
Surabaya (Trigger.id) – Cedera akibat olahraga lari ternyata sangat umum terjadi. Berdasarkan estimasi, sekitar 80% pelari jarak jauh dan 44% pelari jarak pendek pernah mengalami setidaknya satu cedera. Namun, sebuah studi terbaru yang dimuat dalam Journal of Science and Medicine in Sport menunjukkan bahwa pola makan bisa menjadi faktor penting dalam mencegah cedera-cedera tersebut.
Penelitian ini menganalisis lebih dari selusin studi terdahulu yang melibatkan hampir 6.000 pelari jarak jauh. Hasilnya menunjukkan bahwa asupan lemak, kalori, dan serat dalam diet sehari-hari berkaitan dengan risiko cedera. Menurut Erin Colebatch, ahli gizi sekaligus peneliti utama dari University of South Australia, cedera lari memang memiliki banyak penyebab, dan pola makan adalah salah satu yang tidak boleh diabaikan.
“Nutrisi seharusnya menjadi bagian penting dari strategi pencegahan cedera bagi pelari,” ujar Colebatch.
Hubungan Antara Diet dan Cedera
Selama ini, ada beberapa tinjauan sistematis yang membahas kaitan antara pola makan dan cedera lari, namun banyak yang sudah usang, tidak secara khusus fokus pada faktor nutrisi, serta melibatkan sedikit studi jangka panjang.
Dalam analisis terbaru ini, para peneliti mengulas 15 studi dengan temuan penting sebagai berikut:
- Pelari perempuan yang mengalami cedera tercatat mengonsumsi 449 kalori dan 20 gram lemak lebih sedikit per hari dibanding mereka yang tidak cedera.
- Asupan kalori dan lemak yang lebih rendah pada pelari perempuan berkaitan dengan meningkatnya risiko cedera umum maupun cedera tulang.
- Mereka yang mengalami cedera juga tercatat mengonsumsi sekitar 3 gram serat lebih sedikit dibanding pelari tanpa cedera.
- Menariknya, asupan protein, alkohol, karbohidrat, dan kalsium tidak menunjukkan kaitan yang signifikan dengan risiko cedera.
Menurut Dr. Sarah Merrill dari University of California, San Diego, kekuatan studi ini terletak pada kemampuannya menyatukan banyak data untuk menghasilkan kesimpulan yang bermakna. Sementara itu, ahli gizi olahraga Yasi Ansari dari UCLA Health menyebut studi ini sebagai langkah penting dalam mengisi kekosongan pengetahuan terkait hubungan pola makan dan cedera lari.
Namun, studi ini juga memiliki keterbatasan. Beberapa data berasal dari laporan mandiri peserta yang bisa jadi tidak akurat. Selain itu, variasi dalam definisi cedera, karakteristik peserta, serta metode penilaian diet membuat perbandingan antar studi menjadi kurang konsisten.
Mengapa Lemak, Serat, dan Kalori Penting?
Secara logis, kurangnya asupan lemak dan kalori bisa membuat tubuh pelari lebih rentan terhadap cedera. Menurut Dr. Merrill, pelari biasanya memiliki massa otot dan lemak tubuh yang lebih rendah, sehingga ketika mengalami defisit energi, tubuh bisa mulai mengambil nutrisi dari jaringan tulang untuk memperbaiki otot yang rusak—hal ini bisa memicu cedera.
Lemak memiliki fungsi penting dalam menyerap vitamin yang dibutuhkan untuk kesehatan tulang dan otot, memproduksi hormon, membentuk membran sel, serta mengatur peradangan. Kekurangan lemak dapat mengganggu fungsi-fungsi vital ini.
Serat pun tak kalah penting. Selain mendukung kesehatan saluran cerna dan mikrobioma usus, serat juga diyakini membantu mengurangi peradangan. Pola makan tinggi serat biasanya juga tinggi kandungan polifenol—senyawa antiinflamasi alami yang banyak ditemukan dalam buah beri dan makanan nabati lain—yang berpotensi menunjang kesehatan otot dan tulang.
Temuan ini menegaskan bahwa nutrisi bukan hanya mendukung performa olahraga, tetapi juga menjadi bagian tak terpisahkan dari pencegahan cedera. Peneliti merekomendasikan agar studi lanjutan dilakukan dengan standar yang lebih tinggi untuk memperkuat bukti. Namun sejak sekarang, para pelari sudah dapat mulai memperhatikan pola makan mereka sebagai salah satu bentuk investasi dalam menjaga kebugaran dan mencegah cedera. (ian)
Sumber: Health
Tinggalkan Balasan