

Alhamdulillah kita sudah menjalani beberapa hari di bulan Ramadhan. Untuk meraih keutamaan (Fadhilah) Ramadhan yang dijanjikan Allah Swt memang kita harus berjuang. Tidak ada cerita orang mau hidup enak dan nyaman tanpa mau berjuang. Ibarat pelajar atau mahasiswa yang ingin naik kelas maka mereka harus melewati ujian, baik ujian berupa kebaikan maupun keburukan.
Sebagai reward atau balasan bagi orang-orang yang sukses puasanya di bulan Ramadhan, Allah Swt memberikan gelar kepada mereka sebagai orang muttaqin.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al Baqarah: 183)
Guna mencapai derajat ketaqwaan tertinggi, Allah Swt melalui Rasulullah Muhammad Saw telah menyediakan kuncinya berupa amalan-amalan sunnah, yang bisa melengkapi sempurnanya ibadah puasa kita di bulan Ramadhan ini.
Berikut adalah sepuluh amalan sunnah di bulan Ramadhan:
1. Makan Sahur
Selain sebagai suplai tenaga di siang hari pada bulan Ramadhan, sahur juga menjadi salah satu amalan sunah di bulan Ramadhan, lebih dianjurkan untuk diakhirkan ( sepertiga akhir malam) sebelum terbit fajar. Rasulullah saw bersabda:
لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا أَخَّرُوا السَّحُورَ وَعَجَّلُوا الْفِطْرَ
Artinya, “Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka,” (HR Ahmad).
Sahur adalah salahsatu ibadah yang sangat dianjurkan di bulan Ramadhan. Amalan ini disepakati oleh para ulama hukumnya sunnah, dan memiliki keutamaan yang penuh berkah.
2. Menyegerakan berbuka
Hendaknya orang berpuasa untuk segera berbuka begitu waktu maghrib tiba. Ketika tiba waktunya berbuka, Nabi Muhammad Saw berpesan agar menyegerakan berbuka. Berbuka puasa dengan makan dan minum sesegera mungkin adalah bagian dari kebaikan.
Dalam kitab Sahih Bukhari terdapat sebuah hadits yang menceritakan anjuran untuk berbuka puasa di awal waktu. Nabi SAW bersabda:
“La yazalu an-nasu bikhairin ma ajjalu al-fithra” yang artinya: “Orang yang selalu baik adalah orang yang menyegerakan waktu berbuka puasa.”
3. Membaca Doa Saat Berbuka Puasa
Di antaranya adalah doa berikut:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلَتُ ذَهَبَ الظَّمَأُ، وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ يَا وَاسِعَ الْفَضْلِ اِغْفِرْ لِي اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانِي فَصُمْتُ وَرَزَقَنِي فَأَفْطَرْتُ
Atau doa yang lebih masyhur berikut:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِك آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Artinya: “Ya Allah, karena-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman dan dengan rizki-Mu aku berbuka.
Membaca doa berbuka ini masih banyak yang salah penempatannya. Doa buka puasa ini dilakukan setelah kita berbuka (makan atau minum). Sebelum makan atau minum, kita cukup mengucapkan bismillah saja.
4. Mandi besar
Mandi besar sebelum melaksanakan puasa Ramadhan keesokan harinya hukumnya sunnah. Sebagaimana mandi dalam rangka hendak sholat Jumat, sholat id, sholat gerhana, dan lain-lain. Artinya, “Dan sisa mandi-mandi yang disunnahkan telah disebutkan dalam kitab-kitab yang panjang pembahasannya.
5. Menjaga lisan
Meskipun berkata kasar dan kotor tidak secara langsung membatalkan puasa, namun perilaku semacam itu dapat mengurangi pahala puasa dan kesempatan mendapatkan pengampunan dari Allah.
Pentingnya menjaga lisan ternyata tertuang dalam Al-Qur’an dan hadits. Lisan adalah ucapan yang keluar dari mulut. Pentingnya adab ini sangat perlu untuk diketahui. Sebab lisan diibaratkan pisau yang apabila salah dalam menggunakannya dapat melukai hati orang banyak.
6. Memperbanyak sedekah
Sedekah merupakan amalan yang dicintai oleh Allah SWT. Terbukti dengan banyaknya ayat Al-Qur’an yang menyebutkan tentang sedekah, salah satunya dalam surat Al-Baqarah ayat 271.
إِن تُبْدُوا۟ ٱلصَّدَقَٰتِ فَنِعِمَّا هِىَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا ٱلْفُقَرَآءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّـَٔاتِكُمْ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: Jika kamu menampakkan sedekah (mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 271).
Sedekah dianjurkan di setiap waktu selagi kita memiliki kelapangan baik tenaga, pikiran, maupun harta. Terlebih pada bulan Ramadhan yang mulia yang penuh berkah dan rahmat ini, kita dianjurkan untuk memperbanyak sedekah kepada sesama manusia.
7. Menghindari hal-hal yang tak berguna
Berkata atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti: berbohong, memfitnah, menipu, berkata kotor, mencaci maki, membuat gaduh, mengganggu orang lain, berkelahi, dan segala perbuatan yang tercela menurut ajaran Islam.
Islam menganjurkan kita untuk menghindari hal-hal yang tidak sejalan dengan hikmah puasa, seperti berbuka puasa sampai perut menjadi kekenyangan atau melakukan sesuatu yang bertujuan untuk memuaskan nafsu.
8. I’tikaf di masjid
I’tikaf adalah amalan ibadah sunnah yang dilakukan di masjid terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. I’tikaf bermakna mengisolasi diri atau memisahkan diri dari hal-hal yang mengganggu konsentrasi dalam beribadah dengan tujuan untuk memperbanyak ibadah kepada Allah Swt dan mendekatkan diri kepada-Nya.
I’tikaf dilakukan dengan cara menginap di dalam masjid selama sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, dimulai setelah terbenamnya matahari pada malam ke-21 Ramadhan dan berakhir saat terbenam matahari pada malam terakhir Ramadhan. Selama i’tikaf, seorang muslim harus berada di dalam masjid tanpa keluar kecuali untuk keperluan mendesak seperti ke toilet atau melakukan wudhu.
9. Memperbanyak baca Al-Qur’an
Bulan Ramadhan menjadi waktu rutinan Nabi Muhammad Saw untuk bertadarus Al-Qur’an kepada Malaikat Jibril. Dalam hadits riwayat Ibnu ‘Abbas dijelaskan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril as menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, dimana Jibril mengajarkannya Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah saw orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus (HR Bukhari).
10. Konsisten dalam menjalankan Ibadah
Selama dan setelah Ramadhan berakhir, tetaplah menjaga disiplin dalam ibadah seperti shalat lima waktu dan berpuasa sunnah atau ibadah-ibadah lainnya. Jangan membiarkan diri terlena serta merasa puas dengan ibadah yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan.
Semoga dengan melaksanakan amalan-amalan sunnah tersebut, kita dapat mendapatkan berkah dan ampunan Allah SWT di bulan Ramadhan.
—000—
*Akademisi UINSA Surabaya dan Ketua Ikatan Dai Indonesia (Ikadi) Jatim
Tinggalkan Balasan