

Keseimbangan dalam kehidupan sangat diutamakan dalam Islam, baik keseimbangan antara dunia dan akhirat, keseimbangan dalam beribadah dan bekerja, serta keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan lainnya. Keseimbangan ini mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang menyeluruh dan mengajarkan kebaikan dalam setiap aspek kehidupan.
Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia adalah tempat untuk beramal dan mempersiapkan diri menuju kehidupan akhirat. Allah berfirman dalam Surah Al-Qasas (28:77):
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi…”
Ayat tersebut mengingatkan umat Islam untuk tidak melupakan urusan duniawi tetapi tetap menjadikan akhirat sebagai tujuan utama.
Kemudian bicara tentang pentingnya menjaga keseimbangan, dalam surat Ar Rahman ayat 7 hingga 9, seakan-akan ayat ini hendak menegaskan bahwa Allah telah menciptakan sistem yang lebih besar. Atas kuasa ini, Allah SWT memerintahkan kita, umat manusia untuk berlaku seimbang dan adil. Allah SWT berfirman:
وَالسَّماءَ رَفَعَها وَوَضَعَ الْمِيزانَ () أَلاَّ تَطْغَوْا فِي الْمِيزانِ () وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلا تُخْسِرُوا الْمِيزانَ
Artinya: “Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu.” (QS: Al-Rahman Ayat 7-9)
Ibnu Jarir al-Thabari dalam tafsirnya Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Quran menerangkan bahwa pada ayat 7 Allah SWT menciptakan langit yang menaungi bumi, dan menciptakan keadilan dan keseimbangan di antara makhluk-makluk-Nya di muka bumi. Kemudian penafsiran ayat 8, al-Thabari mengutip riwayat dari Basyar dari Yazid dari Sa’id dari Qatadah, yang berkata: “Ayat ini seolah-oleh menyeru kepada manusia, berlaku adillah wahai anak Adam sebagaimana kamu menyukai orang lain berlaku adil kepadamu, dan cukupkanlah timbangan sebagaimana kamu ingin dicukupkan, karena dengan berlaku adil seseorang akan selamat.”
Dari riwayat yang lain, al-Thabari mengutip keterangan dari ‘Amr bin Abdul Hamid dari Marwan bin Mu’awiyah dari Mughirah dari Muslim dari Abi al-Mughirah, yang berkata, “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas berseru di tengah-tengah pasa Madinah: “Wahai para saudagar! Sungguh kalian sedang diuji dengan dua hal yang dapat membinasakan kalian, dengan dua hal ini umat-umat terdahulu hancur, takaran (volume) dan timbangan (berat).”
Pada ayat 7, Imam al-Qusyairi menafsirkan bahwa Allah SWT telah meninggikan langit, menetapkan hukum dan aturan atasnya, bintang-bintang berjalan pada porosnya, dan menciptakan keseimbangan di antara manusia agar mereka mengambil pelajaran dan berhati-hati dalam berinteraksi dengan sesma manusia maupun dengan makhluk lain.
Kemudian di ayat selanjutnya, ayat 8 – 9, menurut al-Qusyairi Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk menjaga dan merawat keadilan di segala sesuatu. Manusia diperintahkan untuk menjamin hak-hak sesama manusia, dan juga menjaga hak-hak Allah SWT. Bagi al-Qusyairi manusia ditntun untuk beramal dengan ikhlas, jujur di setiap aktivitas, dan mementingkan hak pribadi dan orang lain dari sisi lahir dan batin.
Menjaga keseimbangan hidup di dunia dengan tujuan akhirat adalah prinsip penting dalam Islam.
Prinsip ini menekankan bahwa seorang Muslim harus menjalani kehidupan dunia dengan bijaksana, sambil tetap berfokus pada persiapan untuk kehidupan akhirat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa keseimbangan ini penting:
1. Tanggung Jawab Duniawi dan Akhirat
Islam mengajarkan bahwa kehidupan di dunia adalah kesempatan untuk mengumpulkan amal baik yang akan menentukan nasib di akhirat. Oleh karena itu, seorang Muslim harus menjalankan tanggung jawabnya di dunia dengan sebaik-baiknya, termasuk bekerja, berkeluarga, dan beribadah, sambil selalu mengingat tujuan akhir yaitu kehidupan akhirat.
2. Penerapan Prinsip Moderasi (Wasatiyyah)
Al-Quran mengajarkan prinsip moderasi atau keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam Surah Al-Baqarah (2:143), Allah berfirman:
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…”
Ayat ini menekankan pentingnya menjadi umat yang moderat dan seimbang.
3. Keutamaan Beramal Saleh
Beramal saleh adalah salah satu cara untuk meraih ridha Allah dan mendapatkan pahala di akhirat. Namun, beramal saleh tidak hanya terbatas pada ibadah ritual seperti salat dan puasa, tetapi juga mencakup perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari seperti bekerja dengan jujur, membantu sesama, dan menjaga lingkungan. Allah berfirman dalam Surah Al-Mulk (67:2):
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
4. Kesehatan Fisik dan Spiritual
Menjaga kesehatan fisik dan spiritual adalah bagian dari keseimbangan hidup yang diajarkan Islam. Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim)
5. Pentingnya Niat dan Tujuan
Segala perbuatan yang dilakukan seorang Muslim harus disertai dengan niat yang ikhlas karena Allah. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan (pahala) sesuai dengan apa yang diniatkannya…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan
Menjaga keseimbangan hidup di dunia dengan tujuan akhirat adalah prinsip yang esensial dalam Islam. Dengan memahami dan menerapkan prinsip ini, seorang Muslim dapat menjalani kehidupan yang produktif dan bermanfaat di dunia, sambil tetap mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi di akhirat. Prinsip ini mencakup tanggung jawab duniawi dan akhirat, moderasi, beramal saleh, menjaga kesehatan fisik dan spiritual, serta memiliki niat dan tujuan yang ikhlas dalam setiap perbuatan.
—000—
*Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya
Tinggalkan Balasan