• Skip to main content
  • Skip to secondary menu
  • Skip to primary sidebar
  • Skip to footer
  • BERANDA
  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Sitemap
Trigger

Trigger

Berita Terkini

  • UPDATE
  • JAWA TIMUR
  • NUSANTARA
  • EKONOMI PARIWISATA
  • OLAH RAGA
  • SENI BUDAYA
  • KESEHATAN
  • WAWASAN
  • TV

Doping, Noda Hitam Pesta Olah Raga

2 Agustus 2024 by admin Tinggalkan Komentar

Oleh: Ari Baskoro*

Citius, Altius, Fortius, merupakan semboyan Olimpiade yang fenomenal. Moto yang diinisiasi oleh bapak Olimpiade Modern, Pierre de Coubertin itu, memiliki makna “lebih cepat”, “lebih tinggi”, “lebih kuat”.

Semua atlet yang berlaga dalam pesta olah raga terakbar sejagat tersebut, akan berupaya keras mengungguli lawan-lawannya. Tentu saja harus dalam koridor yang menjunjung tinggi sportivitas.

Meski demikian, tidak jarang doping menjadi cara culas oknum atlet yang tergoda dalam menggapai “prestasinya”.

Baru beberapa saat Olimpiade Paris diawali, pejudo Irak telah terjaring dalam tes doping. Lagi-lagi steroid anabolik menjadi biang penyebabnya. Jenis substansi doping itu, “lazim” digunakan atlet yang kurang percaya diri terhadap kemampuannya.

International Testing Agency (ITA) yang mengelola program anti doping independen Olimpiade Paris, berhasil mendeteksinya. Sajjad Sehen sang pejudo, dinyatakan positif menggunakan metandienone dan boldenone. Kedua jenis obat steroid anabolik itu dilarang penggunaannya oleh Badan Antidoping Dunia (World Anti-Doping Agency/WADA). WADA dibentuk atas prakarsa Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Di negara kita, atlet yang tergoda memanfaatkan doping bukanlah cerita baru. Arif Rahman Nasir dari cabang olahraga (Cabor) kempo, terbukti pernah menggunakannya. Peraih medali emas SEA Games 2011 itu, harus rela hasil jerih payahnya dikembalikan kepada Federasi SEA Games. Skorsing larangan bertanding selama dua tahun pun, menjadi konsekuensinya. Sama dengan pejudo Irak, metandionone menjadi zat terlarang yang digunakan oleh atlet yang berlaga di nomor Kyu Kenshi itu.

Pada tahun 2013, giliran atlet renang Indonesia yang terdeteksi menggunakan doping. Indra Gunawan dan Guntur Pratama yang berlaga pada Asian Indoor and Martial Arts Games (AIMAG) tahun 2013, menggunakan methylhexaneamine (MHA) sebagai pendongkrak staminanya. Indra harus merelakan gelar juaranya ditarik kembali. Dia bersama rekannya Guntur, dikenai sangsi larangan bertanding selama dua tahun oleh Federasi Renang Internasional (FINA).

Riwayat kasus doping yang cenderung berulang, mestinya menjadi perhatian semua pihak. Khususnya bagi penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI di Aceh-Sumut. Pesta olah raga terbesar di Indonesia itu, akan dihelat pada 8-20 September 2024. Pasalnya kita pernah mengalami sejarah pahit pada penyelenggaraan PON XX di Papua.

Lembaga Antidoping Indonesia (LADI) sebagai pihak terkait, mendapatkan sangsi dari WADA. Saat itu LADI dinilai lalai, akibat “keterlambatan” pengiriman sampel tes doping terhadap sekitar 700 atlet yang bertanding. Ada standar tertentu yang diterapkan WADA, namun belum dapat terpenuhi oleh LADI. Akibatnya negara kita mendapat sangsi. Prestasi gemilang tim Piala Thomas Indonesia di Ceres Arena, Aarhus-Denmark tahun 2020, menjadi “hambar”. Lagu Indonesia Raya yang berkumandang saat itu, tanpa disertai berkibarnya Merah-Putih.

Doping

Bagi siapa pun yang menggeluti bidang olah raga, pasti sudah paham makna kata tersebut. Artinya mengacu pada penggunaan obat/substansi tertentu yang bertujuan mendongkrak performa atlet secara tidak wajar. Tentu saja tanpa disertai adanya indikasi medis. Mengingat berbagai dampak negatifnya, doping wajib dihindari.

Dari sisi etika, kejujuran, sportivitas, dan integritas, merupakan perbuatan curang yang dapat merugikan berbagai pihak. Semua aspek buruknya, dinilai dapat mencederai semangat berkompetisi yang adil. Harusnya doping bukan menjadi tanggung jawab pribadi atlet saja, melainkan terkadang melibatkan pihak lain sebagai suatu tim. Berdasarkan riwayat penggunaannya, pelatih, manajer, tim medis, dan bahkan negara (tertentu), justru pernah memfasilitasinya. Semuanya demi meraih kebanggaan semu.

Steroid anabolik androgenik (SAA) Golongan SAA, merupakan jenis doping yang paling populer di kalangan para atlet. Ada dua efek dominan. Pertama bersifat anabolik yang dapat menambah massa otot secara instan, sehingga tampak kekar. Kedua bersifat androgenik, atau maskulinitas. Sebenarnya SAA secara alamiah disintesis oleh tubuh manusia. Misalnya hormon testosteron pada pria.

Dalam bentuk sintetis, lazim digunakan sebagai obat anti radang. Oleh karena itu penggunaannya amat luas di bidang medis. Tanpa indikasi dan pengawasan yang tepat, pemakaian SAA memicu berbagai efek samping yang berisiko membahayakan jiwa. Percepatan terjadinya arteriosklerosis (penyempitan pembuluh darah terkait tumpukan lemak), merupakan bahaya utama dari sisi kardiovaskuler. Efek berikutnya dapat memantik terhambatnya aliran empedu (kolestasis), dan bahkan bisa memicu terjadinya kanker hati. Gangguan reproduksi, efek psikologis (mania, depresi), dan kosmetik (jerawat yang berlebihan), berpotensi bisa terjadi pula.

Contoh kasus penggunaan SAA yang paling menyedot perhatian dunia, adalah pada Olimpiade Seoul tahun 1988. Saat itu Ben Johnson mampu mengukir prestasi sebagai peraih medali emas dalam cabor lari 100 meter. Karena terbukti menggunakan stanozolol (termasuk dalam kategori SAA), alhasil gelarnya tersebut harus dicabut kembali.

Methylhexaneamine (MHA)

Secara alamiah, MHA merupakan substansi yang terdapat dalam sejenis tanaman semak cemara (Pelargonium Graveolens). Daunnya beraroma mawar. Umumnya digunakan sebagai penyedap makanan, atau diseduh menjadi teh. Di daerah tertentu, secara tradisional digunakan sebagai herbal anti radang. Kandungan minyak esensialnya, digunakan untuk perawatan kulit.

Awalnya senyawa MHA biasa digunakan sebagai pereda flu (dekongestan). Namun acap kali dimanfaatkan dalam suplemen “pembakar lemak”. Tujuannya untuk menurunkan berat badan. Efek utamanya sebagai stimulan dan bersifat termogenik (menghasilkan panas, sejalan dengan metabolisme). Produk farmasi tersebut legal dan bisa dijual secara bebas (over the counter/OTC). Biasanya mencantumkan label “ekstrak/minyak geranium”.

Karena peredarannya yang relatif masif, bisa secara “tidak sengaja” dikonsumsi oleh atlet, tapi bukan untuk keperluan doping. Sebaliknya bila untuk maksud doping, MHA sering kali dikombinasikan dengan kafein dan komponen lainnya. Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas otot dan stamina atlet. Penggunaannya yang berlebihan, memicu risiko efek samping yang bisa berbahaya. Gejalanya dapat berupa sakit kepala, gelisah, rangsangan mental, serta gemetar. MHA secara resmi dilarang oleh WADA sejak tahun 2010. Meski demikian, pada Olimpiade Musim Dingin XXII dan Paralimpiade XI di Sochi-Rusia tahun 2014, masih terdeteksi empat kasus doping yang terindikasi MHA.

Sebenarnya masih banyak zat yang tergolong sebagai doping menurut kriteria WADA, namun beredar secara bebas di masyarakat. Itu biasanya merupakan komponen dari “minuman berenergi” atau “suplemen kesehatan”. Karena itu diperlukan pengetahuan yang mumpuni, serta kerja sama antara atlet dan semua anggota tim pendukungnya, agar terhindar dari doping.

—000—

*Penulis:

  • Staf pengajar senior di :Divisi Alergi-Imunologi Klinik, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSUD Dr. Soetomo – Surabaya
  • Magister Ilmu Kesehatan Olahraga (IKESOR) Unair
  • Penulis buku :Serial Kajian COVID-19 (tiga seri)Serba-serbi Obrolan Medis
Share This :

Ditempatkan di bawah: jatim, Kesehatan, olah raga, update, wawasan Ditag dengan:Anti Doping, Atlet, Doping, Noda Hitam, Noda Hitam Pesta Olah Raga

Reader Interactions

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sidebar Utama

Lainnya

Melestarikan Warisan Hoyak Tabuik, Langkah Kota Pariaman Menuju UNESCO

11 Juli 2025 By admin

Indonesia Catatkan Peringkat FIFA Terbaik dalam 19 Tahun, Naik ke Posisi 118 Dunia

11 Juli 2025 By admin

Virus Hanta Menyasar Indonesia, Bahayakah?

10 Juli 2025 By admin

Studi Terbaru: Konsumsi Lebih Banyak Buah dan Sayur Bisa Meningkatkan Kualitas Tidur

10 Juli 2025 By admin

PSG Lolos ke Final Piala Dunia Antarklub Usai Bungkam Real Madrid 4-0

10 Juli 2025 By admin

Indonesia dan Brazil Sepakat Kembangkan Teknologi Rudal dan Kapal Selam

10 Juli 2025 By admin

Benarkah Keju Bisa Memicu Mimpi Buruk? Ini Kata Peneliti

10 Juli 2025 By admin

Menag: Jalur Laut untuk Haji dan Umroh Masih Tahap Wacana

9 Juli 2025 By admin

Mensos Dukung Penggunaan AI di Sekolah Rakyat

9 Juli 2025 By admin

Pedro Cetak Dua Gol, Chelsea Kalahkan Fluminense dan Lolos ke Final Piala Dunia Antarklub 2025

9 Juli 2025 By admin

Berapa Banyak Set yang Dibutuhkan untuk Membentuk Otot? Penelitian Baru Ungkap Jawabannya

9 Juli 2025 By admin

Review Film “Superman” (2025): Akting Memukau Corenswet dan Brosnahan Tertahan Naskah yang Berantakan

9 Juli 2025 By admin

Mensos: 63 Sekolah Rakyat Mulai Beroperasi 14 Juli, Tambahan 37 Titik Menyusul Akhir Bulan

9 Juli 2025 By admin

Rahmad Darmawan Puas Liga Indonesia All-Star Tahan Imbang Arema FC

9 Juli 2025 By isa

Tiongkok Pertimbangkan Batasan Baru untuk Waktu Buka HP dan Media Sosial Anak Muda

8 Juli 2025 By admin

KPK Jelaskan Alasan Belum Periksa Khofifah dan Ridwan Kamil

8 Juli 2025 By admin

Wamenag: Masjid Harus Jadi Pusat Pembinaan Umat Secara Menyeluruh

8 Juli 2025 By admin

Klub Super League Kini Boleh Daftarkan 11 Pemain Asing, Tak Lagi Terbatas Asia dan Non-Asia

8 Juli 2025 By admin

Game Bertema ‘Gold Diggers’ Picu Perdebatan Seksisme di Tiongkok

8 Juli 2025 By admin

Liga 1 Indonesia Musim 2025/2026 Dijadwalkan Mulai 8 Agustus

7 Juli 2025 By admin

KPK Masih Koordinasikan Lokasi Pemeriksaan Khofifah Terkait Kasus Dana Hibah Jatim

7 Juli 2025 By admin

Lima Golongan Manusia yang Merugi Dunia dan Akhirat

7 Juli 2025 By admin

Piala Presiden 2025 Resmi Dibuka, Oxford United Kalahkan Liga Indonesia All Star dan Cetak Rekor Penonton

7 Juli 2025 By admin

Jamal Musiala Cedera Parah, Absen Panjang Usai Alami Patah Kaki dan Dislokasi

7 Juli 2025 By admin

Negosiasi Gencatan Senjata Gaza Dimulai di Qatar, Netanyahu Bertolak ke Washington

7 Juli 2025 By admin

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

TERPOPULER

Kategori

Video Pilihan

WISATA

KALENDER

Juli 2025
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  
« Jun    

Jadwal Sholat

RAMADHAN

Merayakan Keberagaman: Tradisi Unik Idul Fitri di Berbagai Negara

31 Maret 2025 Oleh admin

Khutbah Idul Fitri 1446 H: Ciri-ciri Muttaqin Quran Surat Ali Imran

31 Maret 2025 Oleh admin

Ketika Habis Ramadhan, Hamba Rindu Lagi Ramadhan

30 Maret 2025 Oleh admin

Tujuh Tradisi Lebaran yang Selalu Dinantikan

29 Maret 2025 Oleh admin

Ramadhan, Sebelas Bulan Akan Tinggalkan Kita

28 Maret 2025 Oleh admin

Footer

trigger.id

Connect with us

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter
  • YouTube

terkini

  • Setelah iPhone 17 Air, Kini Giliran Bocoran Warna iPhone 17 Beredar
  • Rahasia Konten Video TikTok Bisa Tembus FYP, Begini Pengalaman Para Affiliator Sukses
  • Rosie O’Donnell Balas Ancaman Trump Cabut Kewarganegaraan
  • Ingin Lebih Rajin Berolahraga? Coba Ubah Rutinitas Tidur Malam Anda
  • Stefano Pioli Resmi Kembali Tangani Fiorentina untuk Musim 2025/26

TRIGGER.ID

Redaksi

Pedoman Media Siber

Privacy Policy

 

Copyright © 2025 ·Triger.id. All Right Reserved.