
“Singkong tak boleh ditanam di sembarang tempat, apalagi sampai merambah hutan larangan, itu dipegang teguh oleh warga Kampung Adat Cirendeu.”
Oleh: Isa Anshori (Pimpred Trigger.id)

Jangan meremehkan singkong (Manihot utilissima atau Manihot esculenta crantz). Makanan rakyat tersebut selama bertahun-tahun menjadi “penyelamat” rakyat di zaman penjajahan.
Saat cengkeraman penjajah makin mengganas, hampir semua hasil bumi dikuasai sehingga rakyat hanya makan makanan seadanya, termasuk para pejuang yang mengalami masa pengasingan.
Singkong adalah perlambang identitas. Dalam lagu pop tahun 1980-an, singkong dilambangkan anak kampung yang berbeda dengan keju, anak kota.

Di sebagian Afrika, hanya butuh dua abad saja buat singkong untuk menjadi makanan pokok. Sementara di Asia, singkong juga andalan para petani, karena tanaman ini tahan kering dan bisa ditanam di lahan yang kurang subur sekalipun.
Singkong dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan dan berpotensi besar untuk dikembangkan di pasar global. “Singkong juga telah merambah pasar dunia, produk olahan singkong digemari di banyak negara Eropa dan Amerika sebagai panganan dan camilan premium,” ujar Reni Yanita, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian.
Merujuk data Trademap, pada tahun 2020,Indonesia telah mengeksporproduk singkong beku (HS 071410) sebanyak 16.529 ton dengan nilai mencapai USD9,7 juta,atau mengalami peningkatan dari tahun 2019 sebesar 4.829 ton dengan nilai USD4,1 juta USD.
“Secara nilai meningkat sebesar 135% (y-o-y). Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa produk umbi Indonesia memiliki potensi besar di pasar global,” ungkap Reni.
Di Brasil, pada abad ke-16, singkong jadi makanan pokok para budak dan tuannya. Tersedia melimpah di alam, singkong jadi andalan para budak yang melarikan diri.
Mengutip bbc.com, sebenarnya singkong tersebut berasal dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan selama 5.000-an tahun. Sebatang pohon singkong bisa menghasilkan akar yang gemuk-gemuk sampai beratnya mencapai 20 kilogram.
Karbohidrat yang dikandungnya terjaga dengan sempurna di bawah tanah. Bebas dari predator dan serangga berkat kulit tebal yang mengandung racun sianida.

Di Indonesia, singkong mungkin tiba bersamaan dengan kehadiran penjelajah Eropa. Tapi tak banyak sumber yang menyebutkan soal budi dayanya.
“Pertengahan abad ke19, di Demak ada kelaparan. Itu wabah yang luar biasa. Habis itu, tahun 1850-an seluruh residen Jawa dan Palembang dikumpulkan untuk diperkenalkan dengan sebuah tanaman, itulah singkong,” kata Haryono Rinardi sejarawan Universitas Diponegoro Semarang, penulis buku Politik Singkong Zaman Kolonial.
Saat ini pasar internasional menginginkan produk berkualitas, praktis, higienis dan tentunya aman dikonsumsi. “Untuk memenuhi standar produk pangan di pasar global, Ditjen IKMA Kemenperin telah melakukan berbagai program salah satunya melalui memfasilitasi sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP),” ujar Reni.
Haryono Rinardi, sejarawan Universitas Diponegoro menceritakan, singkong saat penjajahan diperkenalkan sebagai jalan keluar dari krisis pangan. Tapi nyatanya, singkong malah lebih moncer sebagai komoditas dagang.
Hindia Belanda jadi produsen utama dunia. Tepung singkong diekspor untuk pangan, pakan ternak, lem, hingga industri kain.
“Di Prancis, gaplek diolah untuk menjadi minuman untuk pengganti anggur,” ujar Haryono.

Sementara di Jawa, singkong tak cuma jadi makanan alternatif selain padi, tapi juga sumber kreativitas camilan yang awet hingga saat ini. Di berbagai daerah, banyak sekali jajanan rakyat (jajan pasar) yang menjadi ciri khas daerah masing-masing.
Jika Anda mampir ke Kota Surakarta, ada panganan khas yang disebut lenjongan. Dan di Pasar Gede Solo ada penjaja camilan yang legendaris ini: ‘Lenjongan Yuk Sum’.
Selain lenjongan, jajanan dari bahan dasar singkong ada sawut/srawut, getuk, jongkong, cenil, tape dan lain-lain yang telah diolah hingga memanjakan mata dan air liur.
Jika Anda ke Salatiga, jangan lupa mampir dan menikmati jajanan Singkong Keju D-9, yang ada di jalan Argo Wiyoto. Tempatnya selalu ramai dan pengunjung yang datang rata-rata dari luar kota Salatiga.

Ragam sajian jajanan yang bahan dasarnya dari singkong, saat ini makin beragam. Mulai keripik singkong, colenak, singkong beku sampai es krim singkong.
Memuliakan singkong
Di kampung Cirendeu, Cimahi Jawa Barat, singkong tak boleh ditanam di sembarang tempat, apalagi sampai merambah hutan larangan, itu dipegang teguh oleh warga Kampung Adat Cirendeu.

Ada falsafah Sunda, Tri Tangtu atau tiga ketentuan yang dipegang erat-erat. Sederhananya aturan ini adalah pembatasan wilayah sebagai penghormatan terhadap alam dan membatasi sifat rakus manusia.
“Pertama yang disakralkan yang tidak boleh diubah, apalagi ditanam singkong. Itu Leuweung Larangan. Kedua, Leuweung Baladahan, [ini wilayah] batasan antara yang boleh dan tidak boleh [dimanfaatkan].
“Yang bolehnya disebut wilayah Baladahan, itu tempat bertani atau budi daya,” kata Kang Yana, salah satu anak muda yang dipercaya tetua kampung untuk menjadi semacam humas Kampung Adat.
Di Kampung Adat Cirendeu, singkong bukan semata-mata soal makan dan kesehatan.
“Ketika kita menanam, memanen, tidak asal nanam tidak asal manen. Sebelum manen kita ada Sanduk Papalaku atau berdoa, dengan membawa sesaji ke kebun singkong.
“Minta izin untuk dipanen,” kata Kang Yana.
Tinggalkan Balasan