Surabaya (Trigger.id) – Guling adalah bantal panjang yang memiliki sejarah panjang dan beragam di berbagai budaya, terutama di Asia. Guling sangat populer di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Thailand. Di Indonesia, guling telah menjadi bagian integral dari kebudayaan tidur masyarakat Jawa dan daerah lain selama berabad-abad.
Pada masa lalu, guling sering kali diisi dengan bahan alami seperti kapas, kapuk, atau serat tanaman lainnya. Penutup guling biasanya terbuat dari kain katun atau bahan lainnya yang nyaman.
Ketika kita menginap di hotel, manajemen hotel umumnya tidak menyediakan guling. Beberapa ahli perhotelan memberikan beberapa alasan utama mengapa guling tidak disediakan di hotel, di antaranya:
1. Standarisasi dan Efisiensi Operasional
Ahli: Robert Mandelbaum, Direktur Riset CBRE Hotels’ Americas Research.
- Pendapat: “Hotel memiliki standar operasional yang ketat untuk memastikan efisiensi dan konsistensi layanan. Penyediaan guling yang tidak umum di seluruh dunia dapat menyebabkan komplikasi dalam logistik dan operasional harian.”
2. Keterbatasan Ruang dan Penyimpanan
Ahli: John Hardy, Konsultan Manajemen Hotel.
- Pendapat: “Guling membutuhkan lebih banyak ruang untuk penyimpanan dan penanganan. Hotel harus mengoptimalkan ruang untuk berbagai kebutuhan tamu, sehingga memilih untuk tidak menyediakan guling yang memakan tempat.”
3. Biaya dan Pemeliharaan
Ahli: Michael Atkinson, Spesialis Pengadaan Hotel.
- Pendapat: “Penyediaan guling berarti tambahan biaya dalam hal pembelian, perawatan, dan pencucian. Hotel cenderung mengurangi biaya dengan hanya menyediakan bantal standar yang lebih umum dan ekonomis.”
4. Permintaan dan Preferensi Tamu
Ahli: Emily Weiss, Kepala Global Perhotelan di Accenture.
- Pendapat: “Tidak semua tamu menggunakan atau memerlukan guling. Penyediaan fasilitas yang jarang digunakan oleh mayoritas tamu dapat dianggap tidak efisien. Hotel lebih fokus pada penyediaan fasilitas yang memiliki permintaan tinggi.”
5. Keberagaman Tamu Internasional
Ahli: Kevin Murphy, Profesor Manajemen Hotel di University of Central Florida.
- Pendapat: “Hotel sering melayani tamu dari berbagai negara dengan kebiasaan tidur yang berbeda. Mengikuti standar internasional yang umum lebih mudah diterima oleh tamu dari berbagai latar belakang budaya.”
6. Praktis dan Kebersihan
Ahli: Sarah Anderson, Manajer Housekeeping di Marriott Hotels.
- Pendapat: “Guling yang besar dan panjang dapat menjadi tantangan dalam hal kebersihan dan perawatan. Bantal standar lebih mudah untuk dicuci, disimpan, dan diganti jika diperlukan.”
Secara keseluruhan, keputusan untuk tidak menyediakan guling di hotel didasarkan pada faktor-faktor praktis seperti efisiensi operasional, biaya, preferensi tamu, dan standar internasional. Hotel berusaha untuk menyediakan layanan yang seragam dan efisien yang dapat diterima oleh tamu dari berbagai latar belakang.
- Standar Internasional: Sebagian besar hotel mengikuti standar internasional dalam penyediaan fasilitas kamar, yang biasanya tidak mencakup guling. Guling lebih umum digunakan di negara-negara tertentu seperti Indonesia, sehingga mungkin tidak menjadi prioritas bagi hotel yang melayani tamu dari berbagai negara.
- Efisiensi dan Keterbatasan Ruang: Guling membutuhkan lebih banyak ruang untuk penyimpanan dan penanganan dibandingkan dengan bantal biasa. Hotel mungkin memilih untuk menghemat ruang dan biaya penyimpanan dengan tidak menyediakan guling.
- Biaya dan Logistik: Penyediaan guling berarti tambahan biaya dalam hal pembelian, perawatan, dan pencucian. Hotel mungkin memilih untuk mengurangi biaya dengan hanya menyediakan bantal standar yang lebih umum dan ekonomis.
- Permintaan Tamu: Tidak semua tamu menggunakan atau memerlukan guling. Oleh karena itu, hotel mungkin tidak melihat kebutuhan untuk menyediakannya secara standar. Namun, beberapa hotel mungkin menyediakan guling jika diminta oleh tamu.
Sejarah Guling
Guling memiliki sejarah yang cukup panjang, terutama di Asia Tenggara. Di Indonesia, guling dikenal sebagai bantal panjang yang digunakan untuk kenyamanan tidur. Sejarahnya bisa dilacak ke budaya tradisional Indonesia:
- Asal Usul: Guling diyakini berasal dari kebiasaan masyarakat Jawa yang menggunakannya untuk kenyamanan saat tidur. Penggunaannya menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
- Penggunaan Tradisional: Pada zaman dahulu, guling sering dibuat sendiri di rumah menggunakan bahan-bahan seperti kapas atau serat alami lainnya. Guling sering kali diisi dengan bahan-bahan yang dapat memberikan kenyamanan maksimal.
- Simbol Kultural: Di beberapa budaya, guling juga memiliki makna simbolis dan digunakan dalam berbagai upacara atau sebagai bagian dari tata cara adat.
Secara keseluruhan, ketidakhadiran guling di hotel lebih disebabkan oleh faktor praktis dan standar industri perhotelan yang mengutamakan efisiensi dan universalitas fasilitas yang disediakan. (zam)
Tinggalkan Balasan