
Oleh: Dr. Agus Machfud Fauzi – Sosiolog Politik, Universitas Negeri Surabaya (Unesa)

Gonjang-ganjing panggung politik semakin memanas, berbagai kontroversi bertaburan di jagat maya. Seabrek nama selebritas dunia hiburan, komedian hingga kreator konten pun muncul mencalonkan diri di sejumlah partai dan dapil.
Sebut saja nama-nama itu di antaranya seperti Aura Kasih, Anisa Bahar, Narji, Denny Cagur, Once Mekel hingga Chef Arnold. Fenomena pesohor masuk politik ini tentu bukan hal baru, periode sebelumnya juga ada beberapa pesohor ikut berkontestasi dan sejumlah mereka sukses meraih kursi.
Ada berbagai perspektif untuk memaknai keterlibatan para pesohor berbagai profesi ‘layar kaca’ itu di pentas politik tanah air.
Ada beberapa faktor yang bisa ditelusuri untuk melihat fenomena tersebut. Dari aspek parpol, keterlibatan mereka bisa mendongkrak popularitas partai, karena masing-masing pesohor memiliki penggemar atau pengikutnya masing-masing dan itu diharapkan bisa memberi nilai tambah bagi parpol.
Selain itu, artis menjadi salah satu strategi partai agar lebih mudah mendekati masyarakat. Partai butuh sosok yang dekat dan bisa komunikasi dengan publik. Nah, artis atau pesohor ‘layar kaca’ tersebut dianggap bisa melakukan itu, karena sudah dikenal publik.
Dari aspek pesohor itu sendiri tentu ada banyak asumsi yang dikemukakan. Misalnya dari mereka yang karirnya mulai redup atau tidak sering lagi muncul di layar kaca sehingga mereka memilih untuk terjun ke ranah politik.
Di luar itu, ada hal penting lainnya yang mendorong mereka berebut kursi dewan. Pertama, para pesohor itu mewakili kelompok profesinya masing-masing. Contohnya, komedian nyaleg itu juga membawa misi bidang komedian yang bisa diperjuangkan lewat jalur politik.
Begitupun dengan para penyanyi misalnya yang masuk politik juga untuk memperjuangkan hak-hak para musisi atau soal royalti yang selama ini masih diperdebatkan di kalangan musisi. Nah, itu kan bisa mereka perjuangkan lewat kursi legislatif.
Tentu saja ada misi itu yang mendorong mereka terlibat dalam politik yang musti mereka tahu betul konsekuensinya. Gara-gara mereka masuk parpol tertentu lalu ditinggal oleh sebagian followernya. Namun, mereka kan harus maju, ada yang perlu mereka perjuangkan.
Kedua, para pesohor ‘layar kaca’ itu juga membawa misi dari dapilnya masing-masing. Bisa saja pembangunan di daerah mereka masih ada yang kurang, atau ada aspek yang belum tersentuh yang mendorong mereka harus terjun ke ranah politik untuk membangun daerah atau dapilnya masing-masing.
Ketiga, fenomena masuknya pesohor dalam panggung politik tersebut juga tidak lepas dari jejak para artis sebelumnya yang berhasil masuk parlemen maupun menjabat di sejumlah daerah. Sebut saja Pasha Ungu yang menjadi Wakil Wali Kota Palu (2016-2021), lalu nama-nama seperti Eko Patrio, Mulan Jameela, Dede Yusuf, Desy Ratnasari hingga Rieke Diah Pitaloka yang berhasil melenggang ke DPR (2019-2024).
Apa konsekuensinya? dari aspek demokrasi tentu ini suatu yang bagus, Hanya saja memang latar belakang, pemahaman memaknai politik dan pengalaman tentang public policy menjadi tantangan tersendiri ke depan. Parpol tentu harus menyiapkan pendidikan politiknya masing-masing untuk membekali para pesohor ini sehingga sukses meraih kursi dan sukses juga dalam memimpin,
Sumber: unesa.ac.id
Tinggalkan Balasan