• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Pemanasan Global dan Tantangan Penyelenggaraan Haji

10 Juli 2023 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh : dr. Ari Baskoro, SpPD, K-AI, FINASIM*

Puncak ibadah haji Arofah-Muzdalifah-Mina (Armuzna) telah usai. Saat ini jemaah haji Indonesia telah dipulangkan secara bertahap mulai 4 Juli 2023. Ada data cukup memprihatinkan yang diperoleh dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag). Disebutkan, hingga 10 Juli 2023 jam 03.30, jemaah haji Indonesia yang wafat telah mencapai 530 orang. Mayoritas kematian masih didominasi jemaah haji lansia. Angka kematian pada tahun-tahun sebelumnya, berkisar antara 300-400 orang. Artinya rata-rata “hanya” dua per mil dari kuota sebesar 221 ribu.

Sementara itu pemerintah Arab Saudi menyatakan, lebih dari 2.000 jemaah haji mengalami “heat stress”. Stres karena tekanan panas, bisa berimbas memicu terjadinya morbiditas dan mortalitas. Khususnya bagi jemaah haji yang tergolong berisiko tinggi, misalnya yang memiliki komorbid. Cuaca ekstrem dengan suhu mencapai 48 derajat Celsius, tercatat pada tanggal 29 Juni 2023, bertepatan dengan puncak ibadah haji.

Walaupun dampak risiko “heat stress” telah diprediksi dan diperhitungkan sejak awal, tetapi patut dikaji lagi sebagai bahan evaluasi. Terutama dalam rangka persiapan pemberangkatan 221 ribu calon jamaah haji (CJH) tahun 2024, dan pada tahun-tahun berikutnya. Sangat mungkin risiko “heat stress” akan semakin meningkat lagi pada masa-masa yang akan datang, sebagai dampak pemanasan global.

Pemanasan global

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan, bahwa perubahan iklim merupakan ancaman terbesar kesehatan global pada abad ke-21. Itu bisa dalam bentuk kelangkaan air, kekurangan sumber makanan, peningkatan terjadinya banjir, dan panas ekstrem. Muaranya akan dapat berdampak memicu timbulnya berbagai macam penyakit. Pemanasan global terpantau mulai pertengahan abad ke-20. Penyebabnya, tak lain dan tak bukan adalah terkait aktivitas kehidupan manusia. Bahan bakar berbasiskan fosil, seperti halnya minyak bumi, batu bara, ataupun gas alam, akan menghasilkan berbagai macam gas dan polutan. Komponen utamanya terdiri dari karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen dioksida (N2O), freon, dan uap air.

Matahari merupakan sumber energi terbesar. Radiasi cahayanya yang sampai ke permukaan bumi, berubah menjadi energi panas. Sebagian akan diserap. Tetapi sebagian lainnya akan dipantulkan kembali ke angkasa. Gas-gas tadi berefek menahan pantulan panas di atmosfer, sehingga terperangkap di permukaan bumi. Dampaknya bumi akan semakin panas. Itulah kondisi yang disebut dengan efek rumah kaca, sebagai pemicu terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.

Dalam satu abad terakhir ini, suhu permukaan global telah meningkat antara 0,60C hingga 0,90C. Menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), suhu rata-rata udara di permukaan tanah Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,50C. Persetujuan Paris tahun 2015, bertujuan untuk menghentikan peningkatan suhu permukaan bumi tidak melebihi dua derajat Celsius. Caranya dengan pengurangan tingkat emisi karbon hingga pada tahun 2030. Harapannya dapat tercapai netralitas karbon pada tahun 2050.

Penyakit yang dipicu panas lingkungan

Angka kejadiannya relatif tidak tinggi. Suatu riset epidemiologi di Inggris menyatakan, terjadi 2.000 kematian setiap tahunnya di negara yang dijuluki The Black Country tersebut. Mendapat predikat demikian itu, karena Inggris merupakan negara pelopor revolusi industri. Udara di kawasan tersebut selalu tampak hitam, akibat aktivitas industri. Khususnya di dua kota besar, yaitu Birmingham dan Sheffield.

Insiden kematian terkait panas lingkungan, diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai sekitar 257 persen pada tahun 2050. Peningkatan itu dipicu oleh proyeksi pertumbuhan penduduk, peningkatan jumlah lansia, dan perubahan iklim.

Pengaturan suhu tubuh manusia, mirip cara kerja thermostat pada pengatur suhu ruangan (Air Conditioner/AC). Pengendalinya adalah pusat sensor suhu di hipotalamus yang berada di otak. Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik, energinya diperoleh melalui metabolisme yang akan menghasilkan panas. Terjadilah gradien suhu, antara inti tubuh dan kulit sebagai efektor pembuang panas yang bekerja melalui mekanisme evaporasi. Bila mekanisme homeostasis tersebut berjalan dengan baik, suhu tubuh dapat dikendalikan dalam posisi yang fisiologis.

Risiko heat stress akan meningkat, bila suhu lingkungan dalam keadaan panas dan lembap. Evaporasi menjadi terhambat karenanya. Apalagi bila tidak ada tempat bernaung/berteduh dan minimnya akses menuju tempat persediaan air. Faktor-faktor risiko lainnya adalah variabel usia (misalnya lansia), gangguan kognisi (contohnya “pikun”), dehidrasi, obesitas, diabetes, dan kurang tidur/istirahat. Masih ada beberapa predisposisi penyakit lainnya dan obat-obatan yang juga dapat memengaruhi.

Gejala heat stress bisa sangat bervariasi. Dapat berupa kram, kelelahan, hingga terjadinya sengatan panas (heat stroke) yang dapat mengancam jiwa. Tanda-tanda awal yang sering kali dikeluhkan adalah rasa haus, mudah bingung, lekas marah, sakit kepala, mual, dan volume kencingnya menjadi menurun tajam. Bila diperiksa, suhu tubuh pada heat stroke dapat mencapai 410C. Bahkan bisa terjadi hipotensi, syok, dan kehilangan kesadaran. Bila tidak segera mendapatkan pertolongan, berisiko mengakibatkan terjadinya kematian.

Pencegahan

Tidak selalu mudah memberikan edukasi, agar calon jemaah haji (CJH) dapat terhindar dari heat stress. Latar belakang pendidikan CJH, terutama yang menjadi kendalanya. Mayoritas tingkat pendidikannya, hanya sampai jenjang sekolah dasar (SD). Level strata Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan SLTP, menempati peringkat berikutnya. Bahasa juga menjadi kendala. Banyak CJH negara kita, terutama yang lansia, tidak fasih berbahasa Indonesia. Mereka hanya bisa menggunakan bahasa daerahnya masing-masing. Kondisi tersebut diperberat dengan menurunnya kemampuan pendengaran yang kerap kali terjadi pada CJH lansia. Seperti diketahui, sedikitnya 30 persen dari total jemaah haji Indonesia tahun 2023 yang berjumlah 229 ribu, tergolong lansia. Sangat mungkin proporsi itu juga akan terjadi, pada penyelenggaraan haji tahun-tahun mendatang.

Jemaah haji kita juga terkenal akan semangatnya memaksimalkan ibadahnya di tanah suci. Tetapi sayangnya tanpa disertai pemahaman yang optimal dalam menakar kapasitas fisiknya. Akibatnya saat menghadapi cuaca panas, mudah terjadi kelelahan yang disertai gangguan kesehatan lainnya. Kendala lainnya adalah mereka tanpa pendamping yang mengetahui kebiasaan mereka sehari-hari. Hal itu berpotensi pada seringnya “lupa” tidak mengonsumsi obat-obatan yang seharusnya rutin diberikan, untuk mengendalikan penyakit yang diidapnya. Beberapa kasus “hilangnya” jemaah haji lansia yang “pikun”, juga patut menjadi bahan evaluasi.

Aklimatisasi merupakan topik yang perlu diedukasikan, jauh sebelum waktu pemberangkatan haji. Itu merupakan bentuk latihan penyesuaian secara bertahap, terhadap tantangan cuaca panas. Selama aklimatisasi, tubuh akan menjadi lebih efisien dalam mengendalikan homeostasis pengaturan suhu.

Kematian memang bisa terjadi di mana saja, termasuk saat menjalankan ibadah haji. Meski demikian, akan lebih utama dapat menjalankan ibadah haji dalam kondisi kesehatan yang optimal. Semoga tantangan optimalisasi kesehatan haji dalam menghadapi risiko pemanasan global, juga menjadi perhatian para pengambil kebijakan.

*Penulis merupakan Staf senior Divisi Alergi-Imunologi KlinikDepartemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

Penulis buku :

Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)

Serba-serbi Obrolan Medis

Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, nusantara, Tips, wawasan Ditag dengan:jamaah haji indonesia, Jamaah lansia, jemaah haji indonesia, Jemaah lansia, Pemanasan Global, Tantangan Penyelenggaraan Haji

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

UNICEF: Krisis Kelaparan Gaza Disebabkan Blokade Israel, Bukan Kekurangan Pangan

25 Agustus 2025 By admin

SDN Kalirungkut I Juara KU 10 dan KU 12 Milklife Soccer Challenge Surabaya 2025

24 Agustus 2025 By zam

Membaca Itu Sehat: Manfaat Besar dan Cara Menjaganya Tetap Menyenangkan

24 Agustus 2025 By admin

Emil Audero Tampil Gemilang Saat Cremonese Hantam AC Milan 2-1 di San Siro

24 Agustus 2025 By admin

Milklife Soccer Challenge Surabaya Lahirkan Bintang Baru

24 Agustus 2025 By zam

Jumlah Jurnalis Gugur di Gaza Capai 240, Tertinggi dalam Sejarah Konflik Dunia

24 Agustus 2025 By admin

Kemendikdasmen Komitmen Sukseskan Program Digitalisasi Sekolah di Seluruh Indonesia

23 Agustus 2025 By admin

Pemkot Surabaya dan KONI Gelar Kejuaraan Multi Event Piala Wali Kota 2025

23 Agustus 2025 By admin

Mengenal Permukiman Suku Bajo di Wakatobi

23 Agustus 2025 By admin

Menlu Belanda Caspar Veldkamp Mundur karena Gagal Bela Palestina

23 Agustus 2025 By admin

Kepala BP Haji Siap Terima Keputusan Soal Perubahan Kelembagaan

23 Agustus 2025 By admin

Pertama di Indonesia, Museum Jalan Tol Jadi Media Pembelajaran Anak Bangsa

22 Agustus 2025 By zam

Reuni Cast Dawson’s Creek: Baca Naskah Pilot di Broadway untuk Amal

21 Agustus 2025 By admin

Keluarga WR Soepratman Tegaskan Lagu “Indonesia Raya” Tak Lagi Miliki Royalti

21 Agustus 2025 By admin

Jerman Desak Israel Kurangi Penderitaan Warga Gaza

21 Agustus 2025 By admin

Fadilah dan Dasar Dalil Berzikir Setelah Shalat Subuh Hingga Terbit Matahari

21 Agustus 2025 By admin

Mengapa Jalan Kaki Sangat Baik untuk Kesehatan?

20 Agustus 2025 By admin

Israel Ragu Terima Proposal Gencatan Senjata dan Desak Pembebasan Seluruh Sandera

20 Agustus 2025 By admin

Mampukah Merdeka Dari Belenggu Rasa Manis?

20 Agustus 2025 By admin

Palestina Bentuk Komite Konstitusi Menuju Status Negara Penuh

20 Agustus 2025 By admin

Kemenkeu Bantah Isu Sri Mulyani Sebut Guru Beban Negara

19 Agustus 2025 By admin

Komnas Haji Usulkan RUU Haji Lebih Fleksibel dan Adaptif

19 Agustus 2025 By admin

Bojan Hodak Sebut Gol Kedua ke Gawang Persib sebagai Kesalahan Fatal

19 Agustus 2025 By admin

Atalanta Resmi Datangkan Nicola Zalewski dari Inter Milan

19 Agustus 2025 By admin

Hamas Tolak Rencana Israel Relokasi Warga Gaza, RI Bantah Ikut Berunding

18 Agustus 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Layanan Jamaah Haji Akan Satu Atap di Bawah Kementerian Haji dan Umrah
  • Isi Gugatan Cerai Pratama Arhan Terungkap, Rumah Tangga Retak Sejak Awal 2024
  • Taylor Swift dan Travis Kelce Resmikan “Brand Tayvis” Lewat Pertunangan
  • Wolves Bangkit Dramatis, Gagalkan Ambisi West Ham di Carabao Cup
  • Campak dan Cacingan, Cermin Kegagalan Upaya Promotif-Preventif

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.