbulnya gejala hingga beberapa bulan setelah sembuh. Tanpa suatu data epidemiologi yang riil, akan sulit diputuskan suatu kebijakan mitigasi yang efektif.

Berkaca dari data epidemiologi di beberapa negara, khususnya kawasan Asia-Pasifik, persoalan PTKM harusnya tidak bisa dianggap sepele. Sejak tahun 1997, negara-negara tertentu seperti Taiwan, Malaysia, Singapura , dan Vietnam, telah mengalami siklus epidemi yang terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali. Di Tiongkok, dari tahun 2008 hingga 2012, PTKM telah menyebabkan lebih dari tujuh juta kasus. Angka kematiannya tercatat sebanyak 2.457 kasus.

Karena itulah, mestinya Indonesia lebih waspada. Selama beberapa tahun terakhir ini, pemahaman tentang PTKM telah berkembang signifikan. Ternyata virus tertentu penyebab PTKM itu, dikaitkan dengan risiko komplikasi pada susunan saraf pusat (SSP), jantung, serta paru yang bisa terbilang fatal.

Ada lima kategori hasil akhir PTKM. Tanpa gejala (12,7 persen), gejala ringan (86,2 persen), parah dan kritis (1,1 persen), serta kematian (0,03 persen). PTKM sering kali disalah artikan dengan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak. Antara keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda dan tidak akan dapat saling menularkan.

Ada empat macam virus yang pernah menimbulkan wabah PTKM di beberapa negara di dunia. Masing-masing adalah Enterovirus A71(EV-A71), Coxsackievirus A16 (CVA16), CVA6, dan Echovirus (Echo). Ada beberapa spesies virus penyebab PTKM lainnya, meski dalam jumlah kasus yang relatif kecil. Khususnya di negara-negara kawasan Asia-Pasifik, EV-A71 merupakan virus yang paling berisiko memantik terjadinya komplikasi.

Sekali lagi, negara kita belum memiliki data/peta virologi semacam itu.Beberapa indikator perlu diwaspadai, bahwa PTKM yang pada umumnya ringan, gradasinya bisa memberat atau berisiko memicu komplikasi. Indikator tersebut adalah demam tinggi, keterlibatan SSP, ritme pernapasan yang tidak normal, disfungsi sirkulasi darah, dan peningkatan kadar sel darah putih. Temuan tersebut akan lebih signifikan, bila didapatkan peningkatan kadar glukosa dan laktat darah.

Risiko fatalitas akan semakin meningkat, pada individu yang memiliki gangguan sistem imun (misalnya stunting/tengkes), minimnya pemberian air susu ibu (ASI), atau adanya penyakit komorbid (misalnya diabetes).

Hingga kini belum ada pengobatan anti virus yang spesifik untuk PTKM. Tata laksananya hanya bersifat simtomatis dan suportif saja. Paparan penyakit ini pada individu dengan sistem imun yang normal, akan sembuh dengan sendirinya (self limiting disease), dalam waktu tujuh hingga sepuluh hari.

Isolasi mandiri untuk sementara waktu sangat diperlukan, karena daya tular virus penyebabnya yang sangat tinggi. Pencegahan Saat ini PHBS dan isolasi mandiri pada individu yang terpapar PTKM, merupakan cara pencegahan penularan yang paling dianjurkan. Pasalnya penularan secara fecal-oral (berasal dari makanan atau minuman yang terkontaminasi kotoran individu yang terpapar PTKM), merupakan jalur penularan yang utama.

Selain itu, transmisi virus penyebabnya juga dapat terjadi melalui kontak langsung (melalui droplet/percikan lendir saluran napas). Di negara-negara tertentu, terutama negara-negara maju, vaksinasi PTKM sudah banyak diterapkan. Sayang sekali negara kita belum merencanakan sama sekali tindakan vaksinasi tersebut.

Berdasarkan perhitungan ekonomi kesehatan, vaksinasi merupakan modalitas yang terbukti paling efektif dan efisien dari sisi biaya, untuk mengendalikan dampak buruk penyakit menular (termasuk PTKM).

Vaksin yang digunakan saat ini oleh beberapa negara, terutama ditujukan secara spesifik terhadap EV-A71 (vaksin monovalen). Vaksin tersebut dirancang dari EV-A71 yang dinonaktifkan.

Meski demikian memiliki efektivitas yang tinggi. Karena sifatnya yang monovalen, tidak akan dapat mencegah penularan virus-virus lainnya sebagai penyebab PTKM.

Saat ini banyak riset yang berupaya merancang vaksin yang mampu mencegah semua virus penyebab PTKM (vaksin poli/multivalen). Indonesia (melalui Bio Farma) yang dikenal sebagai produsen vaksin terbesar ke-5 di dunia, mestinya mampu juga berperan aktif melalukan riset vaksin PTKM. Sebagai contohnya, vaksin polio produksi Bio Farma telah mendunia.

Sebanyak 64 persen kebutuhan global, dipasok dari perusahaan berpelat merah tersebut. Antara polio dan EV-A71, memiliki kemiripan. Keduanya merupakan enterovirus (penularannya melalui saluran cerna). Secara virologi, EV-A71 dikategorikan sebagai enterovirus non-polio.

Tidak berlebihan kiranya bila negara kita diharapkan mampu melakukan riset sendiri, untuk menghasilkan vaksin EV-A71. Jadi tidak perlu harus mendatangkannya dari negara lain. Kendalanya sangat mungkin dari sisi pendanaan. Di tengah penghapusan mandatory spending bidang kesehatan, riset terkait vaksin tidak akan mudah dilakukan.

Semoga ada solusi yang komprehensif terhadap mitigasi PTKM, agar kasusnya tidak semakin meluas dan berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat Indonesia.

—–o—–

*Penulis :Staf pengajar senior di: Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

*Penulis buku :Serial Kajian COVID-19 (tiga seri) dan Serba-serbi Obrolan Medis

*Anggota Advisory Board Dengue Vaccine

Share This :

Ditempatkan di bawah: jatim, Kesehatan, update, wawasan Ditag dengan:Menakar, pemerintah, Penanganan PTKM, Penyakit Tangan Kaki dan Mulut, Penyakit Tangan Kaki Mulut (PTKM)

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

BNPB dan Pemprov Bali Tetapkan Siaga/Tanggap Darurat Banjir selama Satu Minggu

11 September 2025 By admin

PSSI Siapkan Strategi Khusus Kembangkan Pemain U-23

10 September 2025 By admin

Misinformasi, Lawan Berat Mitigasi Wabah Campak

10 September 2025 By admin

Kenapa Rasulullāh SAW. Tak Mau Menshalatkan Pelaku Korupsi?

10 September 2025 By admin

Usai Dilantik, Gus Irfan Langsung Bertolak ke Jeddah Tuntaskan Proyek Kampung Haji

9 September 2025 By admin

Studi: Minuman Manis dan Alkohol Bisa Memicu Rambut Rontok

9 September 2025 By admin

Gattuso Puji Mentalitas Italia Usai Tekuk Israel

9 September 2025 By admin

Sineas Dunia Boikot Industri Perfilman Israel sebagai Protes atas Genosida di Palestina

9 September 2025 By admin

Aspek Medis Topeng Kebohongan Politikus

8 September 2025 By admin

Menag Janji Bantu Renovasi Majelis Taklim di Bogor yang Ambruk

8 September 2025 By admin

Majelis Taklim di Bogor Ambruk, Lebih dari 80 Orang Jadi Korban

8 September 2025 By admin

Jerman Bangkit, Tundukkan Irlandia Utara 3-1 di Kualifikasi Piala Dunia 2026

8 September 2025 By admin

Alex Marquez Cetak Kemenangan Perdana di MotoGP Catalunya 2025

8 September 2025 By admin

De Bruyne Akui Aneh Hadapi Manchester City dengan Seragam Napoli

7 September 2025 By admin

SBY: Demo Jadi Pengingat Pentingnya Dialog dan Kebersamaan

7 September 2025 By admin

Common Sense Media: AI Gemini Dinilai Berisiko Tinggi Bagi Anak dan Remaja

7 September 2025 By admin

Seribu Telur, Seribu Doa: Harmoni Religi dan Budaya di Namang

6 September 2025 By admin

Banjir di Pakistan Tewaskan Lebih dari 921 Orang, Jutaan Warga Terdampak

6 September 2025 By admin

Kluivert Akui Sudah Lama Inginkan Miliano Jonathans Perkuat Timnas Indonesia

6 September 2025 By admin

Maroko Jadi Wakil Afrika Pertama yang Amankan Tiket Piala Dunia 2026

6 September 2025 By admin

Pelatih Lebanon Anggap Laga Kontra Indonesia sebagai Ajang Regenerasi

5 September 2025 By admin

Spanyol Bekuk Bulgaria 3-0 di Kualifikasi Piala Dunia 2026

5 September 2025 By admin

KPK Jelaskan Peluang Nadiem Makarim Jadi Tersangka

5 September 2025 By admin

Kiprah Jazzer Muslim: Tak Sekadar Pelengkap Jazz Dunia

4 September 2025 By admin

Aspek Legal Nyeri Dada

4 September 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

September 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  
« Agu    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Kebiasaan Membawa Ponsel ke Kamar Mandi Tingkatkan Risiko Wasir Hingga 46%
  • Bayern Munich Resmikan Patung Franz Beckenbauer di Allianz Arena
  • Persib Bandung Tundukkan Persebaya 1-0, Gol Tunggal Uilliam Barros Jadi Penentu
  • Enam Lembaga HAM Bentuk Tim Pencari Fakta Unjuk Rasa dan Kerusuhan
  • BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan November 2025 – Februari 2026, Masyarakat Diminta Waspada

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.