• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Pengendalian DBD, Menebar Nyamuk Menuai Polemik

17 November 2023 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi nyamuk Aedes yang mengandung bakteri wolbachia. Foto: healthpolicy-watch
Oleh : Ari Baskoro*

Rencana pemerintah untuk menebar nyamuk Aedes yang mengandung bakteri wolbachia, mendapatkan penolakan dari sebagian warga. Peristiwa itu terjadi di Bali, khususnya di Denpasar dan Buleleng. Dipilihnya dua kota tersebut sebagai proyek percontohan pengendalian demam berdarah dengue (DBD), bukan tanpa alasan. Denpasar merupakan kota dengan angka kejadian tertinggi DBD dari seluruh kota di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), khususnya di Provinsi Bali, Buleleng menduduki peringkat kedua. Masih ada beberapa daerah lainnya di negara kita yang tergolong tinggi angka DBD-nya. Misalnya di Bima, Bandung, dan Sikka.

Hingga kini, DBD masih menjadi momok musiman. Indonesia merupakan salah satu dari negara-negara di dunia yang kena dampak tertinggi akibat penyakit virus yang ditularkan melalui nyamuk Aedes itu. Dari tahun ke tahun, angka kejadiannya berfluktuasi. Sebagai contoh, pada tahun 2021 tercatat ada 73.518 kasus. Angka itu sebenarnya sudah menurun sebesar 32,12 persen, bila dibandingkan pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 108.303 kasus. Tetapi jumlahnya melonjak lagi pada tahun 2022, menjadi 143.266 kasus. Pola fluktuatif tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.Faktor-faktor tersebut antara lain berkaitan dengan masalah lingkungan dan musim, serta rendahnya status kekebalan kelompok (herdimmunity). Risiko penularannyabanyak berhubungan dengan persoalan urbanisasi, kepadatan penduduk, mobilitas warga, akses menuju sumber air yang terjangkau, dan tata kelola penyimpanan air. Pada prinsipnya,pola epidemiologinya banyaktergantung pada tingkat pengetahuan, sikap, dan cara pandang masyarakat, terhadap penyakit yang berpotensi dapat mengancam jiwa itu. Khususnya pada anak-anak.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam beberapa dekade terakhir ini ,insiden DBD telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia. Sekitar separuh populasi dunia saat ini, berisiko terpapar virus dengue. Diperkirakan antara 100 hingga 400 juta infeksi, terjadi setiap tahunnya.Angka mortalitasnya mencapai satu kematian tiap 12 menitnya.Asia mewakili sekitar 70 persen insiden DBD secara global.

Pengendalian populasi nyamuk sebagai vektor/pembawa virus, menjadi tulang punggung pengendalian DBD. Meski tidak terlalu efektif,kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang berkesinambungan, menjadi modalitas pencegahan utama. Pasalnya hingga kini belum ditemukan obat spesifik anti virus dengue.Saat ini vaksin yang dirancang mencegah paparan DBD dan sudah disetujui penggunaannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, masih memiliki berbagai kendala/keterbatasan penyediaannya. Riset untuk menemukanvaksin yang sesuai dari berbagai  aspek, sedang intensif dikerjakan para penelitidari seluruh penjuru dunia.

Beberapa negara kini berharap pada pengendalian populasi nyamuk Aedes, melalui intervensi biologiyang belum banyak dipahami oleh masyarakat. Metode yang relatif baru tersebut berupateknik modifikasi biologi dan menebarkan nyamuk Aedes yang mengandung bakteriwolbachia.

“Nyamukmodifikasi” pengendali DBD

Dasar intervensi biologi yang diterapkan, menggunakan konsep “nyamuk modifikasi” (ada yang menyebutnya sebagai nyamuk “bionik”). Tujuan utamanya adalah mengendalikan populasi nyamuk Aedes, sebagai vektor/pembawa virus penyebab DBD. Telah dipahami bahwa hanya nyamuk Aedes betina yang menggigit manusia. Saat menggigit itulah, air liur Aedes yang mengandung virus dengue, akan “memuntahkan” virus tersebut dalam tubuh inangnya. Darah yang dihisapnya, berfungsi untuk mematangkan sel telur dan perkembangbiakannya. Tetapi apabila nyamuk Aedes tersebut telah diberi “muatan” bakteri wolbachia, justru tidak akan mampu menularkan virus penyebab DBD tersebut.

“Produksi” nyamuk Aedes yang mengandung wolbachia, diawali dari telur-telurnya yang diinjeksi dengan bakteri wolbachia. Telur yang menetas, akan berubah menjadi nyamuk dewasa yang sudah “bermuatan” bakteri tersebut.Ketika nyamuk hasil modifikasi itu kawin dengan nyamuk liar yang berada di lingkungan hidup masyarakat, terjadi perubahan pola biologi yang unik. Nyamuk Aedes betina yang sudah bermuatan wolbachia, bila kawin dengan nyamuk jantan liar, akan menghasilkan telur yang juga mengandung wolbachia. Sebaliknya bila nyamuk betina liar kawin dengan nyamuk jantan “bermuatan” wolbachia, telur yang dihasilkannya tidak akan mampu menetas. Selanjutnya melalui rangkaian teknik tertentu, hanya jentik-jentik nyamuk Aedes jantan yang telah disisipi wolbachia saja yang akan ditebarkan. Di sisi lain, nyamuk betina hanya digunakan untuk mengembangbiakkannya di laboratorium produksi. Melalui proses tersebut, penebaran nyamuk jantan “modifikasi” secara berkesinambungan ke alam bebas, akan menghasilkan populasi nyamuk “bermuatan” wolbachia secara keseluruhan. Pola kendali biologi seperti itu, akan memerlukan jangka waktu yang cukup panjang. Muaranya akan berujung pada angka penularan virus dengue yang semakin menurun secara bertahap. Riset awal yang dilakukan di Yogyakarta selama tiga tahun, menunjukkan hasil yang cukup signifikan. Terjadi penurunan angka kejadian DBD hingga 77 persen dan rawat inap akibat DBD sebesar 86 persen.Karena itulah pemerintah berencana menerapkan pola yang serupa di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang.

Kisah sukses menekan sebaran DBD, telah dilakukan Australia jauh beberapa waktu  sebelumnya. Hampir selama sepuluh tahun penerapannya di Queensland utara, wilayah tersebut kini pada dasarnya telah bebas dari DBD. Ada sebanyak sekitar 14 negara di dunia yang juga menerapkan metode serupa, terutama di negara-negara dengan endemis DBD.

Dampak lingkungan

Observasi jangka panjang sangat diperlukan terhadap risiko dampak ekologi negatif terhadap ekosistem. Menebarkan nyamuk bermuatan wolbachia, bisa memantik keresahan  masyarakat, bila mereka tidak memahami tujuannya dengan baik. Sejatinya wolbachia merupakan bakteri yang lazim hidup bersimbiosis dengan serangga, termasuk kupu-kupu, lebah, dan kumbang. Bakteri ini tidak dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan peliharaan (misalnya ikan, burung). Di beberapa negara penebaran nyamuk yang telah disisipi wolbachia, diizinkan dan dipantau oleh Badan Perlindungan Lingkungan. Menurut Badan Lingkungan Nasional (NEA) Singapura, perlu memperhitungkan risikonya terhadap pengendalian dan populasi jenis nyamuk lainnya.

Dari sisi etika lingkungan, beberapa ahli memperingatkan akan risiko terhadap keseimbangan biologi lingkungan. Mereka berpendapat bahwa lingkungan hidup manusia sejatinya akan mengalami homeostasis secara alamiah. Intervensi biologi yang dilakukan manusia, dikhawatirkan akan dapat  mengganggu keseimbangan lingkungan hayati tersebut.

Nyamuk Aedes telah dikenal sebagai vektor beberapa virus yang mampu menularkan berbagai macam penyakit. Selain DBD, penyakit-penyakit tersebut antara lain Zika, chikungunya, Yellowfever (demam kuning), dan “flu hutan” (disebabkan virus Mayaro).Kekhawatiran sebagian elemen masyarakat tersebut perlu dipertimbangkan. Meski demikian, hingga kini kekhawatiran itu tidak terbukti berdasarkan riset ilmiah.

Proyek pengendalian DBD memang seharusnya dilakukan secara konsisten. Tetapi keterlibatan masyarakat untuk menyukseskan program tersebut sangat diperlukan. Untuk itu dibutuhkan kesamaan visi yang memerlukan edukasi masyarakat secara intensif.

——o—–

*Penulis :
Staf pengajar senior di:
Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam
FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

Penulis buku:
* Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
* Serba-serbi Obrolan Medis

Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, Tips, update, wawasan Ditag dengan:Menebar Nyamuk, Menuai Polemik, Pengendalian DBD

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

DK PBB Gelar Voting Resolusi Perdamaian Gaza Usulan AS Hari Ini

17 November 2025 By admin

Mentan: Demi Swasembada Pangan, Tak Ada Lagi Tanggal Merah

17 November 2025 By admin

Gus Irfan Beberkan Persiapan Haji 2026 dan Tantangan Umrah Mandiri

17 November 2025 By admin

Inggris Sapu Bersih Kualifikasi Piala Dunia 2026

17 November 2025 By admin

Pemerintah Libatkan 100 Koperasi Besar untuk Bina Kopdes Merah Putih

16 November 2025 By admin

Indonesia U-23 Takluk 0-3 dari Mali dalam Laga Uji Coba

16 November 2025 By admin

Doa Indah Nabi SAW: Menolak Haram, Menguatkan Tawakal

16 November 2025 By admin

Surabaya–Inggris Sepakati Program Sekolah Kurangi Sampah Plastik

15 November 2025 By admin

Dua Gol Woltemade Antar Jerman Taklukkan Luxembourg 2-0

15 November 2025 By admin

Waketum PSSI: Belum Ada Keputusan Resmi soal Timur Kapadze untuk Kursi Pelatih Timnas

15 November 2025 By admin

Indonesia Intensifkan Koordinasi Rencana Pengiriman Pasukan ke Gaza

15 November 2025 By admin

Khutbah Jumat: Membangun Keluarga Tangguh di Era Modern

14 November 2025 By admin

Yusril: Larangan Polisi Duduki Jabatan Sipil Jadi Bahan Reformasi Polri

14 November 2025 By admin

Marak Penculikan, Sekolah Diminta Awasi Penjemput Anak

14 November 2025 By admin

George Clooney Masih Tersinggung Disangka Mabuk oleh Francis Ford Coppola

14 November 2025 By admin

Inter Cari Pengganti Sommer, Ini Tiga Kandidatnya

14 November 2025 By admin

Ilmu Menjagamu, Harta Harus Kau Jaga

13 November 2025 By admin

DPR Usulkan Pembentukan Tim Keamanan Sekolah untuk Cegah Kekerasan dan Bullying

13 November 2025 By admin

Laporta Tegas Bantah Isu Kembalinya Messi ke Barcelona

13 November 2025 By admin

Wamenlu: Program Makan Bergizi Gratis Tuai Pujian Dunia

13 November 2025 By admin

Google Akan Tandai Aplikasi Boros Baterai di Play Store Mulai 2026

13 November 2025 By admin

India, Diabetes, dan Makan Bergizi Gratis

12 November 2025 By admin

Benson Boone Tanggapi Tak Masuk Nominasi Grammy 2026: “Lirikku Jenius!”

12 November 2025 By admin

Dua Badai Besar Landa Filipina, Korban Meningkat Tajam

12 November 2025 By admin

Sekolah Disarankan Bentuk “Ruang Jeda” untuk Bantu Siswa Pulihkan Trauma

12 November 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

November 2025
S S R K J S M
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
« Okt    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Menambang Kehidupan, Bukan Sekadar Emas: Jejak Hijau Martabe di Jantung Sumatra

21 Oktober 2025 Oleh admin

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Dick Advocaat Jadi Pelatih Tertua di Piala Dunia Setelah Antar Curacao Lolos
  • Airlangga Pastikan Pembangunan IKN Tetap Berjalan Usai Putusan MK
  • 300 Warga Dievakuasi Akibat Letusan Gunung Semeru
  • Indra Sjafri Tegaskan Indonesia Butuh Ivar Jenner di SEA Games 2025
  • Surabaya Perketat Upaya Cegah Pencemaran Mikroplastik

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.