
“Beberapa tokoh politik di tanah air, telah mewariskan “bakat politik” pada generasi mereka berikutnya”
Oleh: dr. Ari Baskoro SpPD K-AI – Divisi Alergi-Imunologi Klinik Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya dan Penulis Buku-buku Seri COVID-19 ( tiga seri) dan “Serba-serbi Obrolan Medis”

Momen pertemuan Puan Maharani dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) belum lama ini,menyiratkan banyak hal. Bagi seorang pengamat politik, itu bukanlah pertemuan biasa. Banyak spekulasi yang kemudian berkembang dan mungkin bisa mengubah suasana kontestasi politik menjelang Pemilu 2024. Ada makna lainnya, tetapi dari perspektif yang berbeda. Puan Maharani sebagai ketua DPP PDIP, mewakili “trah politik” Soekarno. Di sisi lain, AHY ketua umum Partai Demokrat, membawa “genetika politik” Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ayah kandungnya.
Beberapa tokoh politik di tanah air, telah mewariskan “bakat politik” pada generasi mereka berikutnya. Para penerus ini, akan melanjutkan estafet kepemimpinan orang tuanya masing-masing, membawa misipandangan politiknya ke depan.Pewarisan“bakat politik”, pada generasi penerusnya, tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Amerika Serikat memiliki “trah” Kennedy dan keluarga Bush yang dikenal luas malang melintang mewarnai politik negara Paman Sam. Di Thailand ada keluarga Shinawatra. Negara tetangga kita Singapura, juga mempunyai pola yangtidak jauh berbeda. Lee Hsien Loong, Perdana Menteri (PM)saat ini, merupakan putra sulung Lee KuanYew, sang mantan PM.
Sikap politik yang dimiliki seseorang, telah lama diteliti oleh para pakar genetika. Banyak gen-gen pengendali unsur-unsur kimiawi dan protein pada sel-sel tubuhseorang politikus, ternyata merupakan pewarisan dari orang tuanya. Memang tidak seratus persen pengaruhnya.Bentuk peranannya melalui interaksinya dengan pola asuh keluarga sertafaktor sosial-lingkungan, selama individu tersebut dibesarkan. Dapatkah gen-gen pemimpin politik (genopolitik) itu “ditiru” untuk suatu maksud-maksud tertentu ? Dalam skala yang lebih luas, bahkan mungkin gen-gen populasi Indonesia bisa disalahgunakan ?
Genetika
Genetika merupakan suatu disiplin ilmu yang menguraikan fisiologi dan cara bekerjanya suatu gen. Untuk bisa bertahan hidup dan bereproduksi, sel-sel tubuh manusia memerlukan peranan gen. Pengaruhnyaamat krusial , khususnya dalam membawa pesan-pesan genetik yang diwarisi dari nenek moyangnya. Sifat-sifat yang diturunkantidak melulu berupa tampilan fisik, tetapi bisa sesuatu yang tidak tampak terlihatsecara kasat mata. Misalnya golongan darah, respons imunitas terhadap suatu penyakit, atau pola kecenderungan/kerentanan terhadap suatu penyakit tertentu (contohnya : alergi, kanker, diabetes atau penyakit kardiovaskuler). Bisa juga berupasifat-sifat negatif, misalnya pembohong, perselingkuhan,depresi dan beberapa penyakit kejiwaan lainnya.
Setiap manusia diperkirakan memiliki 20 ribu hingga 25 ribu gen.Semuanya tersimpan dalam suatu rangkaian/untaianmolekul panjang yang disebut DNA(Deoxyribonucleicacid). Unsur-unsur kimiawi dalam DNA, mengandung informasi genetik. Ibarat kita membaca suatu kalimat yang tertera dalam suatu halaman buku, di situ menyiratkan adanya maksud/pesan tertentu.DNA menggunakan “bahasa” yang disebut kode genetik yang dapat “dibaca” oleh sel-sel hidup, untuk menghasilkan sifat-sifat tertentu. Genom merupakan satu set DNA komplet dari suatu makhluk hidup.
Pengurutan keseluruhan genom (wholegenomesequencing/WGS), banyak digunakan sebagai topikriset. Pada masa mendatang, data besar WGS(Bio Bank) yang merupakan informasi genotipe, penting sebagai pemandu pengobatan seseorang. Dari sisi positif, hal itu bisa membawa dampak perubahan pengobatan yang mengarah lebih personal/presisi (precisionmedicine). Artinya respons seseorang terhadap pengobatan bersifat spesifik, didasarkanatas genotipe masing-masing.
Genopolitik
Perilaku dan sikap politik seseorang, termasuk sifat radikal, dapat dipelajari melalui dasar-dasar genetikanya. Itu melingkupi genetika perilaku, psikologi, dan ilmu politik. Dalam beberapa riset, para peneliti mengaitkannya secara spesifik dengan neuropolitik. Beberapa neurotransmitter(senyawa organik endogen yang membawa sinyal antar sel-sel saraf) di otak, sangat memengaruhi pandangan dan perilaku politiknya. Unsur kimiawi itu antara lain adalah monoaminoxidase A (MAO-A), serotonin, dandopamin. Misalnyaterkait soal persahabatan dan ideologi politik, ada korelasi yang kuatdengan gen reseptor dopamin. Termasuk pula kecenderungannya untuk berafiliasi pada partai politik tertentu. Pendekatan gen-gen kandidat terkaitgenopolitik,saat ini masih dalam riset intensif para ahli.
Pemanfaatan data genetik global
Tidak hanya data genetik manusia saja yang dapat dipelajari secara mendetail,untuk diambil manfaatnya.Semua makhluk hidup, misalnya tumbuhan, mikroba patogen, atau serangga perusak, dapat diidentifikasi WGS-nya. Semuanya bisa “dimanfaatkan” untuk tujuan ganda. Dalam aspek positif menyangkut kesejahteraan kehidupan, dapat digunakan untuk mengoreksi cacat genetik pada manusia dan makhluk hidup lainnya. Dapat pula ditujukan sebagai instrumen pengendalian biologi mikroba (misalnya virus patogen) dan serangga berbahaya (misalnya nyamuk sebagai perantara malaria atau demam berdarah). Peningkatan hasil pertanian juga bisa dilakukan melalui pengembangan varietas unggul yang diperoleh melalui rekayasa genetika.
Kloning genetik, merupakan hasil riset ilmuwan yang paling fenomenal. Melalui proses tersebut, makhluk hidup dapat “diciptakan”/digandakan dan persis samadengan sel-sel induknya.Itu terjadi tanpa proses pembuahan.Meski demikian , kloning manusia merupakan hal yang kontroversial dan tetap dikutuk secara universal.
Di sisi lain, Bio Bank suatu populasi, dapat dimanfaatkan untuk tujuan negatif/merugikan. Berkolaborasi dengan kemampuan kecerdasan buatan (artificialintelligence), rekayasa dan sintesis gen dapat disalahgunakan untuk membuat senjata biologi yang mematikan.Contohnya adalah penggunaan “virus buatan”. Itu sering kalidinarasikan sebagai agen/penyakit zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia).Dalam bentuk lain, serangga yang telah dimodifikasi secara genetis, dapat digunakan untuk maksud-maksud jahat. Misalnya dapat ditargetkan untuk merusak tanaman atau ternak tertentu. Muaranya adalahuntuk mengacaukansumber makanan dan ekonomi negara lain. Potensi tersebut, hanya bisa dimiliki dan dikembangkan oleh negara-negara yang berteknologi maju.
Guna menekan dampak bahayanya, pada 10 April 1972 telah diratifikasi oleh 109 negara di dunia, perihal Konvensi Senjata Biologi dan Racun. Sayang sekali ratifikasi perjanjian tersebut,tidak menghentikan pengembangan dan penggunaan senjata biologi oleh kelompok/negara tertentu.
Di dalam negeri, kemandirian bangsa dalam riset bioteknologi telah mulai dilakukan. Itu merujuk pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2021, tentang Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Sudah selayaknya Ketahanan Nasional bidang kesehatan,mutlak dimiliki bangsa ini. Hal ituuntuk menghindari penyalahgunaan (biosecurity), jangan sampai Bio Bank Indonesia jatuh ke tangan asing. Kembali ke “trah” politik. Fenomena KaesangPangarep, putra bungsu Presiden Jokowi yang maju menjadi calon Walikota Depok 2024, patut dicermatidari sisi genetika. Akankah nantinya dia mengikuti jejak kakak kandungnya, Gibran, sebagai pewaris genopolitik ayahnya ? Sebaiknya kita tunggu saja.
Tinggalkan Balasan