Surabaya (Trigger.Id) – 12 Juni 2014 menjadi momentum yang sangat bersejarah bagi warga kota Surabaya, terutama mereka yang tinggal di kompleks lokalisasi prostitusi Dolly dan sekitarnya.
Betapa tidak, area prostitusi yang konon terbesar se Asia Tenggara tersebut , menjadi tempat dari sekian ribu orang mengadu nasib menggantungkan hidup mereka dari bisnis haram tersebut. Mulai dari penjajah seks komersial (PSK)nya, mucikari, penyedia lahan parkir, makelar, pemilik rumah musik, penyedia minuman beralkohol dan seterusnya.
Pasca kompleks bisnis “esek-esek” tersebut ditutup, ternyata tidak semua warga diatas beralih profesi atau “move on”. Bantuan berupa uang jaminan hidup bagi PSK sebesar Rp 7,5 juta, pelatihan keterampilan menjadi pelaku UMKM, rekruitmen mantan satpam/preman menjadi anggota Linmas, sopir ambulace, dan seterusnya, tidak semuanya direspon positip.
Mereka diam-diam “menolak”, karena pendapatannya berkurang drastis. Satu-dua tahun berjalan pasca penutupan lokalisasi, masih ada beberapa orang termasuk mantan “preman” lokalisasi yang tidak terima dengan keputusan Pemkot Surabaya menutup total bisnis “lendir” tersebut.
Adalah M. Yunus S.STP, M.A.P Camat Sawahan yang dengan telaten “meladeni” mereka yang tidak bisa menerima mata pencaharian mereka terhenti. Meskipun penuh resiko, Yunus bercerita, mereka termasuk para preman tersebut juga manusia. “Ketika kita ngomong santun, humanis, pasti alhamdulillah bisalah. Tapi kalau kita kasar, ga ngerti andap asor, tata Krama, ya….ga bisa,” terang Yunus.
Selain butuh kekuatan dan keberanian lebih menghadapi mereka, Yunus bilang, bismillah dan shalawat diperbanyak Insya Allah selamat. Yunus yang putra asli Madura, sebelum menjadi Camat Sawahan, selama masing-masing empat dan lima tahun menjabat Lurah Ujung dan Sekretaris Camat Tambaksari. Karakter masyarakat Surabaya yang terbuka, egaliter dan terkesan keras, sudah ia pahami.
Saat bertugas sebagai Camat Sawahan pasca ditutupnya Dolly, menjadi tantangan tersendiri. “Karakter orang di tiap wilayah di Surabaya beda-beda. Tapi semuanya akan baik-baik saja dan berhasil karena perlindungan dari Allah SWT,” jelas Yunus dengan logat asli Bangkalannya.
Yunus bersyukur menjadi Camat Sawahan selama tujuh tahun, karena ini menunjukkan kepercayaan dari masyarakat terutama Walikota Surabaya. “Kalau kita senang bergaul dan biasa cangkruk menemui warga, rasanya tidak ada yang sulit komunikasi.” Tegas Yunus. (Ian)
Tinggalkan Balasan