

Hidup ini seperti buku cerita. Ada halaman penuh tawa, ada pula yang berisi air mata. Kadang kita berada di puncak kebahagiaan, kadang terpuruk dalam ujian. Tapi apa pun episode kehidupan yang kita alami, semuanya adalah takdir dari Allah ﷻ yang pasti mengandung kebaikan, jika kita mampu menyikapinya dengan hati yang bening.
Semua yang Terjadi Sudah Ditentukan
Saudaraku, Allah ﷻ berfirman:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.”
(QS. Al-Hadid: 22)
Takdir bukanlah alasan untuk menyerah, tetapi pelajaran untuk bersabar dan berserah. Tidak ada satu pun yang terjadi dalam hidup ini kecuali sudah tertulis dan dirancang dengan sempurna oleh Sang Maha Bijaksana.
Menikmati Takdir dengan Ridha
Apa kunci menikmati setiap takdir, baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan? Ridha. Ridha terhadap keputusan Allah, karena Allah tidak pernah zalim kepada hamba-Nya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua urusannya baik baginya. Jika mendapat kesenangan, ia bersyukur, itu baik baginya. Jika ditimpa kesulitan, ia bersabar, itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)
Jadi, jangan hanya menikmati takdir saat rezeki melimpah, jabatan naik, atau doa terkabul. Nikmatilah juga saat diuji dengan kesempitan, penolakan, dan kehilangan. Karena saat itulah Allah sedang mendidik kita.
Baca juga: Saat Al-Qur’an Tak Lagi Bersemayam di Hati
Ujian adalah Bukti Cinta
Saudaraku, jangan kira bahwa ujian adalah tanda Allah murka. Justru ujian adalah bukti bahwa Allah mencintai kita. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian. Dan sungguh, apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka.”
(HR. Tirmidzi)
Maka jika kita sedang diuji, jangan mengeluh. Katakan dalam hati: “Ya Allah, aku tahu Engkau sedang mendekatkanku pada-Mu. Ajarkan aku untuk menikmati proses ini, bukan hanya hasilnya.”
Ketenangan Ada di Dalam Hati yang Tunduk
Saudaraku, jika hati kita dipenuhi prasangka baik kepada Allah, maka sebesar apa pun masalah, hati tetap damai. Tapi jika hati penuh keluhan dan ketidakikhlasan, maka sekecil apa pun masalah terasa berat.
Allah ﷻ berfirman:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)
Maka jangan ke mana-mana mencari ketenangan. Kuncinya bukan di luar diri, tapi di dalam hati yang yakin kepada takdir Allah.
Penutup: Belajarlah Menikmati, Bukan Hanya Menunggu Akhir yang Indah
Saudaraku, hidup ini seperti menaiki kereta panjang. Jangan hanya menanti sampai stasiun terakhir baru ingin bahagia. Nikmati setiap perjalanannya. Baik itu jalan terjal maupun lembah indah, semuanya bagian dari rencana Allah yang Maha Sempurna.
Bersyukurlah dalam kelapangan, bersabarlah dalam kesempitan, dan tetaplah yakin bahwa Allah tidak akan salah memberi takdir. Jika kita mampu menikmati takdir dalam episode apa pun, maka kita akan menjadi hamba yang tangguh dan tenang, di dunia dan insyaAllah di akhirat. Wallahu a’lam bish-shawab.
—000—
*Akademisi UINSA dan Pengasuh Pesantren Miftahul Ula Surabaya
Tinggalkan Balasan