
Foto: Anna Moneymaker/Getty; Shirlaine Forrest/Getty
Surabaya (Trigger.id) – Ketegangan antara dunia politik dan musik kembali mencuat setelah mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menanggapi pernyataan pedas Bruce Springsteen dalam konsernya yang baru-baru ini digelar di Manchester, Inggris.
Dalam konser pembukaan tur terbarunya yang bertajuk Land of Hope and Dreams, Springsteen menyampaikan kritik keras terhadap kepemimpinan Trump. Di hadapan para penggemarnya, musisi legendaris itu menyebut bahwa Amerika saat ini berada di tangan pemerintahan yang “korup, tidak kompeten, dan melakukan tindakan pengkhianatan.”
Tak butuh waktu lama bagi Trump untuk bereaksi. Melalui platform media sosial miliknya, Truth Social, ia menyindir balik Springsteen, menyebutnya sebagai “musisi tua yang sudah mengerut seperti buah prune.” Ia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menyukai musik Springsteen maupun pandangan politiknya yang dianggap terlalu berpihak ke sayap kiri.
“Bruce Springsteen itu sangat dilebih-lebihkan. Dia pergi ke negara asing hanya untuk mencerca Presiden Amerika Serikat,” tulis Trump dalam unggahannya. “Dia tidak berbakat, hanya seorang yang sok dan menyebalkan. Dia dengan fanatik mendukung Joe Biden, presiden terburuk yang hampir menghancurkan negeri ini.”
Trump juga menambahkan bahwa jika bukan karena dirinya kembali terpilih, negara akan “sudah lenyap.” Ia memperingatkan bahwa ucapan-ucapan seperti yang disampaikan Springsteen bisa memicu reaksi keras dari para pendukungnya ketika sang musisi kembali ke Amerika.
“Springsteen sebodoh batu, atau mungkin sebenarnya dia tahu apa yang terjadi — dan itu lebih buruk,” sindir Trump. “Kulitnya sudah kendor, dan seharusnya dia tutup mulut sampai dia kembali ke Amerika. Itu hal yang wajar. Kita lihat nanti apa yang terjadi padanya!”
Di sisi lain, Springsteen yang dikenal sebagai “The Boss” tetap lantang menyuarakan pandangannya melalui musik. Dalam konser tersebut, ia mengajak penonton untuk menggunakan kekuatan seni dan musik sebagai bentuk perlawanan terhadap otoritarianisme.
“Negeriku, Amerika, saat ini dikuasai oleh pemerintahan yang korup dan tidak bermoral,” ucapnya dengan penuh semangat. “Kami meminta semua yang percaya pada demokrasi untuk bersuara, melawan ancaman terhadap kebebasan, dan biarkan kebebasan bergema.”
Ia juga mengkritik para miliarder yang dinilainya tidak peduli pada penderitaan anak-anak miskin dunia, serta menyayangkan mundurnya dukungan Amerika terhadap sekutu-sekutunya dan justru berpihak kepada para diktator.
Springsteen bukan orang baru dalam kritik terhadap Trump. Ia secara terbuka mendukung Hillary Clinton pada 2016 dan Joe Biden pada 2020. Tahun lalu, ia juga menyatakan dukungannya terhadap Kamala Harris, menyebut Trump sebagai “calon presiden paling berbahaya sepanjang hidupnya.”
Menurut Springsteen, perpecahan politik dan emosional yang terjadi di Amerika saat ini belum pernah seburuk ini sejak Perang Saudara. Namun, ia percaya bahwa kondisi ini masih bisa diperbaiki.
Dengan sejarah panjang kariernya yang konsisten mengangkat tema keadilan sosial dan kehidupan kelas pekerja, Springsteen menegaskan bahwa dukungannya terhadap kandidat dari Partai Demokrat mencerminkan visi Amerika yang telah ia perjuangkan selama lebih dari lima dekade.
Konflik terbuka antara tokoh politik dan musisi ini menunjukkan betapa besar pengaruh budaya dalam percakapan politik di Amerika Serikat — di mana panggung musik bisa menjadi mimbar perlawanan, dan balasannya datang langsung dari elite politik tertinggi. (bin)
Tinggalkan Balasan