Ada empat macam golongan manusia jika dihubungkan dengan rezeki dan ujian atau problem hidup. Golongan pertama orang yang rezekinya melimpah namun ujiannya juga banyak. Golongan kedua adalah orang yang rezekinya sedikit namun ujiannya juga sedikit. Golongan ketiga, orang yang rezekinya sedikit namun ujiannya banyak. Dan yang terakhir, orang yang rezekinya banyak namun ujiannya ringan atau sedikit.
Dari keempat macam golongan tadi tentu kita berharap ada di golongan ke empat. Harta berlimpah namun Allah memberikan ujian kita ringan-ringan saja.
Namun yang harus kita sadari bahwa ujian dari Allah SWT selalu ada maksud dan hikmah di balik ujian tersebut. Allah tidak akan ;pernah menguji melebihi kemampuan hambaNya.
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Dengan memahami ayat diatas, kita jadi yakin bahwa semua ujian apa yang kita alami datangnya dari Allah dan Allah juga yang akan menyelesaikannya. Ujian datang pasti disertai kunci bagaimana menyelesaikannya.
Manusia dan Rezeki yang Berbeda-beda
Setiap orang memiliki kadar rezeki yang berbeda-beda. Ada seseorang yang memiliki harta berlimpah, kesehatan dan keluarga yang harmonis. Namun ada juga orang yang tidak memiliki salah satunya, bahkan ada yang tidak memiliki itu semua.
Allah adalah Dzat yang maha mengetahui, Ia menakdirkan sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Allah mengetahui atas apa yang Ia berikan kepada hambanya.
وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ
“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.” (Q.S Asy-Syuraa: 27)
Sebagai seorang hamba hendaklah kita bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Apa yang kita miliki bisa jadi itu yang terbaik untuk kita namun kita tidak menyadarinya. Bisa jadi apa yang tidak kita miliki itu bisa mendatangkan keburukan bagi kita, sungguh Allah maha mengetahui segala sesuatu yang terbaik untuk hambanya.
Allah menjadikan rezeki setiap makhluknya berbeda-beda bukan tanpa tujuan. Hal tersebut sebagai ujian bagi makhluknya untuk melihat siapa di antara mereka yang lebih baik amalnya. Allah menjelaskan hal tersebut dalam ayat berikut:
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (Q.S Al-Mulk: 2)
Kunci Pembuka Rezeki
Memahami kunci rezkinya Allah kita harus mengenal tiga hal, antara lain nurut-tauhid, nurul-syariat dan nurul-taqwa.
Nurut-tauhid atau cahaya tauhid. Dalam mencari rezeki kita harus yakin bahwa rezeki itu datang dari Allah. Pengertian mendalam tentang kepercayaan total bahwa rezeki itu datangnya dari Allah dan Allah juga yang berhak memberi dan mengambil rezeki kita.
Jika kita percaya bahwa rejeki tersebut datang dari Allah, maka akan menjadikan hati kita tenang dan tak merasa khawatir sedikitpun tentang masa depan serta tidak menyesali apa yang telah kita lakukan. Kita tunaikan kewajiban kita sebagai manusia dan pasrah total kepada Allah tentang apa yang ditakdirkan termasuk soal rejeki.
Nurus-syariat atau cahaya syariat. Ini mengandung makna bahwa dalam mencari rezeki Allah tidak boleh melanggar ketentuan atau syariat. Kita tidak boleh mengambil rezeki yang bukan menjadi hak kita.
Rezeki yang halal membawa keberkahan dalam kehidupan. Rezeki yang didapatkan dengan cara yang benar dan sesuai dengan ajaran agama akan memberikan ketenangan hati dan keberkahan dalam penggunaan harta tersebut.
Dengan mencari rezeki yang halal, kita akan merasa lebih tenang dan damai. Tidak ada rasa khawatir atau was-was akan dampak negatif dari rezeki yang didapatkan dengan cara yang tidak jujur.
Nurut-taqwa atau cahaya taqwa. Dalam Al-Qur’an, Allah menjanjikan bahwa orang yang bertaqwa akan diberikan jalan keluar dari kesulitan dan diberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Sebagaimana disebutkan dalam Surah At-Talaq ayat 2-3:
. ۚ وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمْرِهِۦ ۚ قَدْ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَىْءٍ قَدْر
Artinya: Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Taqwa melibatkan ketaatan dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ketaatan ini membawa keberkahan dalam hidup seseorang, termasuk dalam aspek rezeki. Ketika seseorang menjaga taqwa, rezekinya tidak hanya mencukupi, tetapi juga penuh dengan keberkahan.
Orang yang bertaqwa akan selalu berusaha mencari rezeki yang halal dan menjauhi segala bentuk kecurangan atau ketidakjujuran. Rezeki yang diperoleh dengan cara yang benar ini akan lebih berkah dan mendatangkan kebaikan.
Dalam Islam, rezeki tidak hanya terbatas pada harta benda atau materi. Rezeki juga mencakup kesehatan, ilmu, keluarga yang harmonis, ketenangan hati, dan berbagai nikmat lainnya. Orang yang bertaqwa akan merasakan keberkahan dalam berbagai aspek kehidupannya.
—000—
*Wakil Direktur Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya
Tinggalkan Balasan