
Lombok, NTB (Trigger.id) – Sore perlahan merunduk di ufuk barat ketika Pantai Kerandangan, Senggigi, Lombok, mulai memamerkan pesonanya. Langit yang semula biru berubah menjadi kanvas raksasa berlapis jingga, keemasan, dan semburat merah muda, seakan matahari enggan beranjak dari pelukan laut.
Pantai Kerandangan dikenal sebagai salah satu sudut tenang di kawasan Senggigi. Berbeda dengan pantai-pantai yang ramai, Kerandangan menawarkan suasana yang lebih intim dan alami. Pepohonan hijau yang tumbuh rapat di sekitar pantai menjadi bingkai alami bagi panorama senja, menghadirkan nuansa teduh dan damai.
Saat matahari perlahan tenggelam, pantulan cahaya keemasan menari di permukaan laut. Ombak kecil berkejaran ke bibir pantai, seolah ikut menyambut detik-detik perpisahan sang surya. Siluet perbukitan di kejauhan menambah kesan dramatis, menciptakan pemandangan yang sulit dilupakan oleh siapa pun yang menyaksikannya.
Tak sedikit pengunjung memilih duduk diam di atas pasir, menikmati senja tanpa kata. Ada pula yang mengabadikan momen dengan kamera, berharap dapat membawa pulang sepotong keindahan Lombok. Bagi warga lokal, senja di Kerandangan bukan sekadar pemandangan, melainkan ruang jeda—tempat melepas lelah setelah hari yang panjang.
Keindahan matahari terbenam di Pantai Kerandangan seolah menegaskan bahwa Lombok bukan hanya tentang gunung dan gili, tetapi juga tentang senja yang mengajarkan ketenangan. Di tempat ini, alam berbicara pelan, mengajak siapa pun untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan mensyukuri hari yang hampir usai.
Saat cahaya terakhir lenyap di balik cakrawala, Pantai Kerandangan kembali sunyi. Namun pesona senjanya tertinggal lama di ingatan—sebuah bisikan eksotik dari Lombok yang selalu memanggil untuk kembali. (bin)



Tinggalkan Balasan