
New Delhi (Trigger.id) — Sedikitnya 30 orang tewas di wilayah timur laut India akibat banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh hujan monsun deras selama akhir pekan, menurut laporan resmi dan media lokal, Minggu (1/6).
Di negara bagian Assam, delapan korban jiwa dilaporkan, sementara sembilan orang lainnya tewas di negara bagian tetangga Arunachal Pradesh. Banyak dari korban dilaporkan tertimbun tanah dan puing akibat longsor hebat.
Di kota Guwahati, Assam, satu keluarga terdiri dari tiga orang meninggal setelah rumah mereka diterjang tanah longsor. Hujan lebat juga menyebabkan sebagian besar wilayah kota terendam banjir, memicu pemadaman listrik berkepanjangan, dan mendorong otoritas menutup sekolah serta perguruan tinggi pada Sabtu.
Untuk mencegah risiko tersengat listrik, pasokan listrik di beberapa daerah sengaja diputus, ujar Kepala Menteri Assam, Himanta Biswa Sarma.
Di negara bagian Mizoram, lima orang dilaporkan tewas akibat longsor, sementara enam korban jiwa tercatat di Meghalaya. Dua kematian juga dilaporkan masing-masing di negara bagian Nagaland dan Tripura.
Kepala Menteri Meghalaya, Conrad K Sangma, telah memerintahkan tim darurat untuk bersiaga penuh, khususnya di daerah rawan longsor dan dataran rendah.
Sementara itu, di Manipur, Angkatan Darat India menggelar operasi penyelamatan besar-besaran dan telah mengevakuasi ratusan warga ke lokasi yang lebih aman. “Warga telah dipindahkan ke tempat perlindungan,” kata pihak militer. “Kami menyediakan makanan, air, dan obat-obatan penting.”
Hujan deras telah mengguyur kawasan itu selama tiga hari berturut-turut, dan Badan Meteorologi India memperkirakan hujan lebat masih akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan. Peringatan merah telah dikeluarkan untuk beberapa distrik di wilayah timur laut.
Sejumlah sungai besar, termasuk Sungai Brahmaputra yang berhulu di Himalaya dan mengalir ke Bangladesh, telah meluap dan membanjiri lahan luas, memutus akses ke berbagai komunitas.
Banjir dan longsor merupakan bencana yang kerap terjadi selama musim monsun India yang berlangsung dari Juni hingga September. Meski vital bagi sektor pertanian, musim ini kerap membawa korban jiwa karena infrastruktur yang rapuh di negara terpadat di dunia ini. (bin)
Tinggalkan Balasan