
Surabaya (Trigger.id) – Diet keto mungkin membantu Anda menurunkan berat badan, namun mungkin bukan pilihan terbaik untuk kesehatan jantung atau usus. Sebaliknya, diet rendah gula mungkin merupakan pilihan yang lebih baik.
Sebuah studi baru, diterbitkan pada 20 Agustus di Cell Reports Medicine, menemukan bahwa orang yang mengikuti diet keto mengalami penurunan keragaman mikrobioma usus dan peningkatan kolesterol total.
Namun, mereka yang mengikuti pola makan rendah gula mengalami efek yang lebih kecil pada mikrobioma usus dan juga memiliki jumlah LDL (atau kolesterol “jahat”) yang lebih rendah.
Diet keto telah dikaitkan dengan penurunan berat badan dan peningkatan kontrol gula darah, yang dicapai dengan mengonsumsi banyak lemak dan sedikit karbohidrat. Namun, makan dengan cara ini bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan pada kesehatan jantung dan usus seseorang.
Inilah pendapat para ahli tentang penelitian baru ini dan mengapa memilih diet rendah gula bisa menjadi alternatif yang lebih sehat daripada keto.
Bagaimana Diet Keto Mempengaruhi Tubuh
Untuk penelitian ini, para peneliti awalnya ingin melihat mengapa diet rendah karbohidrat menghasilkan penurunan berat badan dan berapa banyak kalori yang dibakar orang saat mengikuti diet ini dalam kehidupan normal mereka, jelas penulis studi Javier Gonzalez, PhD, profesor di University of Bath Center for Nutrisi, Olahraga, dan Metabolisme.
Namun ketika Gonzalez dan rekan-rekannya mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan ini, mereka menemukan hasil menarik tentang bagaimana diet rendah karbohidrat mempengaruhi tindakan kesehatan lainnya.
Tim tersebut merekrut 53 orang dewasa sehat berusia antara 18 dan 65 tahun dan membagi mereka menjadi tiga kelompok—satu kelompok mengikuti diet normal gula sedang, sementara dua kelompok lainnya menjalani diet rendah gula atau ketogenik.
Tidak ada parameter pasti mengenai pola makan ini, namun American Heart Association merekomendasikan bahwa pola makan rendah gula tidak boleh mengandung lebih dari 6% kalori dari tambahan gula. Sebaliknya, pola makan keto mengharuskan pengelompokan makronutrien yang lebih ketat.
“Diet ketogenik ditandai dengan asupan karbohidrat yang sangat rendah dan asupan protein dalam jumlah sedang, yang berarti individu sangat bergantung pada lemak untuk memenuhi kebutuhan kalorinya,” Veronica Rouse, MAN, RD, penulis buku masak dan pemilik The Heart Dietitian, mengatakan kepada laman Health.com. Pemecahan makronutrien ini bervariasi tetapi biasanya melibatkan konsumsi 55–60% kalori harian dari lemak, 30–35% dari protein, dan 5–10% dari karbohidrat.
Untuk tujuan studi Cell Reports Medicine ini, tim Gonzalez mendefinisikan diet rendah gula sebagai diet yang mengandung kurang dari 5% kalori dari tambahan gula, sedangkan diet keto didefinisikan sebagai asupan karbohidrat di bawah 8% dari total kalori.
Selama 12 minggu, para peneliti menganalisis sampel urin, feses, dan darah peserta penelitian untuk mengukur kesehatan metabolisme, kardiovaskular, dan pencernaan mereka.
Mereka menemukan bahwa diet keto meningkatkan kadar kolesterol dan apolipoprotein B, protein yang sering digunakan untuk mendeteksi risiko penyakit kardiovaskular aterosklerotik. Orang yang mengikuti diet ini juga mengalami penurunan jumlah Bifidobacteria dan strain bakteri bermanfaat lainnya di usus mereka.
Namun, pola makan rendah gula memiliki efek berbeda—pembatasan gula mengurangi kolesterol LDL dan kolesterol total serta tidak mengubah keragaman mikroba di usus.
Baik diet keto maupun diet rendah gula menghasilkan penurunan berat badan, dengan penurunan paling dramatis terjadi dalam empat minggu pertama penelitian dan berhenti setelahnya. (kai)
Sumber: Health
Tinggalkan Balasan