• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Kendala Mitigasi TBC, Pacu Pengembangan Vaksin yang Efektif

24 Maret 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: Ari Baskoro*

Peringatan hari Tuberkulosis/TBC sedunia setiap tanggal 24 Maret, selalu diiringi suatu harapan. Tujuannya mengakhiri TBC pada tahun 2030. Mampukah Indonesia mewujudkannya?. Berbagai tantangan diuraikan dalam ilustrasi kasus di bawah ini.

Bersamaan dengan puluhan orang kembali dari shalat subuh berjamaah di sebuah masjid perkampungan, Lanang (bukan nama sebenarnya) berjalan menyusuri gang-gang sempit yang gelap dan pengap. Begitulah keseharian pria dewasa muda tersebut  mengawali aktivitasnya. Profesi sebagai pedagang asongan telah lama dilakoninya, sejak dirinya putus dari sekolah menengah pertama (SMP).

Sebatang rokok sudah terselip di bibirnya.Siap disulutnya untuk mengusir udara  dingin.Para tetangganya di suatu kawasan kumuh padat penduduk, sudah paham kebiasaan Lanang. Tanpa harus bertemu muka, mereka sudah tahu sosok yang sedang lewat itu adalah Lanang. Batuk-batuk yang terdengar cukup nyaring di pagi yang sepi, merupakan pertanda khasnya. Sesekali dahaknya diludahkan di jalan setapak yang dilaluinya.

Berulang kali teman seprofesinya  menyarankan, agar Lanang berhenti merokok. Demikian pula istrinya. Harapannya bila berhenti merokok, uangnya bisa digunakan membeli susu untuk anak semata wayangnya yang belum genap berusia dua tahun. Semua orang mengira, batuknya yang “ngekel” terkait kebiasaan merokoknya yang telah berlangsung lama.

Beberapa bulan sebelumnya, tanpa sepengetahuan istrinya, Lanang sudah memeriksakan dirinya ke suatu fasilitas kesehatan (faskes). Petugas yang melayaninya mengatakan, Lanang terkena penyakit TBC paru. Obat yang harus dikonsumsinya terbilang banyak. Dia harus rutin berobat, setidaknya dalam jangka waktu enam hingga delapan bulan. Beberapa waktu kemudian, batuknya sempat mereda. Dikiranya sudah sembuh. Saran petugas faskes agar rutin kontrol, diabaikannya. Bosan minum obat, membuatnya lebih nyaman membeli jamu di warung-warung sekitar perkampungannya. Konon dengan mengonsumsi jamu, badannya terasa lebih enteng dan nafsu makannya meningkat.

Begitulah potret umum penderita TBC yang cenderung menyasar golongan ekonomi lemah dan tingkat pendidikan rendah. Lingkungan kumuh, minimnya  sirkulasi udara dan penerangan cahaya matahari, menjadi ekosistem yang ideal bagi kuman penyebabnya (Mycobacteriumtuberculosa/Mtb) bersirkulasi.

Kementerian Kesehatan mencatat, saat ini lebih dari satu juta kasus TBC terjadi di negara kita. Prevalensinya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sangat mungkin jumlah yang terdeteksi itu, seperti fenomena puncak gunung es. Hanya sebagian kecil saja kasus yang tampak di permukaan. Kejadian riil yang ada di masyarakat, niscaya jauh lebih besar. Pasalnya, diperkirakan satu orang penderita TBC, dapat menularkan penyakitnya  pada sekitar 15 orang disekitarnya per tahun. Dahaknya merupakan media penularan Mtb yang efektif. “Berita baiknya”, hanya sekitar sepuluh persen saja dari orang yang terpapar kuman, menjadi jatuh sakit. Terutama terjadi pada individu yang rentan daya imunitasnya.

Sangat tidak mudah memastikan diagnosis pada seseorang yang dicurigai tertular TBC. Kuman penyebabnya sangat piawai “bersembunyi” dalam sel-sel jaringan tubuh, sehingga tidak mudah dideteksi. Karena itulah acapkali diperlukan modalitas diagnostik yang relatif rumit, bahkan memerlukan bantuan peralatan yang relatif canggih. Celakanya tidak jarang terjadi, kasus TBC hanya didasarkan atas dugaan saja, tanpa disokong dengan bukti yang sahih. Akibatnya mereka harus mengonsumsi obat yang seharusnya tidak perlu.

Respons imunitas seseorang, sangat menentukan hasil interaksi melawan Mtb yang “cerdas” itu. Bila terpapar Mtb, sistem imunakan berupaya melawan dan kemudian  mengenyahkannya. “Pertempuran” tersebut bisa jadi dimenangkan oleh sistem imun. Alhasil individu tersebut tidak akan jatuh sakit untuk sementara waktu atau selamanya. Sebaliknya akan terjadi, bila sistem imun gagal mengeliminasinya. Dampaknya, Mtb tetap eksis dan beranak pinak. Jaringan paru merupakan organ sasaran yang paling ideal untuk perkembangannya. Karena itulah batuk menjadi gejala utamanya. Dahak yang dikeluarkan, mampu melindungi Mtb untuk hidup di luar tubuh manusia dalam jangka waktu yang relatif lama. Bila terbawa aliran udara dan kemudian terhirup orang lain, berpotensi menular.

Pada individu dengan gangguan imunitas, Mtb tidak hanya sebatas menyerang paru. Sifatnya menjadi lebih ganas dan berpotensi menyebar ke seluruh bagian tubuh. Termasuk pada jaringan otak/susunan saraf pusat. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), diabetes, status gizi buruk, stunting, atau pengguna steroid/imunosupresan, berisiko mengalami TBC yang parah.

Steroid adalah substansi utama anti alergi, anti radang, atau penekan sistem imun untuk penyakit autoimun. Harusnya steroid hanya boleh diperoleh melalui resep dokter. Tetapi “anehnya” sering digunakan secara serampangan dengan mencampurkannya sebagai komponen jamu. Tanpa indikasi medis yang tepat, steroid dapat memicu Mtb menjadi lebih agresif menyerang, serta memunculkan risiko Mtb resistan obat (TB-RO). Pengobatannya pun menjadi kian sulit.Paduan obatnya semakin banyak dan memerlukan waktu hingga 20-24 bulan. Di negara kita, diperkirakan sebanyak 2,5 persen kasus TBC dikategorikan sebagai TB-RO.Dengan segala macam persoalannya, Lanang diprediksi sangat berisiko mengalami TB-RO.

Kini anaknya yang sering demam disertai batuk, dibawa berobat istrinya ke faskes. Istrinya yakin, bahwa anaknya tidak akan tertular penyakit bapaknya. Pasalnya, sesaat setelah lahir, sang bayi sudah diberikan vaksin BCG. Lanang pun sudah pernah mendapatkan vaksin tersebut. Itu bisa diketahui dengan adanya benjolan kecil, khas bekas vaksin BCG di lengan atasnya.

Sangat tidak mudah memastikan diagnosis TBC pada anak. Diperlukan dokteryang berkompeten dan prosedur diagnosis yang tidak sederhana. Interpretasi diagnostik tes kulit tuberkulin/Mantoux, relatif tidak mudah dan kontroversial. Faktor usia, status imunitas, dan penyakit tertentu (misalnya kurang gizi, stunting), sangat memengaruhi hasilnya. Hampir tidak mungkin memperoleh spesimen dahak pada anak. Padahal analisis dahak menjadi cara deteksi adanya Mtb, baik secara langsung dengan mikroskop, ataupun menggunakan peralatan lainnya yang relatif lebih canggih.

Vaksinasi BCG sebagai satu-satunya vaksin pencegah TBC, sudah lama digunakan di seluruh dunia hingga kini. Tetapi daya proteksinya amat terbatas. Hanya bisa mencegah seorang anak, agar tidak jatuh ke dalam kondisi TBC yang parah. Setelah remaja dan pada orang dewasa, daya proteksinya menjadi pupus.

Indonesia saat ini menduduki peringkat kedua jumlah penderita TBC, dari keseluruhan negara-negara di dunia. Karena itulah dengan berbagai kendala mitigasinya, diperlukan segera riset pengembangan vaksin TBC yang aman dan lebih efektif dibanding BCG. Kita nantikan hasilnya. Semoga konsep mencegah lebih baik daripada mengobati, bisa segera terwujud.

—–o—–

*Penulis :
Staf pengajar senior di:
Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya

Penulis buku:
* Serial Kajian COVID-19 (sebanyak tiga seri)
* Serba-serbi Obrolan Medis

Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, update, wawasan Ditag dengan:Mitigasi TBC, Pengembangan Vaksin, Perokok, Tuberkulosis/TBC

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

4 Kebiasaan Dokter Onkologi untuk Menurunkan Risiko Kanker

23 Desember 2025 By admin

Iran Tegaskan Program Rudal Tak Bisa Dirundingkan

23 Desember 2025 By admin

Hantam Bologna 2-0, Napoli Juarai Piala Super Italia

23 Desember 2025 By admin

Albanese Minta Maaf, Australia Siapkan Reformasi Pascapenembakan Bondi

23 Desember 2025 By admin

Menghayati Kasih Sayang Ibu, Perspektif Genetika-Imunologi

22 Desember 2025 By admin

Pemerintah Siapkan PP Atur Jabatan Sipil Anggota Polri

22 Desember 2025 By zam

Gus Yahya Tegaskan Patuh Putusan Musyawarah Kubro dan Dorong Islah PBNU

22 Desember 2025 By zam

Barca Perlebar Jarak dari Real Usai Tekuk Villarreal 2-0

22 Desember 2025 By zam

MU Tumbang 1-2 dari Aston Villa di Villa Park

22 Desember 2025 By zam

Mayoritas Tapi Tak Berbobot: Tafsir Sabda Nabi tentang Umat Akhir Zaman

21 Desember 2025 By admin

Gol Penalti Gyokeres Antar Arsenal ke Puncak

21 Desember 2025 By admin

Liga Italia Serie A: Juve Tekuk Roma 2-1

21 Desember 2025 By admin

ICJ Sidangkan Dugaan Genosida Rohingya

21 Desember 2025 By admin

Prabowo Setujui PP Reformasi Polri

21 Desember 2025 By admin

20 Desember dan Retaknya Solidaritas Manusia di Tengah Kepentingan Dunia

20 Desember 2025 By admin

UNRWA Ingatkan Krisis Kelaparan di Gaza Masih Mengancam

20 Desember 2025 By admin

Persebaya Percayakan Shin Sang-gyu Dampingi Tim Saat Hadapi Borneo FC

20 Desember 2025 By admin

Bologna Tembus Final Piala Super Italia Usai Singkirkan Inter Milan

20 Desember 2025 By admin

Napoli Singkirkan AC Milan, Lolos ke Final Piala Super Italia 2025

19 Desember 2025 By admin

Putusan MK soal Royalti Perlu Aturan Turunan Jelas

19 Desember 2025 By admin

Menkeu Pastikan Bantuan Bencana dari Luar Negeri Bebas Pajak

19 Desember 2025 By admin

Maroko Juara Piala Arab FIFA 2025 Usai Tumbangkan Yordania 3-2

19 Desember 2025 By admin

Antara Narasi “Pahlawan Devisa” dan Realitas Perlindungan Pekerja Migran

18 Desember 2025 By admin

FIFA Naikkan Total Hadiah Piala Dunia 2026 hingga 50 Persen

18 Desember 2025 By admin

Manchester City Melaju ke Semifinal Carabao Cup

18 Desember 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Desember 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« Nov    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Menambang Kehidupan, Bukan Sekadar Emas: Jejak Hijau Martabe di Jantung Sumatra

21 Oktober 2025 Oleh admin

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Senja Keemasan di Kerandangan, Saat Lombok Berbisik Lewat Cahaya
  • Paus Leo XIV Soroti Krisis Kemanusiaan Gaza dalam Pesan Natal
  • Rais Aam dan Ketum PBNU Sepakat Islah, Muktamar Digelar Bersama
  • “Code Blue” Bencana Sumatera
  • Kapal yang Menantang Waktu: Restorasi Kapal Firaun Khufu di Grand Egyptian Museum

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.