
“Refleksi Spiritual dan Sosial Pasca Pelantikan Presiden dan Kepala Daerah se Indonesia”

Setelah dilantik oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 20 Februari 2025 yang lalu, para kepala daerah mulai dari Gubernur, Bupati serta Walikota yang total jumlahnya 481 kepala daerah akan mengikuti kegiatan retret di Akademi Militer (Akmil) Magelang selama delapan hari mulai tanggal 21 Februari hingga 28 Februari 2025. Sedangkan Wakil Gubernur, Wakil Bupati dan Wakil Walikota bergabung untuk mengikuti kegiatan tersebut pada hari terakhir kegiatan saja yaitu pada tanggal 28 Februari 2025 sebagaimana yang disampaikan oleh Wakil Menteri dalam negeri.
Istilah retret memang terasa asing bagi kebanyakan masyarakat, sehingga banyak yang bertanya apasih retret itu, untuk apa fungsi dan manfaatnya. Penjelasan sederhana yang dapat disampaikan adalah retret merupakan kegiatan atau sarana untuk bermuhasabah melakukan refleksi diri untuk menjadi lebih baik. “Retrahere” yang merupakan akar kata dari retret merupakan bahasa latin yang mengandung pengertian menarik kembali atau menyeret kebelakang sehingga secara umum dapat dimaknai juga sebagai kegiatan muhasabah atau refleksi diri.
Sedangkan tujuan spesifik dari kegiatan retret tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri adalah untuk membangun ikatan emosional serta Kerjasama antar kepala daerah yang diharapkan terwujudnya keselarasan dalam membangun bangsa dan negara antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Setidaknya ada lima aspek yang menjadi materi pokok dalam kegiatan tersebut yaitu memahami tugas pokok dan fungsi kepala daerah, pemahaman tentang ASTACITA yang merupakan delapan visi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, membangun kedekatan emosional antar kepala daerah demi kelancaran Pembangunan daerah, pemahaman tentang pengelolaan anggaran agar tidak melakukan Tindakan koruptif serta pembekalan tentang wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional.
Kegiatan retret ini tidak hanya diperuntukkan bagi kepala daerah saja, akan tetapi juga telah dilakukan oleh para Menteri dan pejabat setingkat menteri yang tergabung dalam Kabinet Merah Putih pada tanggal 24-27 Oktober 2024 yang lalu. Tujuannya juga untuk membangun kekompakan, soliditas dan semangat kebersamaan antar anggota kabinet serta menyelaraskan visi dan tujuan pemerintahan presiden Prabowo subianto dan wakil presiden Gibran Raka Bhuming Raka yang dinamakan ASTACITA.
ASTACITA inilah yang menjadi visi dan misi utama Pemerintahan Prabowo Gibran yang mulai dilakukan pada 100 hari kerja petama pemerintahan ini yang meliputi ; Satu memperkokoh ideologi Pancasila, demokrasi, dan hak asasi manusia (HAM), Dua memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau, dan ekonomi baru, Tiga meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur, Empat memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas, Lima melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri, Enam membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan, Tujuh memperkuat reformasi politik, hukum, dan birokrasi, serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba, serta kedelapan adalah memperkuat penyelarasan kehidupan dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antar umat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur.
Dari penjelasan diatas dapat dibayangkan betapa dahsyatnya Ketika ASTACITA tersebut digerakkan secara terpadu dan konsisten antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan inilah harapan seluruh rakyat Indonesia yang selalu mendambakan pemimpin yang peduli dan berjuang untuk rakyatnya demi terwujudnya keadilan dan kemakmuran di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Amanah Kepemimpinan Dalam Islam dan Kearifan Nusantara
Kepemimpinan dalam Islam merupakan Amanah dari Allah SWT yang meneruskan estafet misi dan tugas kenabian. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Imam al-Mawardi dalam karyanya al-ahkam al-shulthaniyyah yang mengatakan bahwa Kepemimpinan dilembagakan untuk menggantikan (tugas) kenabian guna melindungi agama dan mengatur dunia.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW ummat Islam mengangkat dan membaiat Abu Bakr As Shiddiq sebagai Khalifah atau Amirul Mukminin yang tugasnya memimpin ummat didalam menjalankan syari’at Allah SWT. Pada saat itu Khalifah Abu Bakar memulai kepemimpinannya dengan memberikan penegasan dalam pidato perdananya sebagai khalifah dengan mengatakan: “Wahai manusia, sungguh aku telah didaulat sebagai pemimpin atas kalian. Akan tetapi, aku bukanlah manusia terbaik. Bila aku membuat kebijakan yang baik, maka sudilah kalian membantuku. Jika aku bersikap buruk, maka luruskanlah diriku. Kejujuran itu amanah. Dusta adalah pengkhianatan. Orang tertindas di tengah kalian, ia adalah orang kuat di mataku, akan aku singkirkan keluhannya, Insya Allah. Dan orang kuat (yang berbuat sewenang-wenang) di tengah kalian, ia merupakan pihak lemah, akan aku ambil hak orang lain darinya, Insya Allah”
Tidaklah suatu bangsa meninggalkan jihad di jalan Allah SWT, melainkan Allah SWT akan mendatangkan kehinaan pada mereka. Tidaklah suatu bangsa banyak melakukan perbuatan faahisyah (keburukan), melainkan Allah akan menimpakan bala (siksa) pada mereka seluruhnya. Taatilah aku, selama aku patuh kepada Allah SWTdan Rasul-Nya. Jika aku mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada kewajiban taat atas kalian kepadaku. Bergegaslah menuju shalat kalian, semoga Allah merahmati kalian semua.
Apa yang disampaikan oleh Khalifah Abu Bakar As-Siddiq tersebut, merupakan manifesto dan deklarasi bahwa amanah kepemimpinan adalah tanggung jawab yang membutuhkan check and balance untuk terwujudnya sebuah sistem pemerintahan yang terkontrol secara transparan dan ber keadilan. Dengan demikian jalannya birokrasi pemerintahan akan responsif terhadap berbagai persoalan rakyat, inonatif dalam menyelesaikan berbagai tantangan, profesiaonal didalam menangani persoalan dan tentunya akuntabel dalam pelaksanaannya, karena semuanya akan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum maupun moral.
Check and balance juga dapat membuka ruang yang luas untuk terjadinya dialog yang terbuka secara langsung antara pemimpin dan rakyatnya, inilah yang kemudian disebut sebagai Public sphere atau ruang public dimana rakyat dan para pemimpin serta pemangku kebijakan dapat langsung berkomunikasi untuk mendiskusikan dan menyelesaikan persoalan bersama.
Rasulullah SAW menjadikan Masjid Nabawi sebagai Public Sphere, setiap hal dan persoalan ummat dibicarakan dan didiskusikan oleh beliau di Masjid Nabawi, sehingga terwujud dan terbangun rasa kebersamaan dan persatuan yang sangat kokoh. Ukhuwah Islamiyah dipupuk secara subur sehingga menumbuh kembangkan kepedulian antar ummat secara kuat, begitu juga Ukhuwah Wathaniyah, disemai oleh Rasulullah SAW dengan penuh kelembutan dan kesejukan sehingga hiterogenitas ummat yang ada di Kota Madinah dapat dipersatukan dalam semangat kebersamaan untuk perjuangan yang adil dan merata tampa pandang bulu.
Keteladanan dari Rasulullah SAW dan Para Sahabatnya haruslah jadikan pedoman dasar bagi para pemimpin bangsa ini untuk menjalankan roda kepemimpinannya baik pada level kepemimpinan nasional maupun daerah. Ilmu pengetahuan dan Pembelakan kepemimpinan yang diperoleh pada kegiatan retret harus selalu seiring dan selaras dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa Indonesia. Untuk itu wejangan dari para leluhur bangsa Indonesia yang tertuang dalam Wahyu Mahkota Rama juga harus dipedomani agar Para pemimpin bangsa ini dapat mewujudkan Amanah kepemimpinannya secara maksimal. Wejangan tersebut berbunyi :
Wahai Para Pemimpin Bangsa Jadilah kalian laksana Matahari yang senantiasa memberikan penerangan kepada rakyat dalam kegelapan, menyinari dan meberikan sinarnya kepada siapa saja tampa pilih kasih. Jadilah kalian laksana bumi yang selalu Ikhlas memberi, jadilah kalian laksana Bulan yang selalu teduh menyejukkan serta memberikan ketenangan dan kedamaian, jadilah kalian laksana Bintang yang mampu menjadi petunjuk arah ketika kompas sudah tidak bisa dipedomani, jadilah kalian laksana langit yang lapang luas, membentang, jadilah kalian laksana laut yang tenang karena kedalamannya, jadilah kalian laksana angin yang mampu menyusup ke berbagai tempat agar bisa melihat dengan mata kepala segala masalah yang harus diketahui, jadilah kalian laksana Air yang selalu mengalir ke bawah dan rata, jadilah kalian laksana Api yang membakar apapun yang dilalui, yang berarti adil tanpa pandang bulu.
Demikianlah pesan bijak dari leluhur bangsa Indonesia yang insyaallah masih sangat relevan untuk diterapkan bagi para pemimpin bangsa saat ini. Presiden beserta seluruh kepala daerah yang baru saja dilantik dan dikukuhkan merupakan pemimpin bangsa yang harus ditaati dan dihormati sepanjang sejalan dan selaras dengan Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan yang lain, tentunya dengan berpijak kepada Nilai-nilai Agama dan Budaya Nusantra. Disamping itu Rakyat harus menyuarakan aspirasinya secara arif dan benar apabila para pemimpin bangsa ini telah melenceng dari garis-garis kebenaran sebagaimana yang telah dituangkan dalam konstitusi dan regulasi yang ada.
Selamat berkhidmat dan mengabdi untuk ummat para pemimpin bangsa, mudah-mudahan dengan keberkahan Bulan suci Ramadhan ini semua program yang dicita-citakan dan dicanangkan akan sukses Bersama ridho dan Rahmat Allah SWT, menjadikan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur. amin.
—-000—-
*Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur
Tinggalkan Balasan