

Dalam Islam, sabar adalah salah satu akhlak mulia yang sangat dianjurkan. Secara bahasa, sabar berarti menahan diri atau bertahan. Dalam konteks Islam, sabar mencakup kemampuan untuk tetap teguh dalam menghadapi cobaan, konsisten dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, dan menahan diri dari melakukan perbuatan dosa.
Sabar dalam menghadapi apa yang tidak kita inginkan adalah salah satu bentuk ujian yang sering dihadapi oleh setiap manusia. Dalam Islam, ini mencakup sabar dalam menerima takdir yang berat, musibah, atau sesuatu yang bertentangan dengan harapan kita. Sikap sabar ini menuntut keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik atau buruk menurut pandangan kita, adalah ketetapan Allah yang mengandung hikmah.
Segala sesuatu yang terjadi telah ditetapkan oleh Allah dengan kebijaksanaan-Nya.
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.”
(QS. Al-Baqarah: 216).
Islam tidak melarang seseorang merasa sedih atau menangis, tetapi mengeluh secara berlebihan menunjukkan ketidaksabaran. Contohnya adalah larangan meratap ketika menghadapi musibah.
Sabar bukan berarti menyerah, tetapi tetap berusaha memperbaiki keadaan sambil berserah diri kepada Allah.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh, akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menguji manusia dengan hal-hal yang tidak diinginkan, tetapi orang-orang sabar akan mendapat kabar gembira.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كُنْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ: يَا غُلَامُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ، احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ، وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ، وَجَفَّتِ الصُّحُفُ.”
Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata:
“Aku pernah berada di belakang Nabi ﷺ pada suatu hari, lalu beliau bersabda: ‘Wahai anak muda, aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu. Jika kamu meminta, mintalah kepada Allah, dan jika kamu memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, jika seluruh umat manusia berkumpul untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberimu manfaat kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan jika mereka berkumpul untuk mendatangkan bahaya kepadamu, mereka tidak akan mampu mendatangkan bahaya kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah mengering.’”
(HR. Tirmidzi, no. 2516; Ahmad, no. 2666)
Hadis ini mengajarkan konsep tawakal (bersandar kepada Allah) yang disertai keyakinan bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh takdir Allah. Tidak ada kebaikan atau keburukan yang akan meleset dari seseorang kecuali atas izin-Nya. Hal ini memberikan ketenangan kepada seorang mukmin untuk bersabar dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah.
Rasulullah ﷺ mengajarkan doa ini ketika menghadapi sesuatu yang berat:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ، فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي، وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا.
Dari Ummu Salamah RA, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah, lalu ia mengucapkan apa yang diperintahkan oleh Allah, yaitu: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali),’ kemudian ia berdoa: ‘Allahumma ajurni fi musibati wa akhlif li khairan minha (Ya Allah, berikanlah pahala kepadaku dalam musibahku ini, dan gantikanlah untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya),’ kecuali Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik dari itu.”
(HR. Muslim, no. 918)
Jenis-Jenis Sabar
- Sabar dalam ketaatan kepada Allah
Tetap konsisten menjalankan ibadah dan perintah Allah meskipun menghadapi kesulitan. Contohnya adalah bangun untuk shalat Subuh atau berpuasa di bulan Ramadan. - Sabar dalam menjauhi maksiat
Menahan diri dari melakukan dosa meskipun ada dorongan atau godaan. Misalnya, menahan diri dari berbohong meskipun ada keuntungan duniawi. - Sabar dalam menghadapi musibah
Tetap tabah dan tidak berputus asa ketika menghadapi ujian, seperti kehilangan orang yang dicintai, sakit, atau kekurangan rezeki.
Sabar dalam Islam bukan berarti pasrah tanpa usaha, melainkan tetap teguh, berusaha, dan bertawakal kepada Allah sambil menahan diri dari reaksi negatif terhadap ujian. Allah telah menjanjikan pahala besar bagi mereka yang bersabar.
Sabar dalam menghadapi hal yang tidak kita inginkan adalah bentuk ketaatan kepada Allah yang menunjukkan iman dan keikhlasan. Dengan memahami bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan mengandung hikmah, kita dapat menerima ujian dengan lapang dada. Ketenangan hati dan balasan pahala dari Allah adalah hadiah bagi mereka yang sabar.
—000—
*Muslim Influencer, tinggal di Sidoarjo
Tinggalkan Balasan