
Pada Minggu malam, dunia menyaksikan momen bersejarah ketika Beyoncé akhirnya memenangkan Grammy untuk kategori Album of the Year di ajang Grammy Awards 2025. Album terbarunya, “Act II: Cowboy Carter”, berhasil membawa pulang penghargaan paling bergengsi dalam industri musik tersebut.
Kemenangan ini tidak hanya disambut dengan sorak sorai dari para penonton dan penggemar di seluruh dunia, tetapi juga membawa rasa vindication bagi Queen Bey. Lady Gaga dan Billie Eilish terlihat menitikkan air mata, sementara di tempat lain, mungkin Adele juga merasakan keharuan yang sama.
Kemenangan yang Telah Lama Dinanti
Kembali ke tahun 2017, pada ajang Grammy Awards ke-59, album “Lemonade” milik Beyoncé kalah dari album “25” milik Adele untuk kategori Album of the Year. Dalam pidato kemenangannya, Adele bahkan mengungkapkan bahwa bagi dirinya, “Lemonade” lebih layak untuk menang.
Peristiwa ini memicu perdebatan panjang mengenai kemungkinan bias rasial dalam Recording Academy. Sebelum Minggu malam lalu, hanya tiga perempuan kulit hitam yang pernah memenangkan kategori ini: Natalie Cole (1992), Whitney Houston (1994), dan Lauryn Hill (1999). Beyoncé akhirnya menjadi wanita kulit hitam keempat yang memenangkan penghargaan ini, setelah lima kali dinominasikan.
Tahun lalu, suami Beyoncé, Jay-Z, juga mengkritik Recording Academy atas ketidakadilan yang terjadi. Saat menerima Dr. Dre Global Impact Award, ia menyampaikan, “Dia adalah pemegang Grammy terbanyak sepanjang sejarah, tetapi belum pernah memenangkan Album of the Year. Bahkan menurut metrik mereka sendiri, ini tidak masuk akal.”
Pada Grammy Awards 2023, Beyoncé memang berhasil menjadi artis dengan penghargaan Grammy terbanyak dalam sejarah setelah memenangkan Best Dance/Electronic Album untuk album “Renaissance”. Namun, kemenangan untuk Album of the Year baru datang di tahun 2025 ini.
Debat Genre dan Kontroversi di Industri Musik Country
Kemenangan “Act II: Cowboy Carter” sempat dipandang sebagai kejutan karena album ini banyak mengusung unsur musik country, folk, R&B, dan gospel. Namun, album ini tidak sepenuhnya diterima oleh komunitas musik country. Saat CMA Awards 2024 berlangsung, Beyoncé tidak mendapatkan satu pun nominasi.
Penyanyi country Luke Bryan sempat mengomentari fenomena ini, mengatakan bahwa komunitas musik country sebenarnya mendukung karya Beyoncé, tetapi menginginkan lebih banyak interaksi dari sang diva dengan dunia musik country.
“Semua orang senang bahwa Beyoncé membuat album country. Tidak ada yang marah tentang itu. Tapi kalau ingin benar-benar masuk ke dunia country, ayo ikut terlibat, datang ke acara penghargaan, bergabung dalam keluarga besar kami,” kata Luke Bryan dalam wawancaranya di “Andy Cohen Live”.
Namun, Beyoncé sendiri telah lama mengungkapkan bahwa dirinya tidak selalu merasa diterima dalam genre ini. Setelah merilis “Cowboy Carter”, ia mengunggah pernyataan di media sosial tentang kritik yang ia hadapi ketika pertama kali mencoba memasuki musik country, terutama setelah penampilannya bersama Dixie Chicks di CMA Awards 2016.
“Kritik yang saya hadapi ketika pertama kali masuk ke genre ini memaksa saya untuk melampaui batasan yang diberikan kepada saya,” tulis Beyoncé dalam unggahannya. “Act II adalah hasil dari tantangan yang saya hadapi dan keinginan saya untuk membaurkan berbagai genre menjadi satu karya.”
Minggu malam, ia juga memenangkan Best Country Album di Grammy 2025, yang semakin memperkuat posisinya di industri musik country.
Dedikasi untuk Linda Martell dan Pengumuman Tur Baru
Dalam pidato kemenangannya, Beyoncé mendedikasikan penghargaan ini untuk Linda Martell, penyanyi country kulit hitam pertama yang sukses secara komersial. Album “Cowboy Carter” bahkan memiliki interlude “The Linda Martell Show”, yang merupakan bentuk penghormatan kepada musisi senior berusia 83 tahun tersebut.
Setelah Grammy, Beyoncé mengumumkan tur terbarunya, Cowboy Carter Rodeo Chitlin Circuit Tour, dengan kota-kota yang dikunjungi termasuk Los Angeles, Chicago, London, New York, Paris, Houston, Atlanta, Washington D.C., dan Las Vegas.
Dengan kemenangan ini, Beyoncé sekali lagi membuktikan dirinya sebagai ikon musik terbesar di dunia, tidak hanya dengan jumlah Grammy yang ia raih, tetapi juga dengan keberaniannya menembus batasan genre dan memperjuangkan inklusivitas dalam industri musik. (bin)
Tinggalkan Balasan