• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Teknologi Inovasi Nyamuk “Bermuatan” Wolbachia Picu Kontroversi

22 November 2023 by admin Tinggalkan Komentar

Nyamuk “Bermuatan” Wolbachia. Bloomberg Technoz
Oleh: Ari Baskoro*

Beberapa hari terakhir ini, di negara kita sedang santer pemberitaan terkait kontroversi penyebaran nyamuk yang sudah dimodifikasi. Nyamuk tersebut berasal dari spesies Aedes aegypti yang sudah dikenal luas sebagai vektor/pembawa virus dengue, penyebab penyakit demam berdarah dengue(DBD). Meski riset terdahulu yang pernah dilakukan di Yogyakarta, terbukti signifikan mampu menekan dampak DBD, tetapi konsep tersebut di Bali belum bisa diterima warga. Sosialisasi dan edukasi terhadap modalitas mitigasi DBD yang relatif baru tersebut, dipandang belum cukup dapat dipahami masyarakat setempat. Penolakan warga diwarnai dengan berbagai berita yang mungkin bersifat disinformasi atau hoax.

DBD masih merupakan masalah besar kesehatan di tanah air. Mitigasi terhadap penyakit tersebut, hingga kini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Belum ada pengobatan anti virus spesifik untuk DBD. Pencegahan paparan virus dengue dengan modalitas  vaksinasi, masih dalam pengkajian. Salah satu kendala penerapannya, terkait pembiayaannya yang relatif mahal. Oleh karena itu, tulang punggung pencegahan adalah pengendalian vektor penyakitnya, yakni nyamuk Aedes aegypti.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, dalam beberapa dekade terakhir initerjadi lonjakan tajam kasus DBD di seluruh dunia. Selama dua dekade terakhir, jumlah kasusnya telah meningkat sebesar delapan kali lipat. Sebelum tahun 1970, hanya ada sembilan negara yang pernah mengalami wabah. Saat ini lebih dari seratus negara di dunia,sudah menjadi area endemis DBD. Diperkirakan terjadi fluktuasi antara 100 hingga 400 juta kasus setiap tahunnya. Asia mewakili sekitar 70 persen insiden DBD secara global. Setiap 12 menit terjadi satu kematian. Negara kita merupakan salah satu dari negara di dunia yang terkena dampak tertinggi akibat penyakit itu. “Secara rutin”, DBD menjadi momok musiman. Bahkan dikenal memiliki siklus lima tahunan yang memicu peningkatan morbiditas dan mortalitas. Sebagai contoh, antara tahun 2021 dan 2022, telah terjadi peningkatan kasus. Sebelumnya tercatat 108.303 kasus. Satu tahun sesudahnya, telah melonjak menjadi 143.266 kasus. Pola fluktuatif tersebut, sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan musim, serta status kekebalan kelompok  (herdimmunity). Risiko penularannya banyak berkaitan dengan masalah urbanisasi, kepadatan penduduk, mobilitas warga, akses menuju sumber air yang terjangkau, dan tata kelola penyimpanan air. Pola epidemiologinya banyak tergantung pada tingkat pengetahuan, sikap, dan cara pandang masyarakat, terhadap penyakit yang berpotensi mengancam jiwa itu. Khususnya bila terpapar pada anak-anak.

Intervensi biologi terhadap vektor

Risiko paparan terhadap virus dengue, sangat berkaitan dengan adanya kesempatan nyamuk sebagai vektor,untuk berkembang biak di sekitar lingkungan hidup manusia. Selama berpuluh-puluh tahun, pemberantasan sarang nyamuk (PSN),menjadi andalan pencegahan DBD. Namun demikian, upaya tersebut sering kali mengalami kegagalan. PSN memerlukan kolaborasi yang intens antar warga dan institusi terkait, serta harus dilakukan secara berkesinambungan. Adanya “kelengahan” beberapa anggota masyarakat saja, dapat menggagalkan modalitas pencegahan yang sebenarnya cukup efektif itu. Penggunaan insektisida, tidak terlepas dari persoalan resistensi nyamuk, sehingga menjadi kebal terhadap insektisida. Pencemarannya terhadap lingkungan, juga menjadi kendala penting.

Mengikuti pesatnya perkembangan teknologi, saat ini mulai banyak dilakukan riset inovasi intervensi biologi terhadap keberadaan vektor. Ada beberapa teknik yang saat ini sedang dikembangkan. Rekayasa genetika merupakan contoh teknologi inovasi yang saat ini banyak diteliti para ahli. Khususnya terhadap Aedes aegypti, rekayasa genetika yang dilakukan melalui teknik sterilisasi serangga yang dikenal dengan Releaseofinsect Carrying Dominant Lethal (RIDL).Teknologi lainnya yang sedang dikembangkan adalah Genetically Modified Mosquito (GMM). Cara-cara ini akan menghasilkan gen letal pada induk nyamuk jantan. Nantinya akan berakibat kematian pada keturunannya. Beberapa peneliti juga mengembangkan nyamuk jantan yang mandul, melalui intervensi radiasi. Ada pula teknologi yang memanipulasi gen penyandi (Gen drives). Konsep itu dirancang untuk menonaktifkan “gen kesuburan”. Muaranya akan menghasilkan “alel sterilitas”, sehingga berdampak menekan populasi nyamuk.

Rekayasa genetika dilakukan melalui manipulasi gen, rekombinasi DNA, kloning, dan modifikasi gen. Teknologi tersebut, sejatinya sudah lama diterapkan pada industri pertanian. Contohnya pada teknik penyilangan antar spesies tanaman, guna memperolah bibit unggul. Hasilnya akan diperoleh varietas yang lebih produktif atau lebih tahan terhadap hama suatu  penyakit. Fokus rekayasa genetika adalah pada tingkat molekuler sebuah sel.

Teknologi rekayasa genetika pada nyamuk,mungkin akan efektif bila diterapkan. Meski demikian, tidak sedikit yang menentangnya, karena terkait dengan persoalan etika. Perkembangan keilmuan, khususnya dalam bidang biologi dan kesehatan/kedokteran yang pesat, berisiko memantik masalah etik. Diperlukan suatu rumusan panduan dalam pengembangan dan penerapan sains, khususnya menyangkut etika ilmu pengetahuan dan etika riset. Dampak risiko ekologi negatif terhadap ekosistem,patut menjadi pertimbangan penting.

Intervensi biologi non rekayasa genetika

Teknologi intervensi biologi lainnya terhadap nyamuk Aedes aegypti, yakni dengan cara  menyisipkan bakteri Wolbachia. Konsepnya tidak melalui perubahan genetik pada bakteri ataupun nyamuk tersebut. Telah bisa dipahami, bahwa hanya nyamuk Aedes betina yang menggigit manusia. Darah yang dihisapnya berfungsi untuk pematangan sel telur, guna perkembangbiakannya. Bersamaan dengan menghisap darah itulah, Aedes yang terinfeksi virus dengue, akan “memuntahkan” virus tersebut melalui air liurnya. Maka terjadilah penularan pada manusia.

Teknologi Aedes yang “bermuatan” Wolbachia, diawali dari telur-telurnya yang dilakukan “mikro injeksi” dengan bakteri Wolbachia. Telur yang akhirnya menetas, akan menjadi nyamuk dewasa yang juga mengandung bakteri tersebut. Bila nyamuk jantan hasil modifikasi non genetik itu kawin dengan nyamuk betina liar yang berada di sekitar lingkungan masyarakat, telurnya tidak akan bisa menetas. Sebaliknya bila nyamuk betina ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan liar, telur dan keturunannya akan tetap mengandung bakteri tersebut. Dalam tubuh nyamuk, bakteri tersebut dapat menghambat replikasi virus dengue, Zika, dan Chikungunya. Hasilnya diharapkan tidak akan terjadi penularan virus-virus tersebut  pada manusia.

Nyamuk yang bermuatan Wolbachia, dapat “diternakkan” secara masal di suatu laboratorium produksi. Nantinya, nyamuk-nyamuk tersebut akan disebarkan di daerah-daerah tertentu, terutama yang insiden DBD-nya tinggi.Wolbachia sejatinya merupakan bakteri yang hidup bersimbiosis pada berbagai serangga, serta tidak akan berbahaya/menimbulkan penyakit pada manusia ataupun hewan peliharaan.

Semoga mitigasi DBD di Indonesia dapat berjalan lancar dengan partisipasi penuh  masyarakat.

——o—–

*Penulis :
Staf pengajar senior di:
Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

Anggota Advisory Board Dengue Vaccine

Penulis buku:
* Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
* Serba-serbi Obrolan Medis

Share This :

Ditempatkan di bawah: jatim, Kesehatan, nusantara, update, wawasan Ditag dengan:Aedes aegypti, Nyamuk “Bermuatan” Wolbachia, Nyamuk Wolbachia, WHO, Wolbachia

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Anthony Hopkins Ungkap Hubungan yang Retak dengan Putrinya, Abigail: “Saya Sudah Lakukan yang Saya Bisa”

26 Oktober 2025 By admin

Cegah ISPA di Musim Pancaroba, Dinkes Surabaya Gratiskan Vaksin Pneumonia untuk Balita

26 Oktober 2025 By admin

Apecsi Tolak Calon “Direktur Odong-Odong” di Kebun Binatang Surabaya

26 Oktober 2025 By admin

Erick Thohir Serap Aspirasi Ultras Garuda untuk Bangun Sepak Bola Indonesia

26 Oktober 2025 By admin

Justin Bieber Siap Tampil di Coachella 2026, Rajin Livestream di Twitch untuk Persiapan Setiap Hari

25 Oktober 2025 By admin

Napoli Tantang Inter, Jay Idzes Pimpin Sassuolo Jamu AS Roma di Pekan Kedelapan Liga Italia

25 Oktober 2025 By admin

Perburuan Pelatih Baru Timnas Indonesia, Bukan Shin Tae‑Yong

25 Oktober 2025 By admin

El Clasico Real Madrid vs Barcelona Warnai Pekan ke-10 Liga Spanyol 2025/2026

25 Oktober 2025 By admin

Pemerintah Siapkan Perpres Perlindungan Mitra Ojek Online, Ditarget Rampung Akhir Tahun

25 Oktober 2025 By admin

Francisco Rivera dan Rekan Siap Kembalikan Senyum Bajul Ijo di Sleman

24 Oktober 2025 By admin

Apecsi Pertanyakan Perekrutan Calon Direktur KBS yang Dinilai Tak Miliki Latar Belakang Konservasi

24 Oktober 2025 By admin

DPR Nilai Penolakan Atlet Israel Cerminkan Konsistensi Indonesia Perjuangkan Kemanusiaan

24 Oktober 2025 By admin

Sekjen PBB Desak Israel Patuhi Putusan Mahkamah Internasional Terkait Gaza

24 Oktober 2025 By admin

Dari Desa yang Menyala, Indonesia Menguat: Ketika Energi Hijau Menjadi Kedaulatan Bangsa

23 Oktober 2025 By admin

Gol Tunggal Bellingham Bawa Real Madrid Tundukkan Juventus 1-0

23 Oktober 2025 By admin

Pemerintah Bentuk Satgas Percepatan Program Strategis untuk Pastikan Target Nasional Tepat Waktu

23 Oktober 2025 By admin

Kemendikdasmen Siapkan 150 Ribu Beasiswa bagi Guru yang Belum D4/S1 Mulai 2026

23 Oktober 2025 By admin

Inter Milan Pesta Gol 4-0 Atas Union Saint-Gilloise, Perpanjang Rekor Tak Terkalahkan di Liga Champions

22 Oktober 2025 By admin

Menkeu Purbaya Buka Peluang Kenaikan Gaji ASN pada 2026

22 Oktober 2025 By admin

Presiden Prabowo Restui Pembentukan Ditjen Pesantren, Kado Spesial di Hari Santri 2025

22 Oktober 2025 By admin

Purbaya Siapkan Sistem untuk Hentikan Kebiasaan Pemda “Parkir Dana” di Bank

22 Oktober 2025 By admin

Menambang Kehidupan, Bukan Sekadar Emas: Jejak Hijau Martabe di Jantung Sumatra

21 Oktober 2025 By admin

Pemkot Surabaya Percepat Normalisasi Saluran dan Siagakan Satgas 24 Jam Hadapi Musim Hujan

21 Oktober 2025 By admin

Sejumlah Suplemen Protein Mengandung Timbal Melebihi Batas Aman

21 Oktober 2025 By admin

Alex Pastoor Nilai Target Indonesia ke Piala Dunia 2026 Tidak Realistis

21 Oktober 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Oktober 2025
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Menambang Kehidupan, Bukan Sekadar Emas: Jejak Hijau Martabe di Jantung Sumatra

21 Oktober 2025 Oleh admin

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Israel Langgar Gencatan Senjata, Serangan Udara di Gaza Tewaskan Sedikitnya 18 Warga Palestina
  • Antisipasi Cuaca Ekstrem, Pemkot Surabaya Gelar Simulasi Kedaruratan di 26 Titik
  • Kiper Inter Milan Josep Martinez Terlibat Kecelakaan yang Tewaskan Lansia di Italia
  • Momentum Sumpah Pemuda, Mendikdasmen Ajak Masyarakat Bangga dan Majukan Bahasa Indonesia
  • Juventus Resmi Pecat Igor Tudor Usai Rangkaian Hasil Buruk

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.