• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Pikun, Tidak Harus Karena Lansia

23 September 2025 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: Ari Baskoro*

“Lupa” arah jalan menuju rumahnya kembali. Itu narasi yang lazim masyarakat sampaikan, saat mencari keluarganya yang “hilang” atau tersesat. Benarkah contoh kejadian tersebut menggambarkan fenomena pikun ? Tidak jarang pula  seseorang “lupa”,di mana dirinya saat ini berada. Juga “lupa” waktu. Bisa juga “lupa”, apakah sudah makan atau belum. Umumnya orang yang mengalami pikun, diawali gejala sulit mengingat suatu informasi yang baru saja dipelajari. “Kehilangan” memori sering tampak dari sulitnya konsentrasi mengerjakan aktivitas sehari-sehari. Padahal sebelumnya hal itu telah  rutin dilakukan. Perilaku kekanak-kanakan, seolah kembali saat masih kecil, lazim dilakukan oleh seseorang yang pikun.

Meski tidak selalu, pikun banyak dikaitkan dengan faktor usia. Secara global, usia harapan hidup (UHH) penduduk dunia mencapai 73,3 tahun, pada tahun 2024. Berdasarkan proyeksi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),penduduk lansia (di atas 60 tahun) akan mencapai 1,4 miliar jiwa, pada tahun 2030.Angka tersebut berimplikasi pada problem medis spesifik terkait lansia. Pikun atau demensia, merupakan contoh yang paling lazim. Menurut WHO pula, demensia menjadi masalah utama disabilitas dan ketergantungan individu lansia. Dampaknya tidak hanya menurunnya kualitas hidup, tapi juga beban fisik, psikologis, dan sosial-ekonomi.

Dampak ekonominya  secara global cukup signifikan. Kerugiannya bisa mencapai 1,3 triliun dolar AS. Sekitar 50 persen dari biaya tersebut, dikeluarkan untuk pengasuh informal. Rata-rata mereka memerlukan lima jam perawatan dan pengawasan per hari. Efek negatif rentetannya, bisa menimpa pada orang-orang yang merawatnya, keluarga, ataupun masyarakat secara keseluruhan. Tidak jarang pula, berpotensi memantik terjadinya stigma.

Demensia

Demensia merupakan istilah umum yang menggambarkan penurunan kemampuan kognitif seseorang. Dampaknya pasti akan mengganggu aktivitas kehidupannya sehari-hari. Penyebab utama demensia adalah penyakit Alzheimer. Proporsinya sekitar 70 persen kasus. Sisanya terkait penyebab lainnya. Misalnya  penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes melitus, ataupun stroke. Konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, defisiensi nutrisi, dan polusi udara, juga merupakan faktor risikonya.

Sejatinya Alzheimer merupakan proses degenerasi/inflamasi kronis yang menyasar pada susunan saraf pusat (SSP). Meski mekanisme pasti Alzheimer sedang dalam riset intensif, tapi mikroba tertentu diduga kuat melatarbelakangi penyebabnya. Contohnya adalah virus herpes simpleks tipe 1, bakteri (Chlamidiapneumonia/CP),jamur(Candida albicans), hingga parasit (Toxoplasmagondii). Semua mikroba tersebut dikenal mampu memicu infeksi laten yang tidak menimbulkan gejala nyata. Sebaliknya berisiko “berjalan”, memasuki area jaringan SSP.

Perlu  dipahami, proses penuaan/degenerasi tidak selalu harus diikuti dengan munculnya demensia. Data epidemiologi menunjukkan, sebanyak sembilan persen kasus demensia timbul sebelum lansia.

Mengupil

Melalui suatu riset pada binatang coba, infeksi dengan mikroba tertentu dapat memicu timbulnya demensia. Mikroba tersebut adalah bakteri CP. Melalui kebiasaan yang unik yaitu mengupil, diduga kuat memudahkan bakteri tersebut menyasar saraf penciuman.Selanjutnya berpotensi memasuki SSP. CP mampu melewati mekanisme skrining  pertahanan tubuh yang fisiologis, berupa sawar darah otak. Proses tersebut tidak bisa terjadi hanya dalam tempo sekali waktu saja. Diperlukan durasi waktu yang bisa berlangsung cukup lama dan berulang.Akhirnya akan berujung menimbulkan gambaran patologi yang nyata. Selama ini dipahami, bahwa mengupil merupakan kebiasaan yang tidak berbahaya. Tetapi ternyata tidak bebas dari risiko seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Melalui mekanisme tertentu yang belum dapat diuraikan dengan pasti, bakteri CP  dapat menginduksi terjadinya pengendapan protein abnormal pada sel-sel saraf di otak. Substansi protein abnormal itu disebut dengan beta amiloid dan protein tau. Bentukannya berupa endapan plak, dengan gambaran patologinya yang khas didapatkan pada demensia.

Meski riset awal baru dilakukan pada hewan coba, tetapi mekanisme yang mungkin melandasinya bisa memberikan gambaran terjadinya demensia pada manusia. Saat ini para peneliti  sedang melakukan riset lanjutan secara intensif, guna mengungkap tabir masalah demensia dengan lebih gamblang.

Pencegahan

Hingga kini belum ada obat yang efektif untuk tatalaksana demensia. Konsep mencegah daripada harus mengobati, layak diterapkan. Berdasarkan penelitian observasional, faktor gaya hidup sehat dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi,  berkontribusi menurunkan faktor risikonya. Contohnya adalah melakukan aktivitas fisik secara reguler, pengendalian tekanan darah, dan latihan kognitif (rajin membaca, menekuni hobi, bersosialisasi).

Mengendalikan kadar gula darah pada tingkat yang optimal, mempertahankan berat badan ideal, dan konsumsi makanan sehat, terbukti dapat menurunkan risiko terjadinya demensia. Sayur, biji-bijian, makanan laut, serta daging tanpa lemak, sangat direkomendasikan. Tidak merokok, menghindari minuman beralkohol, serta tidur nyenyak dalam jangka waktu yang optimal,penting untuk tetap dilakukan.

Berdasarkan pemahaman mekanisme timbulnya demensia, kini berkembang gagasan merancang vaksin guna pencegahannya. Targetnya mencegah infeksi laten kronis, agar tidak terbentuk endapan plak beta amiloid dan protein tau. Kini vaksin-vaksin tersebut sedang dalam fase uji klinis. Diharapkan tidak berselang lama, dapat segera diaplikasikan pada masyarakat.

Selamat hari Alzheimer Sedunia 21 September 2025. Jangan malu bertanya.Itu tema penting meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang demensia. Caranya dengan mendorong orang untuk selalu bertanya.

—–o—–

*Penulis:

  • Staf pengajar senior di Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
  • Penulis buku:
    – Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)
    – Serba-serbi Obrolan Medis
    – Catatan Harian Seorang Dokter
Share This :

Ditempatkan di bawah: Kesehatan, update, wawasan Ditag dengan:Alzheimer, Ari Baskoro, Hari Alzheimer, lansia, Pikun, Tidak Harus

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Mentan Tegaskan Impor Pangan Ilegal Tak Ditoleransi

24 Desember 2025 By admin

4 Kebiasaan Dokter Onkologi untuk Menurunkan Risiko Kanker

23 Desember 2025 By admin

Iran Tegaskan Program Rudal Tak Bisa Dirundingkan

23 Desember 2025 By admin

Hantam Bologna 2-0, Napoli Juarai Piala Super Italia

23 Desember 2025 By admin

Albanese Minta Maaf, Australia Siapkan Reformasi Pascapenembakan Bondi

23 Desember 2025 By admin

Menghayati Kasih Sayang Ibu, Perspektif Genetika-Imunologi

22 Desember 2025 By admin

Pemerintah Siapkan PP Atur Jabatan Sipil Anggota Polri

22 Desember 2025 By zam

Gus Yahya Tegaskan Patuh Putusan Musyawarah Kubro dan Dorong Islah PBNU

22 Desember 2025 By zam

Barca Perlebar Jarak dari Real Usai Tekuk Villarreal 2-0

22 Desember 2025 By zam

MU Tumbang 1-2 dari Aston Villa di Villa Park

22 Desember 2025 By zam

Mayoritas Tapi Tak Berbobot: Tafsir Sabda Nabi tentang Umat Akhir Zaman

21 Desember 2025 By admin

Gol Penalti Gyokeres Antar Arsenal ke Puncak

21 Desember 2025 By admin

Liga Italia Serie A: Juve Tekuk Roma 2-1

21 Desember 2025 By admin

ICJ Sidangkan Dugaan Genosida Rohingya

21 Desember 2025 By admin

Prabowo Setujui PP Reformasi Polri

21 Desember 2025 By admin

20 Desember dan Retaknya Solidaritas Manusia di Tengah Kepentingan Dunia

20 Desember 2025 By admin

UNRWA Ingatkan Krisis Kelaparan di Gaza Masih Mengancam

20 Desember 2025 By admin

Persebaya Percayakan Shin Sang-gyu Dampingi Tim Saat Hadapi Borneo FC

20 Desember 2025 By admin

Bologna Tembus Final Piala Super Italia Usai Singkirkan Inter Milan

20 Desember 2025 By admin

Napoli Singkirkan AC Milan, Lolos ke Final Piala Super Italia 2025

19 Desember 2025 By admin

Putusan MK soal Royalti Perlu Aturan Turunan Jelas

19 Desember 2025 By admin

Menkeu Pastikan Bantuan Bencana dari Luar Negeri Bebas Pajak

19 Desember 2025 By admin

Maroko Juara Piala Arab FIFA 2025 Usai Tumbangkan Yordania 3-2

19 Desember 2025 By admin

Antara Narasi “Pahlawan Devisa” dan Realitas Perlindungan Pekerja Migran

18 Desember 2025 By admin

FIFA Naikkan Total Hadiah Piala Dunia 2026 hingga 50 Persen

18 Desember 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Desember 2025
S S R K J S M
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  
« Nov    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Menambang Kehidupan, Bukan Sekadar Emas: Jejak Hijau Martabe di Jantung Sumatra

21 Oktober 2025 Oleh admin

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Tangis dan Imunitas di Tengah Bencana
  • Senja Keemasan di Kerandangan, Saat Lombok Berbisik Lewat Cahaya
  • Paus Leo XIV Soroti Krisis Kemanusiaan Gaza dalam Pesan Natal
  • Rais Aam dan Ketum PBNU Sepakat Islah, Muktamar Digelar Bersama
  • “Code Blue” Bencana Sumatera

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.