
Jakarta (Trigger.id) – Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin sedang mendorong perluasan pembiayaan penanganan kardiovaskular oleh BPJS Kesehatan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan jantung yang komprehensif. Penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung dan stroke, merupakan salah satu penyebab utama kematian di Indonesia dan menimbulkan beban besar bagi sistem kesehatan nasional.
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan BPJS Kesehatan untuk meninjau cakupan layanan kardiovaskular yang sudah ditanggung. Menkes berupaya menambahkan layanan baru, termasuk tindakan pencegahan seperti skrining risiko jantung, pengobatan dini, hingga tindakan kuratif seperti operasi jantung dan pemasangan stent.
“Nah sekarang saya sedang bicara sama teman-teman di kolegium neuro (Kolegium Neurologi Indonesia) dan juga BPJS, gimana caranya supaya bisa masuk,” kata Budi dalam acara pelepasan keberangkatan para peserta fellowship ke China dan Jepang, di Jakarta, Senin (06/01).
Pemerintah berencana meningkatkan kapasitas rumah sakit, baik dari segi alat maupun tenaga medis, agar dapat melayani pasien penyakit jantung dengan lebih baik. Menkes juga mendorong integrasi teknologi dalam layanan kesehatan, seperti telemedicine untuk konsultasi pasien dan monitoring kesehatan jantung.
Perluasan layanan ini membutuhkan alokasi dana yang signifikan, sementara BPJS Kesehatan harus mengelola anggaran untuk berbagai penyakit lainnya. Tidak semua daerah memiliki rumah sakit yang mampu menangani penyakit kardiovaskular dengan standar tinggi. Pencegahan dini sering kali diabaikan, sehingga beban kasus sudah berat ketika pasien membutuhkan perawatan intensif.
Penanganan penyakit sejak dini dapat mengurangi biaya pengobatan jangka panjang. Dengan pembiayaan yang mencakup lebih banyak layanan, angka kematian akibat penyakit jantung bisa ditekan. Akses terhadap layanan preventif dan kuratif yang lebih baik dapat membantu masyarakat hidup lebih sehat.
Budi menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu aspek yang menjadi fokus dalam menangani masalah kardiovaskular, selain alat-alatnya serta sumber daya manusia (SDM). Dia menilai pentingnya penempatan alat medis serta SDM di tingkat kabupaten dan kota, guna memastikan intervensi medis yang cepat dan dekat dengan masyarakat.
Menurut dia, kecepatan dibutuhkan mengingat adanya periode terbaik dalam intervensi penyakit jantung yang disebut sebagai golden period.
“Penyakit ini harus ditangani, idealnya di bawah dua jam untuk jantung atau di bawah satu jam untuk stroke. Maksimal jantung itu enam jam, maksimal stroke itu 4,5 jam. Kan gak mungkin ditaruh di provinsi. Jadi harus ditaruh di kabupaten kota,” kata Budi dikutip ANTARA.
Terkait alat-alat medis, Budi menyebut bahwa peralatan medis disuplai ke RS-RS di 514 kabupaten kota hingga 2027. Selain upaya-upaya tersebut, Budi juga menyebutkan pihaknya senantiasa menggalakkan upaya promotif dan preventif kesehatan. (Bin)
Tinggalkan Balasan