• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Tantangan Obat Tradisional Masuk Jaminan Kesehatan Nasional

30 Maret 2025 by admin Tinggalkan Komentar

Ilustrasi Tantangan Obat Tradisional Masuk Jaminan Kesehatan Nasional. Foto: Unair
Oleh: Ari Baskoro*

Belakangan ini pemerintah getol menggagas obat tradisional masuk klaim JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Sejatinya prakarsa tersebut bukanlah sesuatu yang baru. Pasalnya sudah cukup lama pemerintah berupaya, agar obat tradisional diakomodasi dalam formularium nasional. Langkah tersebut bisa dipahami. Kata kuncinya adalah soal efisiensi anggaran pengobatan.

Hingga kini Indonesia masih sangat bergantung pada luar negeri, untuk pemenuhan obat-obatan. Sekitar 90-95 persen bahan bakunya, masih harus diimpor. Dampaknya harga obat-obatan di dalam negeri, disebut termahal di kawasan Asia Tenggara. Terjadi kenaikan nilai impor produk obat dan farmasi tiap tahunnya. Tahun 2024 bernilai 233,66 miliar USD. Artinya mengalami kenaikan 5,31 persen dibanding tahun 2023.

Kemandirian kefarmasian, mutlak memerlukan dukungan pemenuhan bahan bakunya. Sebenarnya negara kita tergolong memiliki bahan mentah obat tradisional yang melimpah. Namun pemanfaatannya terkendala pada proses standarisasi dan saintifikasi yang memerlukan pendanaan riset yang sangat besar.

Di negara-negara berkembang, obat tradisional merupakan tulang punggung sistem pelayanan kesehatannya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 80 persen masyarakat Afrika menggunakannya. Ada pula negara maju yang memanfaatkannya. Misalnya Tiongkok dengan Traditional Chinese Medicine (TCM). Demikian pula Jepang, Perancis, Inggris, Kanada, dan bahkan Amerika Serikat. India terkenal dengan ayurvedanya. Di benua Amerika, sebagian penduduk Chile dan Kolumbia , sangat familier dengan obat tradisional herbal.

Kemajuan teknologi dan pengobatan modern, tidak serta merta menghapus peran pengobatan tradisional. Faktanya industri obat-obat herbal terus berkembang. Prospek ekonominya sangat menguntungkan. Alasannya cukup sederhana. Lebih mudah diakses dan dengan biaya yang relatif lebih terjangkau. Penggunaannya juga sejalan dengan mindset masyarakat.

Baca juga: https: Tantangan Menyelaraskan Dikotomi Obat Herbal dan Konvensional

Evidence based medicine

Ada beberapa contoh obat herbal yang cukup dikenal dan populer penggunaannya. Misalnya ginseng, elderberry, ginkgo biloba, valerian, echinacea, kamomil, dan St John’s wort. Bahan berkhasiat ginseng (ginsenosides) berasal dari akar suatu tanaman. Di Tiongkok, digunakan sebagai anti peradangan dan memperkuat imunitas, fungsi otak, serta meningkatkan energi.

Di dalam negeri, misalnya kunyit dan jahe sangat familier sebagai bahan herbal terkemuka. Pada saat awal pandemi, keduanya diyakini dapat mencegah paparan COVID-19.

Kunyit mengandung curcumin sebagai senyawa aktifnya. Konon dapat digunakan melawan peradangan kronis, anti nyeri, sindrom metabolik, dan mengurangi kecemasan. Curcumin dianggap aman. Namun dalam dosis tinggi, bisa mengakibatkan diare, sakit kepala, atau iritasi kulit.

Jahe adalah sejenis tanaman rimpang atau batang yang tumbuh di bawah tanah. Senyawa yang dikandungnya diklaim sebagai obat pilek, mual terutama yang terkait dengan kehamilan), migrain, dan tekanan darah tinggi. Penerapannya belum memiliki bukti ilmiah yang sahih.

Karena berasal dari sumber alam, obat herbal diasumsikan aman. Padahal tidak seluruhnya benar. Seperti juga obat konvensional, herbal dapat memicu reaksi alergi atau efek samping yang serius. Bisa pula menimbulkan interaksi dengan obat-obatan konvensional. Misalnya St.John’s wort, berpotensi bahaya bila digunakan bersama dengan obat antidepresan. Aspirin berisiko memicu perdarahan, bila digunakan bersamaan dengan ginkgo biloba. Mayoritas obat herbal belum memiliki data keamanan yang sahih, jika digunakan pada perempuan hamil/menyusui.

Kini era pelayanan kesehatan harus berbasiskan pada bukti ilmiah yang sahih (evidence based medicine/EBM). Obat herbal selayaknya juga mesti mengikuti kaidah tersebut (etis, efektivitas, keamanan). Tidak cukup hanya berbasiskan testimoni, “branding”, atau iklan semata. Publikasinya sering kali bias. Kesimpulan risetnya umumnya dikatakan : “belum ada cukup bukti”, “sampelnya terlalu kecil”, atau “metodologinya lemah”. Hal itu bisa “dimaklumi”. Sebab bukti empirisnya hanya dilakukan melalui uji laboratoris (invitro), atau pada hewan coba saja. Belum tentu hasil positif keduanya akan sesuai, jika diterapkan pada manusia (invivo). Untuk memenuhi kriteria EBM, diperlukan waktu yang panjang dan dukungan dana riset yang besar.

Fitofarmaka

Sejatinya cukup banyak obat-obatan konvensional yang berbasis fitofarmaka. Contohnya adalah opium. Golongan opiat, seperti juga morfin dan kodein, diekstraksi dari tanaman poppy. Efeknya kuat pada susunan saraf pusat. Pemanfaatan medis utamanya sebagai anti nyeri, meski kerap kali juga disalahgunakan. Ada pula senyawa yang diekstrak dari kulit batang pohon Pacific yew (Taxus brevifolia). Substansi aktifnya adalah takse. Kini digunakan sebagai obat anti kanker dengan nama Paclitaxel.

Perlu diimplementasikan Instruksi Presiden No.6 tahun 2016, tentang percepatan pengembangan industri farmasi. Tujuannya untuk mewujudkan kemandirian, meningkatkan daya saing, dan mendukung pelaksanaan JKN. Seyogianya hal itu perlu dipahami dan didukung semua pihak.

—–o—–

*Penulis:

  • Staf pengajar senior di Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
  • Penulis buku:
    – Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)
    – Serba-serbi Obrolan Medis
    – Catatan Harian Seorang Dokter
Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, update Ditag dengan:Jaminan Kesehatan Nasional, JKN, Obat Herbal, Obat Tradisional, Tantangan

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Yovie Widianto: Musik adalah Berkah, Bukan Sekadar Royalti

15 Agustus 2025 By admin

Rumah Sejarah Rengasdengklok: Jejak Tekad Menuju Kemerdekaan

15 Agustus 2025 By admin

Ketua MPR: Sekolah Rakyat Wujud Pemerataan Pendidikan di Indonesia

15 Agustus 2025 By admin

Pro-Kontra Larangan Pemutaran Lagu Indonesia di Kafe & Restoran, Adakah Titik Temunya?

14 Agustus 2025 By admin

Cek Kesehatan Gratis Siswa, Pintu Masuk Efisiensi Anggaran MBG

14 Agustus 2025 By admin

Menapaki Jejak Sejarah Candi Cetho di Lereng Gunung Lawu

14 Agustus 2025 By admin

Hari Kebaya Nasional 2025, Mantan Ibu Negara Raih Penghargaan Ikon Pelestari Kebaya

14 Agustus 2025 By admin

Kemenag Dukung Percepatan Transisi Penyelenggaraan Haji ke BP Haji

14 Agustus 2025 By admin

Jalan Menuju Akrab dengan Allah

13 Agustus 2025 By admin

Wali Kota Surabaya Ajak ASN dan Warga Wujudkan Kampung Pancasila

13 Agustus 2025 By admin

Prabowo Tekankan Birokrasi yang Praktis, Terukur, dan Akuntabel

13 Agustus 2025 By admin

KPK Dalami Proses Pembuatan SK Menag Terkait Pembagian Kuota Haji 2024

13 Agustus 2025 By admin

Menkes Pastikan Program Cek Kesehatan Gratis Pelajar Jangkau Daerah Terpencil

12 Agustus 2025 By admin

Benjamin Sesko Yakin Manchester United Segera Bangkit

12 Agustus 2025 By admin

Palestina Serukan Solidaritas Global untuk Lindungi Jurnalis Gaza

12 Agustus 2025 By admin

Chelsea Bungkam AC Milan 4-1 di Laga Pramusim Stamford Bridge

11 Agustus 2025 By admin

Pentingnya Menjaga Kehormatan Diri dalam Pandangan Islam

11 Agustus 2025 By admin

Minuman Penenang: Benarkah Efektif atau Sekadar Janji Manis?

11 Agustus 2025 By admin

Empat Jurnalis Al Jazeera Tewas dalam Serangan Israel di Dekat RS Al-Shifa

11 Agustus 2025 By admin

Netanyahu Pertahankan Rencana Kendalikan Gaza, Israel Dikecam di PBB

11 Agustus 2025 By admin

Kirana Children Choir Harumkan Indonesia, Raih Emas di A Voyage of Songs 2025 Thailand

10 Agustus 2025 By admin

Mensos Pastikan Pengadaan Laptop untuk Sekolah Rakyat Transparan dan Bebas Korupsi

10 Agustus 2025 By admin

Nasi Hangat vs Nasi Dingin: Mana Lebih Sehat?

10 Agustus 2025 By admin

Manchester United Resmi Rekrut Striker Muda Benjamin Sesko dari RB Leipzig

10 Agustus 2025 By admin

Menjaga Kelestarian Rusa Timor: Kado Manis untuk Masa Depan Konservasi

10 Agustus 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Agustus 2025
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Hamas Tolak Rencana Israel Relokasi Warga Gaza, RI Bantah Ikut Berunding
  • Teman dalam Genosida: Jejak Rekat Hubungan Serbia–Israel
  • Gol Tunggal Calafiori Bawa Arsenal Taklukkan Manchester United di Old Trafford
  • Alicia Silverstone: Ratu ’90-an yang Kembali Bersinar
  • Bayern Muenchen Juara Piala Super Jerman 2025 Usai Kalahkan Stuttgart

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.