
“Abu Abdillah al-Haris bin Asad al-Basri al-Muhasibi, pengertian hidup sederhana adalah membebaskan ikatan yang tidak kita perlukan.”
Oleh: KH. Ali Masyuri (Pengasuh Ponpes Bumi Shalawat Sidoarjo)

Dinamakan hidup sederhana bukannya tidak mau baju yang bagus, tidak mau naik mobil mewah dan tidak mau istri cantik. Hidup sederhana adalah memahami dan mengerti antara kebutuhan dan keinginan.
Kesederhanaan membuat kita bisa menikmati kekayaan hidup. Contoh, jika ada orang yang ingin mengajak kita menonton bola Piala Dunia di Qatar, semua tiket, hotel dan tiket masuk stadion ditanggung oleh orang yang mengajak kita.
Tetapi kita harus yakin bahwa menonton sepak bola bisa dari mana saja, termasuk menonton dari rumah kita masing-masing. Skor atau hasil pertandingan sama, sorak-soraknya penonton sama, dan kenikmatan menontonnya juga sama. Itulah yang dinamakan kesederhanaan hidup. Orang yang boros membuat kenikmatan hidupnya menjadi hilang. Sebaliknya orang yang hidup sederhana, menjadikan hidupnya lebih mewah dan indah.
Menurut Harits Al-Muhasibi seorang ulama dan guru dalam ilmu akidah Islam dan akhlak di Baghdad. Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah al-Haris bin Asad al-Basri al-Muhasibi, pengertian hidup sederhana adalah membebaskan ikatan yang tidak kita perlukan.
Jadi hati kita ini harus kita lepaskan dari hal-hal yang tidak perlu. Kalau hanya ingin menonton bola, kenapa harus pergi jauh-jauh ke Qatar. Bukan kebahagiaan yang kita dapat tetapi justru kesengsaraan, jika saat menonton bola tiba-tiba kita sakit atau ada gangguan yang lain karena kita jauh dari rumah dan keluarga.
Kesederhanaan adalah sebuah pilihan. Keputusan untuk memilih kehidupan yang benar-benar berarti. Jika ada sesuatu yang kurang apalagi tidak berarti lebih baik kita tinggalkan.
Orang yang mampu tampil sederhana itu adalah orang yang cerdas. Ia hanya melakukan sesuatu yang penting-penting saja. Allah Swt. berfirman:
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَىٰ عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ ٱلْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا
Artinya: Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS Al Isra 29).
Pada ayat ini Allah menjelaskan cara-cara dalam membelanjakan harta. Allah menggambarkan bagaimana lorang-orang kikir membelajakan harta mereka. Dalam kiasan ayat tersebut Allah melarang kita untuk berbuat kikir atau pelit (orang Jawa bilang nggegeme nemen). dan yang kedua adalah larangan berlaku boros dalam membelanjakan harta.
Dari ayat tersebut kita bisa memetik pelajaran bahwa cara membelanjakan harta ialah dengan cara hemat, layak dan wajar. Tidak terlalu pelit atau bahil dan tidak terlalu boros. Jika kita terlalu pelit atau bahil akan menjadikan kita tercela, sedangkan jika terlalu boros akan membuat kita pailit atau bangkrut. Jadi intinya, kita harus cerdas dalam membelanjakan harta.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
ثَلاثٌ مُنَجِّيَاتٌ، وثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ، فَأَمَّا الْمُنَجِّيَاتُ : فَتَقْوَى اللهِ فِي السِّرِّ وَالْعَلانِيَةِ، وَالْقول بالحق فِي الرِّضَا والسخط، وَالْقَصْدُ فِي الْغِنَى وَالْفَقْرِ . وأَمَّا الْمُهْلِكَاتُ : فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
Artinya: Ada tiga hal yang bisa menyelamatkan dan tiga hal yang bisa merusak. Yang menyelamatkan antara lain (1) takwa kepada Allah dalam sepi maupun ramai, (2) berkata benar (adil) dalam kondisi ridha maupun marah, dan (3) bersikap sederhana dalam keadaan kaya maupun miskin. Sedangkan yang merusak antara lain (1) bakhil yang kelewatan, (2) mengikuti nafsu, dan (3) ujub terhadap diri sendiri.
Tiga hal yang disabdakan Nabi tersebut harus bisa kita terapkan dalam kehidupan pribadi masing-masing. Sehingga kita bisa hidup selamat baik di dunia dan lebih-lebih lagi hidup di akhirat kelak.
Sumber: Progresif TV
Tinggalkan Balasan