

Sebagian umat Islam baru saja memperingati malam Nisfu Sya’ban (Pertengahan Sya’ban). Mereka bersemangat berdoa, dan juga yang membawa surat Yasin tiga kali, memperbanyak shalawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. dan seterusnya. Intinya, banyak riwayat menceritakan tentang bagaimana pada Salafus Shalih sibuk mempersiapkan diri menyambut Bulan Ramadhan, bulan spesial yang hanya diperuntukkan bagi umat Muhammad SAW.
Lalu, ada apa dengan bulan Sya’ban itu sendiri. Bulan Sya’ban memang tidak termasuk empat bulan yang dimuliakan Allah. Dalam penanggalan Islam terdapat empat bulan yang disebut dengan bulan haram yaitu Dzulqaidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Tetapi kenapa justru Nabi Muhammad SAW. “menganggap”mengklaim” bahwa Sya’ban adalah bulan
Persiapan paling awal sebelum kita memasuki Ramadhan adalah dengan mengetahui hukum-hukum puasa, mengetahui hal-hal yang membatalkannya, dan mengenali hukum-hukumnya. Karena sebagian orang lalai dari perkara-perkara ini, sehingga tidak mendalami hukum seputar puasa dan juga tidak berusaha memahami ilmu yang wajib dalam masalah puasa.beliau. Hal itu berlandaskan hadits Rasulullah SAW yang diriwayat oleh Hasan:
عن الحسن مرسلًا أنه قال – صلى الله عليه وسلم -: رجب شهر الله، وشعبان شهري، ورمضان شهر أمتي
“Diriwayatkan dari hasan (hadits mursal) Rasulullah bersabda: bulan Rajab merupakan bulannya Allah dan bulan Sya’ban adalah bulanku (Rasulullah), sedangkan bulan Ramaddan merupakan bulannya umatku (Nabi Muhammad)”.
Ada Apa Dengan Sya’ban
Bulan Sya’ban adalah bulan diantara Rajab dan Ramadhan. Sehingga bulan Sya’ban dikatakan sebagai bulan latihan beramal sebelum memanen pahala di bulan Ramadhan. Rasulullah saw. banyak melakukan puasa sunah di bulan Sya’ban sebagai bentuk latihan dan pemanasan sebelum melakukan puasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Hal itu disampaikan dalam sebuah hadits yang diiriwayatkan oleh Abu Daud berikut ini:
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw. menyelesaikan puasa hingga satu bulan kecuali saat Ramadhan, dan aku tidak pernah melihatnya berpuasa sebanyak di bulan Sya’ban.”
Selain dianjurkan memperbanyak puasa sunah di bulan Sya’ban, ada beberapa peristiwa penting yang terjadi di masa Rasulullah ini. Apa sajakah peristiwanya? Berikut penjelasannya:
1. Turunnya Perintah Berpuasa Ramadan
Di bulan Sya’ban pun turun perintah Allah Swt. kepada umat Islam untuk menjalankan puasa Ramadan selama sebulan penuh. Perintah ini termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 183 berikut ini:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ayat ini memberikan tuntunan bahwa puasa Ramadhan merupakan kewajiban bagi umat Islam, dan tuntunan ini diterima dan diumumkan kepada umat Islam pada tahun ke-2 Hijriyah tepatnya tanggal 2 bulan Sya’ban. Puasa Ramadan diwajibkan sebagai bentuk ibadah yang mendidik umat Islam untuk mencapai ketakwaan dan kebersihan jiwa.
2. Terjadi Perubahan Arah Kiblat
Di bulan Sya’ban, terjadi perubahan arah kiblat bagi umat Islam yang awalnya menghadap ke Baitul Maqdis atau Masjidil Aqsha, kemudian berubah ke Masjidil Haram. Umat Islam kala itu telah menghadap kiblat ke Baitul Maqdis selama 17 bulan 3 hari sebelum turun ayat-Nya berikut ini:
قَدْ نَرَىٰ تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى ٱلسَّمَآءِ ۖ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَىٰهَا ۚ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ ۗ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا ٱللَّهُ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah: 144).
3. Diturunkannya Perintah Berselawat
Selain perpindahan arah kiblat, di bulan Sya’ban pun terjadi perintah berselawat kepada Rasulullah saw. bagi umat Islam di seluruh dunia. Perintah tersebut ada dalam firman-Nya berikut ini:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (Q.S. Al-Ahzab: 56).
3. Diangkatnya Amal Manusia
Peristiwa lainnya di masa Rasulullah SAW. yang terjadi di bulan Sya’ban adalah diangkatnya amal manusia di bulan ini. Amal manusia diangkat untuk diperlihatkan dan ditunjukkan kepada Allah Swt.
Dari Usamah bin Zaid r.a., “Wahai Rasulullah aku belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban? Rasul menjawab, Itu bulan yang terletak antara bulan Rajab dan Ramadan serta banyak orang lalai padanya. Dialah bulan diangkatnya amal kepada rabbil ‘alamin (Tuhan Pemelihara alam raya). Aku senang amalku diangkat sedangkan aku dalam keadaan berpuasa.” (H.R. An Nasa’i).
Meski begitu, pengangkatan amal manusia tidak hanya terjadi di bulan Sya’ban, tetapi ada beberapa waktu lainnya. Dalam hadits lainnya, dikatakan bahwa pengangkatan amal manusia ada yang terjadi pada hari Senin dan Kamis.
“Setiap minggunya, semua amal perbuatan manusia ditunjukkan (kepada Allah) sebanyak dua kali, yakni pada hari Senin dan hari Kamis. Lalu, setiap hamba yang beriman diampuni, kecuali hamba yang sedang bermusuhan dengan saudaranya.” (H.R. Muslim).
Menurut Syeikh Abdul Qadir Jailani, bulan Rajab sebagai bulan menanam, bulan Sya’ban merupakan saat menyiram, dan kemudian masa memanen di bulan Ramadhan. Dalam kitab al-Ghunyah li Thalibil Haq Syeikh Abdul Qadir Jailani menjelaskan arti Sya’ban terdiri dari 5 huruf, Syin, Ain, Ba’, Alif, dan Nun; Syin bermakna as-Syarafu (Kemuliaan), Ain yaitu al-Uluw (Tinggi), Ba’ dari al Birru (Kebaikan), Nun dari an-Nur (Cahaya).
—000—
- Penceramah tinggal di Surabaya
Tinggalkan Balasan