
Surabaya (Trigger.id) – Banyak perusahaan besar yang memberikan bayaran tinggi kepada mereka untuk untuk menemukan cacat pada kode internet sebelum diketahui kriminal internet.
Menemukan bug yang tidak pernah diketahui sebelumnya sangatlah jarang dan penemunya dapat diberikan hadiah ratusan ribu dolar atau miliaran rupiah.
Ini adalah insentif sangat besar bagi para peretas beretika elite atau “white hat“.
“Hadiah adalah satu-satunya pemasukan saya,” kata Shivam Vashisht, peretas beretika dari India bagian utara yang berpenghasilan US$125.000 atau Rp1,7 miliar lebih tahun lalu.
“Saya meretas secara legal perusahaan terbesar dunia dan dibayar untuk itu, ini sesuatu yang menyenangkan dan menantang.” kata Shivam Vashisht.
Ini adalah pekerjaan yang tidak mensyaratkan pendidikan resmi atau pengalaman untuk menjadi sukses. Shivam, seperti yang lainnya, mengatakan dia belajar lewat berbagai sumber di internet dan blog.
“Saya tidak tidur selama bermalam-malam untuk mempelajari peretasan dan proses penyerangan sistem. Saya bahkan meninggalkan bangku kuliah di universitas pada tahun kedua.”
Dia sekarang menjadikan kegemarannya menemukan cacat pada kode perangkat lunak sebagai karir yang menghasilkan banyak uang, sama seperti peretas lain dari Amerika, Jesse Kinser.
“Saya mulai tertarik pada peretasan saat di universitas, ketika saya mulai banyak meneliti peretasan telepon genggam dan forensik digital,” dia menjelaskan lewat email.
“Dalam satu proyek saya mengidentifikasi cara memasukkan app jahat ke app store Android secara diam-diam,” tegas Jesse Kinser.
Para pengamat mengatakan program hadiah bug berperan penting untuk membuat mereka termotivasi.
“Berbagai program ini memberikan alternatif legal bagi orang yang ahli teknologi informasi, yang jika tidak melakukannya akan tertarik untuk menjadi penjahat meretas sistem dan menjual data secara ilegal,” kata Terry Ray, pejabat tinggi perusahaan keamanan data Imperva.
Pada tahun 2018, peretas AS dan India menyatakan diri mendapatkan hadiah terbesar di dunia, menurut perusahaan keamanan siber HackerOne.
Sebagian dari mereka dapat berpenghasilan lebih dari US$350.000 atau Rp4,9 miliar per tahun. (ian)
Sumber: Berbagai
Tinggalkan Balasan