

Saya pernah ditanya oleh seorang jemaah di Tanah Suci. “Ustaz, haji saya ini termasuk tamattu’, qiran, atau ifrad? Soalnya dari awal saya ikut saja kata pembimbing.”
Saya tersenyum. Lalu bertanya balik, “Waktu pertama kali niat ihram di miqat, niatnya apa?”
Ia bingung. “Pokoknya saya niat haji, terus ikut rombongan.”
Saya menghela napas. Banyak jemaah kita yang luar biasa semangatnya untuk berhaji, tapi belum sepenuhnya paham jalur yang sedang ia tempuh. Padahal, jalan menuju mabrur itu tidak tunggal. Ada tiga. Dan semuanya sah. Asalkan tahu, niat, dan paham.
Dalam fiqh, terdapat tiga macam haji yang bisa dipilih oleh jemaah, tergantung pada kondisi dan niat masing-masing, yaitu: Haji Ifrad, Haji Tamattu’, dan Haji Qiran. Mari kita kupas secara singkat untuk mengingatkan para jamaah yang tahun ini berangkat haji.
1. Haji Ifrad: Haji yang Lurus dan Lugu
Haji Ifrad adalah jalan haji yang paling sederhana. Langsung niat haji saja. Tanpa umrah. Diniatkan sejak di miqat. Lalu menunaikan semua rukun dan wajib haji. Setelah selesai: selesai. Tidak perlu dam. Tidak perlu dua kali ihram. Ringkas.
Biasanya dipilih oleh jamaah dari Mekah atau sekitarnya. Atau mereka yang datang lebih awal dan fokus hanya berhaji.
Haji Ifrad disebut oleh Allah dalam Al-Baqarah ayat 196: “…Barang siapa yang berhaji saja, maka tidak ada kewajiban hadyu (dam) baginya…”
2. Haji Tamattu’: Umrah Dulu, Haji Kemudian
Ini yang paling populer di Indonesia. Umrah dulu. Lalu istirahat. Setelah itu, ihram lagi untuk haji. Praktis. Dan memberi waktu jeda antara umrah dan haji. Tapi ada harga yang harus dibayar: dam seekor kambing atau puasa 10 hari.
Tamattu’ artinya menikmati. Karena memang terasa lebih ringan. Cocok untuk jemaah kita yang lanjut usia atau baru pertama kali ke Tanah Suci.
Allah sendiri memberi lampu hijau: “Barangsiapa yang ingin umrah dahulu sebelum haji (tamattu’), maka wajib atasnya menyembelih hewan kurban…” (QS. Al-Baqarah: 196)
3. Haji Qiran: Dua dalam Satu
Inilah jalan gabungan. Sekali niat: umrah dan haji sekaligus. Sekali ihram. Sekali perjalanan. Tapi dua ibadah. Berat? Bisa jadi. Karena tidak ada tahallul di tengah. Ihramnya panjang. Tapi bagi yang kuat, lahir dan batin, ini jalan penuh berkah.
Nabi sendiri mencontohkan ini. Dalam haji wada’ (haji terakhir beliau), beliau mengambil manasik qiran. Diniatkan sejak miqat: Labbaikallahumma ‘Umratan wa Hajjan.
Jangan Asal Ikut, Tapi Tahu dan Tumbuh
Apa pun pilihannya: sah. Mau ifrad, tamattu’, atau qiran, semuanya mulia. Tapi satu hal penting: pahami manasiknya. Niatkan dengan ikhlas. Dan jalani dengan khusyuk.
Saya sering bilang dalam kesempatan manasik haji maupun pertemuan-pertemuan persiapan haji: jangan sampai ibadah sebesar haji, nilainya tergerus hanya karena kita tidak tahu sedang lewat jalan yang mana. Haji bukan paket wisata. Ia adalah perjalanan menuju surga. Maka pilihlah jalannya dengan ilmu.
Di sinilah peran penting edukasi. ICMI, sebagai sebuah perkumpulan cendekiawan muslim, punya tanggung jawab moral dan intelektual untuk terus menyuarakan pentingnya pemahaman ibadah, termasuk haji, secara kaffah.
Dalam hal HaJi, maka yang harus diperhatikan bukan sekadar soal KBIH atau travel dan tiket, tapi juga yang lebih penting adalah kesadaran ruhani, ilmu manasik, dan niat yang tulus. Berhaji harus dilandasi ilmu yang tidak saja “cukup” tetapi sempurna. Mulai dari syarat, rukun, hal yang bisa membatalkan haji, dam, dan seterusnya.
Karena kalau kita berhaji tentu bukan sekadar ingin sampai ke Ka’bah. Tapi ingin pulang sebagai hamba yang kembali suci. Menjadi haji Mabrur.
Sebagai Ketua ICMI Jawa Timur dan Ketua Litbang DPP AMPHURI, saya merasa terpanggil untuk terus membersamai umat dalam memahami makna ibadah, bukan sekadar melaksanakannya secara formalitas.
Haji bukan hanya soal rukun dan syarat, tapi juga soal niat, ilmu, dan cinta yang mengantarkan kita pada keikhlasan dan kemabruran.
Tulisan ini adalah bagian dari ikhtiar kecil saya untuk mengedukasi, menginspirasi, dan menumbuhkan kesadaran umat, bahwa setiap langkah menuju Baitullah adalah bagian dari perjalanan batin menuju ridha Allah.
Semoga umat Islam Indonesia semakin cerdas dalam beribadah, dan semakin ikhlas dalam mencintai Allah SWT. (Salam Inspirasi dari kami: ICMI dan AMPHURI).
—000—
*Ketua ICMI Jatim dan Ketua Litbang DPP Amphuri
Tinggalkan Balasan