
Surabaya (Trigger.id) – Tren unik di media sosial tengah menarik perhatian publik, di mana sejumlah pelanggan Starbucks membawa labu yang sudah dikosongkan untuk dijadikan wadah minuman musiman seperti pumpkin spice latte atau apple crisp. Meski terlihat lucu dan identik dengan suasana musim gugur, para ahli gizi memperingatkan bahwa kebiasaan ini justru berisiko bagi kesehatan.
Menurut laporan Health, para ahli menilai tren tersebut tidak memberikan manfaat gizi berarti dan justru menimbulkan potensi bahaya mikrobiologis.
“Labu sebenarnya mengandung banyak nutrisi seperti serat, vitamin A dan C, serta antioksidan,” ujar Sandra Zhang, MS, RDN, LDN, ahli gizi dari Frances Stern Nutrition Center, Tufts Medical Center. “Namun, dalam konteks tren ini, tidak ada manfaat nyata yang bisa diperoleh.”
Laura Acosta, DCN, RDN, LDN, dari University of Florida, menjelaskan bahwa meski secara teori zat gizi dari labu segar bisa sedikit berpindah ke minuman, jumlahnya sangat kecil sehingga tidak memberikan peningkatan gizi yang signifikan.
Yang lebih dikhawatirkan, lanjut para pakar, adalah risiko kontaminasi bakteri. Setelah labu dipotong, bagian dalamnya yang lembap bisa menjadi tempat berkembangnya mikroorganisme berbahaya.
“Begitu labu dibuka, bagian dalamnya menjadi media yang ideal untuk pertumbuhan bakteri,” kata Lindsay Malone, MS, RDN, LD, ahli nutrisi dari Case Western Reserve University.
Sementara itu, Lisa Moskovitz, RD, pendiri NY Nutrition Group, menambahkan, “Membawa labu ke Starbucks mungkin tampak menyenangkan, tetapi jika labu itu sudah lama disimpan di suhu ruang lalu diisi kopi panas dan diminum perlahan sepanjang hari, risikonya cukup tinggi untuk terpapar patogen berbahaya.”
Selain itu, bagian dalam labu yang berpori dan tidak rata juga membuat proses pembersihan dan sterilisasi sulit dilakukan. Kotoran atau sisa tanah dari permukaan luar labu bahkan bisa ikut mencemari minuman.
Kesimpulannya, para ahli sepakat bahwa tren minum kopi menggunakan labu kosong ini lebih berisiko daripada bermanfaat. Seperti disampaikan Acosta, “Praktik ini terasa keliru—tidak memberikan manfaat kesehatan apa pun, dan berpotensi membahayakan.” (ian)
Sumber: Health.com
Tinggalkan Balasan